53691 SINGKATAN APBD Anggaran Pendapatan dan IWAPI Ikatan Wanita Pengusaha Belanja Daerah Indonesia APBN Anggaran Pendapatan dan KADIN Kamar Dagang Indonesia Belanja Negara KAPOLDA Kepala Polisi Daerah ASITA Asosiasi Perusahaan Perjalanan KIPEM Kartu Identitas Penduduk Wisata Indonesia Musiman Babinkamtibmas Badan Pembinaan dan Ketertiban KUKM Kredit Usaha Kecil dan Masyarakat Menengah Balitbangda Badan Penelitian dan LPD Lembaga Perkreditan Desa Pengembangan Daerah MAP Modal Awal Padanan BAPPEDA tingkat I Badan Perencanaan MENKO EKUIN Kementerian Koordinator Pembangunan Daerah tingkat I Bidang Perekonomian BAPPEDA tingkat II Badan Perencanaan MENKO KESRA Kementerian Koordinator Pembangunan Daerah tingkat II Bidang Kesejahteraan Rakyat BAPPENAS Badan Perencanaan dan MENKO POLKAM Kementerian Koordinator Pembangunan Nasional Bidang Politik dan Keamanan BPR Bank Perkreditan Rakyat MENPARSENIBUD Kementerian Koordinator BPS Biro Pusat Statistik Bidang Pariwisata, Seni dan BRI Bank Rakyat Indonesia Budaya DAU Dana Alokasi Umum PAD Pendapatan Asli Daerah Deparsenibud Departemen Pariwisata Seni PHR Pajak Hotel dan Restoran dan Budaya PUSKOWANJATI Pusat Koperasi Wanita Jawa HIPMI Himpunan Pengusaha Muda Timur Indonesia TKI Tenaga Kerja Indonesia KATA PENGANTAR Pada 12 Oktober 2002, dua bom meledak di resor wisata Kuta, Bali yang merenggut lebih dari 200 jiwa. Sebagian besar korban jiwa merupakan wisatawan asing yang berlibur di tujuan wisata utama Indonesia itu, dan peristiwa tersebut menjadi tragedi internasional yang memicu reaksi dari seluruh dunia. Kasus bom Bali, yang diikuti dengan perang di Irak dan wabah SARS di Asia Timur, lantas melumpuhkan ekonomi Bali yang mengandalkan pariwisata. UNDP dan Bank Dunia mengambil inisiatif untuk mengkaji dampak sosial ekonomi krisis beruntun tersebut terhadap ekonomi dan penduduk Bali, serta dampak lanjutan yang dirasakan di dua provinsi tetangga Jawa Timur dan Lombok. Hasil kajian selama lebih dari empat bulan tersebut dituang dalam laporan ini, yang merupakan: (i) kajian independen terhadap kondisi pariwisata dan jasa-jasa terkait dan dampak krisis terhadap kesejahteraan sosial; (ii) tinjauan dan analisa terhadap respon pemerintah dan donor internasional, dan (iii) rekomendasi langkah pemulihan jangka pendek dan pembangunan berkelanjutan jangka panjang di Bali dan daerah lainnya. Besar harapan kami agar temuan-temuan dalam laporan ini dapat berguna bagi pemerintah, lembaga donor, dan pihak berkepentingan lainnya dalam memahami sifat permasalahan yang dihadapi Bali dan daerah lainnya dan dalam memajukan masa depan yang lebih sejahtera bagi semua yang terkena dampak peristiwa-peristiwa pasca Oktober 2002. Studi ini dilengkapi oleh upaya-upaya yang terus berjalan untuk memfasilitasi antarmuka antara riset dan pengembangan kebijakan dan untuk memperkaya sifat konsultatif studi dan temuan-temuannya untuk dapat melibatkan pihak yang berkepentingan dalam respon-respon pembangunan. Studi ini terlaksana berkat sumbangsih banyak pihak. Laporan ditulis oleh tim pengkaji UNDP- Bank Dunia yang terdiri dari Nick Mawdsley (UNDP), Eugenia Piza-Lopez (UNDP), dan Kai Kaiser (Bank Dunia). Monica Tanuhandaru (UNDP) memimpin kajian di Jawa Timur, I Putu Widhiantara Sri Bangun (UNDP) memberikan banyak kontribusi terhadap kajian di Bali, dan Michael Bak (USAID), Ketty Kardawati (USAID), Sofyan Lubis (USAID), Laurie Pierce (USAID) dan Jennica Larrison sangat membantu dalam mempersiapkan kajian. Sebagian besar informasi didasari atas survei dan studi primer yang dilaksanakan Universitas Udayana (Bali), Yayasan Manikaya Kauci (Bali), Pusat Koperasi Wanita Jawa Timur (Jawa Timur), Universitas Mataram (Lombok), ISAI dan Gravitasi (Lombok). Pemberi sumbangsih lainnya adalah DR. IGW. Murjana Yasa (Koordinator Kajian), Dra. AAIN. Marhaeni (survei Sekolah), Drs. Made Suyana Utama (survei Responden Kunci), dan Drs. Ketut Djayastra (survei Pedagang) dari Fakultas Ekonomi Universitas Udayana; tim Yayasan Manikaya Kauci; Ibu Hj. Joos Lutfi dan Shahputra Waworuntu dan tim Pusat Koperasi Wanita Jawa Timur; Pak H. Busaini dan tim Universitas Mataram; Bimo Nugroho dan Agus Sudibyo di ISAI; Munzirin dan tim Gravitasi. Menno Pradhan dan Melanie Moechtar memberikan bantuan berharga dalam finalisasi instrumen-instrumen survei. George Soraya (Bank Dunia) dan Paul Hulshoff (UNDP) memberikan masukan-masukan berharga selama penyusunan draft pertama laporan. Edisi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Laurens Sipahelut (UNDP). Nina Herawati, Retno Widuri dan Christina Sukmawati (Bank Dunia) memproses laporan ini hingga laik cetak, dibawah koordinasi Mohamad Al-Arief (Bank Dunia). Bersama ini, tim pengkaji bermaksud untuk mengucapkan terimakasih kepada mereka yang disebutkan di atas dan kepada pihak- pihak yang turut melancarkan kegiatan studi ini berkat jasa mereka dalam mengumpulkan dan mengolah data yang tersaji dalam laporan ini, serta sejumlah besar pihak lainnya di Bali, Jawa Timur, dan Lombok yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk kajian ini. Laporan ini memanfaatkan hasil-hasil terbaru proses Consultative Group Indonesia (CGI) menyusul tragedi bom Bali yang meliputi Vulnerabilities of Bali's Tourism Economy; A Preliminary Assessment (Makalah Informil Staf Bank Dunia, Interim CGI, 1 November 2002) dan Confronting Crisis: Impacts & Response to the Bali Tragedy (Ikhtisar untuk CGI di Bali, Januari 2003 berdasarkan kajian bersama UNDP/USAID/WB). DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................................................... i BAB 1 PENGANTAR ........................................................................................................................... 1 1.1 `Booming' Pariwisata Indonesia.................................................................................. 1 1.2 Pembangunan Pariwisata di Bali ...................................................................................... 3 1.3 Pembangunan Pariwisata di Lombok.............................................................................. 10 1.4 Pengeluaran Wisatawan dan Dampak Pengali ................................................................. 11 BAB 2 DAMPAK ............................................................................................................................... 13 2.1 Pariwisata .................................................................................................................... 14 2.2 Industri Pariwisata Terkait ............................................................................................ 19 2.3 Dampak Sosial Ekonomi ............................................................................................... 23 2.4 Dampak Ketegangan Sosial dan Keamanan Lokal ........................................................... 32 2.5 Keamanan Lokal........................................................................................................... 39 2.6 Penanganan Lokal Ketegangan Sosial ............................................................................ 39 2.7 Dampak di Luar Bali: Jawa Timur ................................................................................ 41 BAB 3 RESPON ................................................................................................................................ 47 3.1 Respon Pemerintah Pusat .............................................................................................. 48 3.2 Respon Pemda Propinsi dan Lokal ................................................................................. 49 3.3 Respon Donor .............................................................................................................. 54 3.4 Respon Sektoral untuk Pemulihan dan Bantuan Pembangunan......................................... 55 3.5 Prioritas dan Respon Masyarakat ................................................................................... 60 3.6 Ikhtisar Respon Pemerintah dan Lembaga Donor ............................................................ 61 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................... 63 4.1 Menangani Krisis dan Memajukan Pemulihan ................................................................ 64 4.2 Dari Pemulihan sampai ke Pembangunan dan Pertumbuhan Berkelanjutan ....................... 70 4.3 Pemberlanjutan Pengawasan dan Koordinasi Donor ........................................................ 72 TABEL Tabel 1 Sebaran Hotel di Bali ................................................................................................... 4 Tabel 2 Data Dinas Pariwisata .................................................................................................. 5 Tabel 3 Prakiraan BPS tentang Jumlah Total Pengunjung ke Bali........................................... 6 Tabel 4 Struktur Ekonomi Bali ................................................................................................. 7 Tabel 5 Ketenagakerjaan Bali per Sektor.................................................................................. 8 Tabel 6 Sebaran Hotel di Lombok .......................................................................................... 11 Tabel 7 Pengeluaran Tamu menurut Golongan (Bali) ............................................................ 12 Tabel 8 Angka Kunjungan Wisatawan Lombok ..................................................................... 18 Tabel 9 Penurunan Pendapatan Penjaja Pantai dan Pedagang ................................................ 18 Tabel 10 Survei Industri Terkait Pariwisata.............................................................................. 19 Tabel 11 Usaha Mikro dan UKM Terkena Pukulan Lebih Keras............................................. 20 Tabel 12 Ikhtisar Bank dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali .................................... 20 Tabel 13 Dampak Krisis Terhadap Pedagang Lombok ............................................................ 22 Tabel 14 Dampak Krisis Industri Kecil Lombok ...................................................................... 22 Tabel 15 Mekanisme Penanggulangan Krisis dalam Masyarakat............................................. 24 Tabel 16 Dampak Sosial Ekonomi di Lombok ......................................................................... 26 Tabel 17 Lombok: Mekanisme Penanggulangan Krisis di dalam Masyarakat........................ 27 Tabel 18 Preferensi Bantuan oleh Masyarakat (menurut Peringkat) ........................................ 28 Tabel 19 Agen Utama yang Diandalkan untuk Bantuan (Diperingkatkan) .............................. 28 Tabel 20 Indikator Kasus Putus Sekolah .................................................................................. 30 Tabel 21 Persepsi tentang Penyebab Kerusuhan Sosial di Bali sejak 1998 .............................. 35 Tabel 22 Pemicu Potensial Kerusuhan Sosial di Masa Mendatang Menurut Kabupaten ........ 37 Tabel 23 Perilaku terhadap Aparat Keamanan di Bali.............................................................. 38 Tabel 24 Keuangan Publik Daerah Bali pada 2003. ................................................................. 51 Tabel 25 Penyedia Bantuan Setempat selama Krisis di Bali. ................................................... 61 GAMBAR Gambar 1 Tingkat Kedatangan Wisatawan secara Langsung di Indonesia dan Bali.................... 1 Gambar 2 Kawasan Wisata di Bali ............................................................................................... 3 Gambar 3 Pertumbuhan PDRB Bali (1983-1996) ........................................................................ 9 Gambar 4 Tingkat Kedatangan ke Lombok................................................................................ 10 Gambar 5 Angka Kedatangan Wisman di Bali 1997-2003 ........................................................ 14 Gambar 6 Trend Regional Pariwisata ......................................................................................... 15 Gambar 7 Bali: Angka Hunian Terkini menurut Klasifikasi Bintang Hotel.............................. 16 Gambar 8 Pariwisata Domestik Hanya Merupakan Pengganti Parsial ....................................... 17 Gambar 9 Komposisi Terkini Tamu Manca Negara Bali (2000-2003) ...................................... 17 Gambar 10 Bali: Jumlah Kasus Putus Sekolah yang Dilaporkan ................................................ 29 Gambar 11 Insiden Kerusuhan Sosial yang Dilaporkan di Bali sejak 1998 ................................. 33 Gambar 12 Kerusuhan Sosial Per Kabupaten yang Dilaporkan (1998-2003) .............................. 34 Gambar 13 Kekhawatiran terhadap Ketegangan Sosial (Desember 2002 versus May 2003) ...... 35 Gambar 14 Kekhawatiran terhadap Ketegangan Sosial di Masa Mendatang pada Mei 2003...... 36 Gambar 15 Dampak terhadap Sektor Barang Kerajinan dan Makanan di Jawa Timur................ 43 Gambar 16 Jawa Timur: Perubahan dalam Penjualan dan Ketenagakerjaan............................... 44 RINGKASAN EKSEKUTIF Serangan teroris pada Oktober 2002 di Bali kewaspadaan dalam melaksanakan tindakan- merupakan guncangan luar biasa bagi tindakan untuk menjamin keamanan, (ii) Indonesia dan masyarakat internasional, yang fokus dalam melaksanakan program-program sekaligus merusak citra Bali sebagai tempat yang sedang dan akan dilaksanakan, (iii) wisata yang damai dan aman. Lepas dari meningkatkan koordinasi antar berbagai terenggutnya jiwa manusia secara tragis, tingkat pemerintah dalam melaksanakan kasus peledakan bom tersebut berdampak program-program, dan (iv) terus memantau terhadap ekonomi rumah tangga sejumlah dampak ekonomi krisis, dan memanfaatkan besar penduduk di dalam dan luar Bali, informasi yang diperoleh untuk mengarahkan dampak yang terutama dirasakan oleh intervensi pada tingkat kecamatan. Untuk golongan masyarakat kecil dan miskin. jangka menengah, di luar memulihkan citra Perang di Irak dan wabah SARS Indonesia dan Bali sebagai tujuan wisata, mementahkan pemulihan yang baru mau Pemerintah perlu memfasilitasi dialog inklusif membuahkan hasil dan pada pertengahan antar pihak yang berkepentingan tentang 2003 dilaporkan terjadinya penurunan bagaimana membentuk pembangunan pendapatan hingga 40 persen di daerah-daerah berbasis pariwisata yang berkelanjutan yang yang terkena dampak, pemangkasan pegawai menguntungkan semua pihak. Terakhir, secara dalam jumlah besar untuk industri Pemerintah perlu merumuskan strategi yang terkait dengan pariwisata, dan tentang bagaimana tanggap darurat harus peningkatan angka putus sekolah, terutama di beroperasi dalam era desentralisasi agar lebih kabupaten-kabupaten Bali yang lebih miskin. siap di masa mendatang. Lembaga-lembaga Respon Pemerintah dalam bidang keamanan donor dapat membantu dalam semua upaya patut diacungi jempol, dan bantuan untuk para tersebut. Mereka perlu melanjutkan program- korban disalurkan secara cepat. Meski begitu, program yang diprakarsai pasca bom Bali, perencanaan dan pelaksanaan operasi jaring memaksimalkan penargetan kelompok- pengaman sosial menemui jauh lebih banyak kelompok rentan, mendukung kelanjutan tantangan. monitoring dampak, dan mempertimbangkan bantuan teknis kepada pemerintah-pemerintah Sekarang, satu tahun sesudah peledakan bom daerah dalam meningkatkan dan memajukan dampak terburuk mungkin telah berlalu, perencanaan strategis untuk pembangunan namun yang pasti belum menghilang secara berbasis pariwisata, dan bantuan kepada tuntas. Sementara angka kedatangan pemerintah pusat dalam merancang strategi- wisatawan mulai memulih, tingkat strategi tanggap darurat. pendapatan masih rendah, dimana untuk menjaring wisatawan diperlukan strategi diskon besar-besaran, dan pengunjung yang Dampak Bom Bali 1 datang tidak membelanjakan uang seperti pengunjung pra bom Bali. Selain itu, bom Pariwisata merupakan peraih devisa kedua Marriott yang terjadi baru-baru ini makin terbesar Indonesia setelah migas. Industri menegaskan kerentanan industri dan ekonomi pariwisata Bali tumbuh secara pesat selama pariwisata Indonesia terhadap serangan teroris. Untuk itu dibutuhkan intervensi yang 1 terarah. Untuk jangka pendek, hal-hal yang Kajian sementara dampak bom Bali disajikan dalam tetap perlu diperhatikan adalah: (i) pertemuan CGI pada Januari 2003 dan Juni 2003. Ringkasan Eksekutif Kedatangan Wisatawan Kedatangan Wisatawan din Bali, 2001-2003 Mancanegara secara langsung 160,000 140,000 120,000 2001/2 100,000 80,000 60,000 2002/3 40,000 20,000 0 Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar April May Jun Jul Aug dua dasarwarsa terakhir, dan menjadi motor daerah-daerah lainnya yang terkait, utama pertumbuhan pulau tersebut. Hasilnya, merasakan dampak yang cukup berat dalam angka kemiskinan Bali pra bom Bali hanya hal tingkat pendapatan dan ketenagakerjaan. mencapai empat persen pada 2002, dibandingkan dengan angka 16 persen untuk Pariwisata. Bom Bali menyebabkan Indonesia secara keseluruhan. Pariwisata anjloknya angka kedatangan wisatawan Indonesia menderita menyusul kerusuhan mancanegara secara langsung. Tepat setelah pada 1998, dan karena melesunya industri krisis, angka tersebut hanya sepertiga dari pariwisata secara global menyusul kasus normal, dan setelah memulih untuk sesaat WTC pada 11 September 2001, namun hingga pada awal 2003 menyusul strategi pemasaran kasus di Kuta sudah mulai memulih. dan diskon khusus, angka ini kembali melemah pada Mei/Juni hingga setengah dari Secara menyeluruh, dampak sosial ekonomi normal. Setelah pariwisata sempat membaik bom Bali adalah signifikan dan bertambah pada awal 2003, dampak bom Bali lantas parah selama paruh pertama 2003. Di luar diperparah oleh perang Irak dan wabah anjloknya angka kedatangan wisatawan SARS, yang mempengaruhi pariwisata di secara tajam selama periode awal dan dampak seluruh kawasan Asia. Setahun setelah terhadap industri perhotelan dan perjalanan, peledakan bom, angka kedatangan wisatawan seketika terjadi penurunan permintaan untuk mancanegara masih berada jauh di bawah industri-industri yang berkaitan langsung normal, meski belakangkan ini mulai dengan pariwisata, yang misalnya dialami memulih hingga 70-80 persen dari angka oleh pengemudi taksi dan pengrajin di Bali. normal. Hanya saja, mutu pengunjung Usaha-usaha kecil dan menengah tampaknya mengalami perubahan dibanding periode pra menerima pukulan terberat. Kabupaten- bom Bali. Strategi diskon besar-besaran perlu kabupaten Bali yang lebih miskin, dan dijalankan dalam rangka menarik wisatawan ii Ringkasan Eksekutif sekarang ini, dan tingkat pengeluaran per menunjukkan bahwa per Mei 2003 dari wisatawan tampaknya jauh lebih rendah sekitar 50.000 orang yang dipekerjakan dalam dibanding mereka di masa lalu. Selain itu, sektor hotel, sekitar 1.400 yang mengalami musim lonjakan (peak season) 2003 sudah PHK. Bukti anekdotal memperlihatkan bahwa berjalan cukup jauh sebelum angka tiga per empat dari jumlah pekerja hotel kedatangan memulih. Dengan demikian, bekerja dengan jumlah shift yang lebih sedikit penghasilan dari sektor pariwisata, yang atau dipulangkan untuk sementara waktu. berimplikasi terhadap pendapatan, akan Banyak dari mereka yang kehilangan kemungkinan masih secara signifikan tertekan pekerjaan di kawasan wisata di daerah selatan akibat tingkat kedatangan wisatawan. Bali telah pulang kembali ke kampung halaman. Lebih dari satu setengah responden Tingkat Pendapatan. Kerentanan di dalam mengkonfirmasi hal ini. dan luar Bali segera tampak pada saat pariwisata melesu. Di Bali, 94 persen UKM. Menurut survei, UKM berupaya untuk responden kunci tingkat kecamatan bertahan dengan mengurangi jumlah pegawai, melaporkan terjadinya penurunan pendapatan dimana 52 persen usaha mengurangi jumlah dalam masyarakat mereka antara Oktober staf sehingga secara total terjadi pengurangan 2002 dan Mei 2003, dimana untuk Bali secara staf yang hampir mencapai 60 persen. Banyak menyeluruh dilaporkan penurunan pendapatan usaha mengaku makin sulit untuk memenuhi rata-rata hingga 43 persen. Penurunan rata- kewajiban keuangan, dan banyak usaha kecil rata tertinggi dilaporkan terjadi di kabupaten dan usaha keluarga yang lantas menjual harta Karangasem (49 persen) dan Gianyar (47 benda. persen), dan terendah di Buleleng (39,6 persen) dan Denpasar (40,7 persen). Menurut Angka Putus Sekolah. Dampak negatif laporan, anjloknya tingkat permintaan selama terhadap tingkat pendapatan dan angka delapan bulan terakhir berujung dengan pengangguran juga berimbas terhadap sektor penurunan omset hingga 60 persen untuk pendidikan, dimana pendidikan anak bidang pekerjaan tertentu. Pedagang pasar, berpotensi untuk mengalami gangguan yang penjaja pantai dan pengemudi taksi signifikan. Tiga puluh satu persen sekolah melaporkan penurunan penghasilan antara 32 melaporkan terjadinya kasus putus sekolah persen (Pasar Badung) hingga 71 persen selama tahun ini. Angka putus sekolah (Pasar Ubud) yang berpengaruh terhadap berbeda secara nyata antar kabupaten, dengan keuntungan. jumlah tertinggi di kawasan timur laut Bali yang merupakan daerah termiskin, dimana Ketenagakerjaan. Secara menyeluruh, Buleleng (60 persen) dan Karangasem (55 responden kunci di semua kecamatan Bali persen) memiliki angka tertinggi. Meski memprakirakan bahwa 29 persen tenaga kerja begitu, dari segi jumlah murid angka aktual mengalami pemutusan hubungan kerja antara putus sekolah yang dilaporkan hanya kurang Januari dan akhir April 2003. Dalam ekonomi dari satu persen jumlah murid. Meski begitu Bali secara menyeluruh, dampak terhadap masih ada ketidakpastian soal pendaftaran ketenagakerjaan umum dinyatakan dari segi anak ke sekolah pada tahun ajaran baru yang penurunan tingkat pendapatan dan jumlah berjalan terhitung sejak Juli 2003. setengah pengangguran, dan bukan dari segi jumlah pengangguran resmi dan kehilangan Ketegangan Sosial. Tidak seperti yang mata pencaharian. Data statistik resmi tentang semula dikhawatirkan, ketegangan sosial pemutusan hubungan kerja di sektor formal hanya terjadi secara terbatas. Secara umum, iii Ringkasan Eksekutif kerekatan sosial bahkan meningkat selama terhadap produsen di Jawa Timur dan daerah 2003, meski ketegangan tetap tinggi di lainnya belum tersedia. sejumlah kecil kecamatan yang mengalami tekanan ekonomi, permasalahan sosial, dan Respon terhadap krisis permasalahan pemuda dan pengangguran yang cukup berat. Sebagian besar gejolak Pihak pemerintah, donor, dan masyarakat Bali sosial di masa lalu terjadi di kawasan utara memberikan respon pada saat terjadinya bom dan timur Bali (Buleleng, Karangasem), dan Bali. Upaya-upaya awal berhasil menurut responden tidak ada peningkatan meningkatkan keamanan, dan bantuan awal gejolak sosial yang nyata pada 2003. Yang bagi korban langsung juga diberikan. patut dicatat, hanya segelintir kerusuhan yang Prakarsa-prakarsa yang menangani dampak melibatkan penduduk asli dan pendatang, sosial ekonomi membutuhkan waktu lebih dimana kebanyakan insiden terjadi anatar lama sebelum benar-benar berjalan, yang kelompok masyarakat Bali. Kepala desa, sebagian dikarenakan kendala administratif tokoh adat dan pihak kepolisian diidentifikasi dan waktu tenggang yang diberlakukan. sebagai aktor utama yang menangani ketegangan sosial, yang menekankan Organisasi-organisasi masyarakat, yaitu pentingnya suatu pendekatan sosial ekonomi terutama lembaga-lembaga adat Bali yang dan keamanan yang terpadu di kecamatan- memiliki pengaruh kuat, merespon krisis kecamatan yang rentan. secara cepat. Masyarakat menyadari bahwa mereka akan turut merasakan manfaatnya jika Dampak di Luar Bali. Dampak yang terjadi pariwisata dapat memulih. Keprihatinan yang di luar Bali tersebar jauh lebih luas. Di ada pada masa awal bahwa ketegangan sosial Lombok, tiga per empat responden di akan meningkat tidak terbukti dimana kecamatan-kecamatan yang paling menderita masyarakat secara aktif membantu melaporkan rata-rata penurunan pendapatan menanggulangi potensi konflik sosial pada hingga 50 persen. Hal ini lantas diperparah tingkat lokal dan meningkatkan keamanan. oleh turunnya angka permintaan terhadap Hampir semua sekolah di Bali (97 persen) barang kerajinan di Bali serta turunnya memiliki dewan sekolah, yaitu suatu forum kesempatan kerja bagi pekerja pendatang dari yang mempertemukan guru dan orang tua. Lombok di Bali. Lebih dari dua per tiga (70 persen) dari dewan tersebut bertemu untuk membahas dampak Di Jawa Timur, dampak makro ekonomi yang krisis, dan seringkali memberikan bantuan dialami pada tingkat provinsi cukup kecil, dalam bentuk uang tunai. namun dampak yang lebih berat dirasakan di sejumlah desa dan kecamatan tertentu yang Tanggap Darurat. Bantuan tanggap darurat memiliki kaitan ekonomi yang erat dengan untuk para korban, dan bantuan untuk Bali, misalnya dalam bidang perdagangan dan penyelidikan polisi dengan cepat diberikan, ketenagakerjaan. Industri kerajinan perak dan dan langkah-langkah peningkatan keamanan kayu di Pasuruan, pengrajin granit dan logam di Pulau Dewata dilaksanakan sejak dini. di Tulungagung, dan pengrajin kayu dan Bantuan kepada para korban, termasuk bambu di Banyuwangi mengalami penurunan bantuan medis dan keuangan senilai lebih dari omset hingga 50 persen. Meski begitu, $10 juta telah diberikan. Sejak awal, pihak informasi komprehensif tentang sistem donor dan Pemerintah juga sepakat untuk dagang tersebut dan peran penting Bali mendirikan sistem monitoring dampak sosial ekonomi bom Bali, dan pada Januari 2003 hasil-hasil pertama upaya tersebut sudah iv Ringkasan Eksekutif tersedia. Sedapat mungkin, segala upaya dimaksudkan untuk membantu mereka yang diarahkan untuk menjadikan program- terkena dampak bom Bali, yaitu antara lain program lebih responsif terhadap konteks dalam bidang akses pelayanan kesehatan dan bom Bali. Sebagai contoh, USAID dan pendidikan. Meski begitu, pemerintah daerah AusAID memberikan bantuan langsung tidak memiliki cukup dana untuk dalam rangka pemulihan pasca bom Bali, melaksanakan program pemulihan yang sementara UNDP menangani kebutuhan komprehensif. Pemerintah Provinsi Bali juga jangka pendek masyarakat-masyarakat yang mengembangkan rencana untuk Program paling menderita. Pemulihan Bali, yang memusatkan perhatian pada bantuan pada tingkat masyarakat, Respon Sosial Ekonomi. Sejak awal kegiatan peningkatan pendapatan dan pemberian respon sudah diprakirakan bahwa pemeliharaan akses kepada pelayanan sosial, kelesuan dalam industri pariwisata akan namun program tersebut belum terlaksana berdampak negatif terhadap kesejahteraan karena terbentur kendala sumber daya. sosial, dan kemungkinan juga terhadap Pemerintah menemui kendala-kendala ketegangan sosial. Yang menjadi pertanyaan tersebut karena baru mengalami kejadian besar adalah ruang lingkup dan pengaruh dari seperti ini untuk pertama kalinya, ditambah dampak yang ditimbulkan kelesuan tersebut. lagi dengan penyesuaian-penyesuaian yang Oleh karena itu, sejak awal sudah disadari harus dilakukan dengan diberlakukannya bahwa suatu strategi pemulihan bukan saja sistem desentralisasi yang memberi harus menangani dampak ekonomi, tapi juga wewenang lebih luas kepada pemerintah memulihkan keadaan Bali sebagai tujuan kabupaten dan provinsi. Koordinasi antara wisata yang aman dan menarik dengan aneka berbagai tingkat pemerintah dalam ragam kebudayaan. melaksanakan program merupakan tantangan yang cukup besar. Pemerintah tingkat pusat, provinsi dan lokal memusatkan perhatian pada tiga bidang: (i) Respon donor terarah pada perlindungan promosi pemulihan pariwisata; (ii) kesejahteraan sosial dan bantuan peningkatan perlindungan kesejahteraan sosial; dan (iii) pendapatan dari sektor selain pariwisata, mata promosi sektor alternatif selain pariwisata. pencaharian dan pengembangan masyarakat. Pemerintah pada semua tingkat secara cepat Sebelum peristiwa peledakan bom itu, Bali membentuk sejumlah Tim Pemulihan yang bukan menjadi provinsi target untuk program- melingkupi enam bidang kerja: (i) keamanan, program pengentasan kemiskinan yang (ii) promosi dan penyelenggaraan even didanai masyarakat donor karena tingkat pariwisata, (iii) pembangunan prasarana, (iv) kesejahteraan pulau itu yang relatif lebih transportasi, (v) insentif anggaran, dan (vi) tinggi. Oleh karena itu, dampak negatif yang pemulihan sosial ekonomi. Pemerintah pusat berkepanjangan di Bali harus dipandang dari mengalokasikan Rp 100 milyar untuk maksud konteks tantangan yang mendesak yang tersebut. Per Juni 2003, setengah dari jumlah dihadapi dalam pembangunan sosial di tersebut telah dialokasikan untuk program- seluruh wilayah Nusantara. Program-program program penyelamatan, kampanye pariwisata, donor utama yang bergerak dalam bidang dan peningkatan keamanan, dimana sekitar 20 sosial ekonomi yang aktif di Bali adalah: (i) persen dari dana tersebut telah disalurkan. Bali Rehabilitation Fund (AusAID), AUD 750.000 untuk bantuan sektor alternatif selain Pemerintah provinsi dan kabupaten sudah pariwisata, (ii) Kecamatan Development melaksanakan sejumlah program yang Program (Bank Dunia), USD 28 juta selama v Ringkasan Eksekutif kurun waktu tiga tahun yang terdiri dari dana terhadap risiko yang ada, pemerintah masyarakat di ke-53 kecamatan Bali, dimana Indonesia memprihatinkan dampak yang menurut rencana penyaluran dana yang ditimbulkan anjuran perjalanan terhadap pertama akan berlangsung pada September pariwisata dan ekonomi daerah. Pada 2003, (iii) Bali Response (USAID), $ 5 juta akhirnya, pemerintah asing ataupun Indonesia yang sebagian besar terdiri dari dana kecil tidak dapat membendung niat wisatawan yang terutama dimaksudkan untuk pemulihan untuk mengunjungi Indonesia. Permasalahan ekonomi dan pencegahan konflik, (iv) anjuran perjalanan tersebut lebih jauh Community Recovery Programme (UNDP), menyoroti kenyataan bahwa meski Bali USD300.000 dalam bentuk bantuan dana merupakan pintu masuk internasional ke langsung untuk masyarakat di daerah-daerah Indonesia, stabilitas keamanan dan politik di yang terkena dampak terberat, (v) Bali Urban wilayah lain Nusantara akan berdampak Infrastructure Project (Bank Dunia), USD 2-3 terhadap upaya pemulihan di Bali. juta dalam bentuk bantuan dana langsung untuk masyarakat dengan memanfaatkan Bali setelah tragedi model CBD yang dikembangkan Bappeda Bali, dan (vi) Dana Perwalian Bank Dunia- Satu tahun setelah serangan teroris, upaya- Pemerintah Belanda sebesar USD 2-3 juta upaya terarah masih dibutuhkan untuk untuk bantuan dana untuk sekolah, program membantu proses pemulihan Bali yang ini belum terlaksana. sedang berlangsung dan meningkatkan prospek Pulau Dewata. Pada tahap ini, Karena dampak bom Bali belum diketahui prioritas adalah untuk secara efektif secara pasti dan karena tingkat kesejahteraan melaksanakan dan menyalurkan komitmen pulau tersebut yang relatif lebih tinggi, bantuan pemerintah dan donor yang ada, masyarakat donor sepakat untuk terus meski sejumlah intervensi kunci yang memantau keadaan dan siap memberikan disebutkan di sini belum menerima bantuan jika memang dibutuhkan. Pemerintah pendanaan. Melihat situasi yang terus Belanda, melalui Bank Dunia, berkembang, kegiatan monitoring tetap mengalokasikan dana sekolah dalam rangka penting, dan program-program kini harus siap mengantisipasi kenaikan angka putus sekolah. sedia untuk memberi respon secara kreatif Meski disinyalir bahwa angka putus sekolah dan fleksibel. Prioritas jangka pendek adalah mengalami kenaikan, kondisi Bali masih jauh kewaspadaan keamanan, pelaksanaan lebih baik dibanding angka rata-rata nasional, program-program yang sudah ada, dan yang berarti bahwa dana tersebut belum monitoring dampak. dimanfaatkan selama tahun ajaran 2002/3. Selain monitoring, sejumlah kecil program Pemajuan lingkungan yang aman. Bali dan donor dikembangkan di luar Bali dalam industri pariwisata Indonesia membutuhkan rangka menanggulangi dampak bom Bali. upaya-upaya berkelanjutan yang menangani ancaman terorisme dan kekerasan dan Sejumlah besar pemerintah negara donor menciptakan lingkungan yang aman bagi mengeluarkan anjuran perjalanan (travel penduduk Indonesia maupun wisatawan. advisory) pasca bom Bali. Hal ini Lingkungan yang aman merupakan prasyarat mempertegas peran penting persepsi bagi upaya-upaya revitalisasi sektor swasta keamanan terhadap pemulihan industri dan membantu upaya masyarakat yang pariwisata. Sementara pemerintah-pemerintah berkelanjutan. Untuk itu dibutuhkan: luar negeri terus memperingatkan warganya vi Ringkasan Eksekutif · Pada tingkat nasional, pemerintah Monitoring Dampak. Pada saat pariwisata melanjutkan upaya untuk mencegah mulai memulih, monitoring secara serangan-serangan di masa mendatang. berkelanjutan terhadap aspek-aspek yang · Bantuan untuk upaya Pemerintah rentan dan terhadap aspek-aspek yang Indonesia untuk menguatkan dialog dan tertinggal dalam proses pemulihan perlu kerjasama efektif antara sektor swasta, dilakukan. Untuk itu, Pemerintah perlu: masyarakat, dan kepolisian untuk · Memantapkan dan meningkatkan kegiatan memastikan partisipasi semua pihak yang pengumpulan dan pengelolaan data dan berkepentingan dalam menciptakan informasi yang terkait dengan pariwisata lingkungan yang aman. domestik dan internasional di Bali dalam · Bantuan untuk upaya profesionalisasi rangka membangun landasan yang lebih kepolisian dan mengembangkan proyek- baik dalam membuat kebijakan (misalnya, proyek percontohan pemolisian untuk BPS Bali dan lembaga/organisasi masyarakat yang terarah dan berbasis pariwisata). wilayah di daerah-daerah rentan, yang · Mengulang survei sarana sekolah dalam bertujuan untuk memantapkan hubungan rangka mengkaji dampak berkelanjutan polisi-masyarakat dan perancangan terhadap akses dan mutu pendidikan. prakarsa-prakarsa pencegahan ketegangan · Mempertimbangkan pelaksanaan survei sosial dan tindak kekerasan. rumah tangga yang terarah dalam rangka mengkaji strategi penanggulangan krisis Melaksanakan program-program yang sudah menjelang Susenas 2004. ada. Fokus program-program · Melaksanakan kajian kebutuhan pasar penanggulangan dampak perlu difokuskan tenaga kerja, pencari kerja dan UKM pada upaya-upaya yang sudah ada, bukan melalui kerjasama dengan lembaga komitmen baru. Agar dapat membuahkan pemerintah provinsi dan kabupaten terkait hasil di lapangan, dalam rangka merancang strategi jangka · Memastikan penyaluran dana bantuan menengah untuk program-program padat- pemerintah secara terarah dan efektif karya dan bantuan kepada UKM. kepada daerah-daerah dan kelompok- · Mengevaluasi status terkini kondisi kelompok yang paling menderita untuk hutang usaha-usaha yang terkena dampak memastikan bahwa kesejahteraan sosial krisis, terutama UKM. tidak terkena dampak lebih parah. · Memastikan bahwa lembaga-lembaga Untuk jangka menengah, Pemerintah perlu kesehatan dan pendidikan terus menggeser perhatian dari krisis ke memperhatikan aspek keterjangkauan pembangunan yang lebih berkelanjutan dan (accessibility), terutama bagi golongan terdiversifilasi di Bali dan luar Bali. Dan masyarakat miskin. berdasarkan pengalaman bom Bali, · Meninjau kembali program-program yang Pemerintah juga perlu merubah mekanisme mengadakan dana masyarakat (KDP, tanggap darurat dalam era desentralisasi. BUIP dan CRP) untuk memastikan penargetan yang efektif yang sesuai Memajukan pembangunan berbasis dengan temuan-temuan kajian dan pariwisata yang berkelanjutan. Hingga Bali meningkatkan koordinasi bantuan dengan keluar dari kelesuan ekonomi, agenda jangka pemerintah daerah. pendek dalam rangka pemulihan berbasis pariwisata yang menanggulangi dampak krisis yang terarah pada akses terhadap pelayanan vii Ringkasan Eksekutif sosial dan kesempatan kerja alternatif tetap · Meningkatkan dialog antara pemerintah memainkan peran yang sangat penting. Pada daerah dan pihak yang berkepentingan di akhirnya, ekonomi berbasis pariwisata Bali sektor pariwisata Bali, NTB dan tujuan perlu lebih berkelanjutan dan peka terhadap wisata lainnya melalui Kelompok berbagai gejolak dengan cara pemajuan Pemulihan Pariwisata multi-stakeholder inovasi dan partisipasi masyarakat setempat. yang luas (pemerintah, kepolisian, Trend terkini pariwisata global dan masa industri, perwakilan masyarakat) dalam depan yang tidak menentu mengisyaratkan rangka menghasilkan strategi pemulihan dibutuhkannya upaya penempatan dan pariwisata yang komprehensif yang secara renovasi kembali Bali sebagai tujuan wisata efektif menjalin hubungan koordinasi serta pembangunan ekonomi yang lebih dengan kelompok kerja Pemulihan terdiversifikasi dan berkelanjutan yang lebih Pariwisata Nasional dan aktor-aktor 'tahan banting'. tingkat provinsi. · Mendorong pihak-pihak yang Sejarah pembangunan pariwisata Bali berkepentingan untuk menghasilkan menunjukkan bahwa perencanaan top-down dokumen strategi dengan kerangka waktu, tidak selalu efektif. Meski dilakukan tahapan pencapaian proyek (milestone), perencanaan, industri pariwisata Bali dan sumber daya pelaksanaan yang jelas, berkembang menurut dinamikanya tersendiri, dan bersama masyarakat mengidentifikasi yang bergerak pada laju yang sedemikian kemungkinan-kemungkinan pelaksanaan rupa sehingga menciptakan kerentanan yang proyek-proyek revitalisasi tempat wisata amat tinggi dalam struktur ekonomi pulau yang dapat dilaksanakan masyarakat tersebut. Pengalaman ini menegaskan bahwa setempat dengan dana pemerintah atau rencana-rencana top-down akan kian tidak donor sebagai bagian dari suatu efektif dalam mengelola proses kompleks pendekatan pariwisata berbasis pembangunan berbasis pariwisata di masyarakat yang juga akan membuka Indonesia, yang dimulai di tujuan wisata lapangan kerja yang sangat dibutuhkan utama Bali. Berbagai pihak yang itu. berkepentingan - termasuk pemerintah pusat, · Menjajaki alternatif-alternatif untuk provinsi dan lokal, masyarakat, dan sektor mendiversifikasi ekonomi Bali dengan swasta - harus mau memainkan peran masing- memanfaatkan kaitan-kaitan dengan masing. sektor pariwisata (misalnya melalui pemantapan saluran-saluran ekspor). Pembangunan yang berkelanjutan · Mengembangkan pasar dan pola mensyaratkan pemahaman yang lebih baik pembangunan untuk UKM yang berkaitan tentang bagaimana pariwisata dapat dengan pariwisata yang berlokasi di Bali, menguntungkan masyarakat secara langsung Lombok dan Jawa Timur yang terarah maupun tidak langsung. Tidak dapat pada penguatan analisa pasar dan riset dipungkiri bahwa pariwisata akan terus produk, pelayanan pendukung, menjadi sektor andalan Bali, dan hubungan pengembangan ketrampilan dan kapasitas kemitraan dan keterkaitan yang lebih efektif dan meningkatkan hubungan dagang dan antara masyarakat, dunia usaha dan aktor manajemen informasi. ekonomi setempat lainnya perlu · Mempertimbangkan perancangan proyek- dikembangkan sehingga manfaat ekonomi proyek percontohan pariwisata berbasis Bali dapat didistribusi secara lebih adil. Visi masyarakat dan kawasan-kawasan seperti ini memerlukan hal-hal sebagai revitalisasi pariwisata di Bali dan Lombok berikut: viii Ringkasan Eksekutif dalam rangka memetik pelajaran dan benar rentan. Melihat dampak krisis yang praktek terbaik untuk ditiru di masa sangat beragam, penargetan pada tingkat mendatang. Proyek-proyek tersebut dapat kecamatan merupakan langkah tepat dengan dikembangkan pemerintah provinsi dan memanfaatkan informasi dari kegiatan kabupaten dengan partisipasi pihak monitoring yang disajikan dalam laporan ini. relevan yang berkepentingan seperti Kedua, lembaga-lembaga donor perlu terus masyarakat dan bantuan donor. membantu upaya monitoring. Putaran survei responden kunci, dan mungkin survei sekolah, Merancang kembali mekanisme tanggap yang selanjutnya dapat memberitahu apakah darurat. Satu pelajaran yang dapat dipetik pemulihan pariwisata memiliki pengaruh dari dampak bom Bali adalah bahwa positif terhadap ekonomi rumah tangga dari koordinasi krisis dan aspek pelaksanaan perlu mereka yang menderita akibat dampak bom mendapat penanganan yang lebih baik di era Bali. Ketiga, lembaga-lembaga donor perlu desentralisasi. Oleh karena itu Pemerintah memberikan bantuan teknis kepada berbagai perlu mengkaji mekanisme tanggap darurat tingkat pemerintah. Bantuan tersebut dapat dan pemulihan pasca krisis dalam lingkungan diberikan dalam bidang perencanaan dan terdesentralisasi, dan menyepakati instrumen- pelaksanaan program-program yang sudah instrumen efisien untuk penyaluran sumber dijanjikan, berikut bantuan jangka panjang daya, mekanisme koordinasi dan kerjasama dalam bidang perencanaan dan penganggaran. yang efektif antara berbagai tingkat Selain itu bantuan juga perlu diberikan pemerintah. kepada pemerintah provinsi dan lokal dalam memfasilitasi perencanaan strategis untuk Lembaga-lembaga donor dapat membantu pemulihan dan diversifikasi jangka panjang. dalam semua upaya tersebut. Pertama, mereka Terakhir, donor dapat membantu perlu melanjutkan pelaksanaan program yang mengembangkan strategi untuk pelaksanaan diprakarsai pasca bom Bali. Kunci respon yang terkoordinir dalam keberhasilan program yang terarah pada menanggulangi potensi krisis di masa bantuan kesejahteraan sosial adalah mendatang. penargetan kelompok-kelompok yang benar- ix BAB 1: PENGANTAR Pariwisata, dengan Bali sebagai primadona, muncul sebagai salah satu sektor terdinamis perekonomian Indonesia. Sektor tersebut menempati urutan kedua setelah migas dalam hal peraihan devisa. Industri pariwisata Bali masih terpusat di kawasan selatan pulau tersebut, seperti semenanjung Nusa Dua, menyusul pembangunan besar-besaran selama dasawarsa 1970- an dan 1980-an. Walau semula pihak perencana merasa khawatir kebudayaan Bali akan terkena ekses negatif proses pembangunan pariwisata internasional, akomodasi dan jasa-jasa yang terkait dengan industri pariwisata menjamur di berbagai lokasi, terutama di Kuta tempat terjadinya tragedi bom pada Oktober 2002 itu. Hasilnya, pariwisata mempengaruhi mata pencaharian seluruh pulau Bali, termasuk kawasan utara dan timur yang lebih miskin, karena kaitan-kaitan dalam bentuk migrasi penduduk, kiriman uang ke kampung halaman, dan pengeluaran umum di semua sektor. Kaitan-kaitan tersebut dapat ditelusuri hingga Lombok, pemasok bagi Bali yang telah mengembangkan industri pariwisatanya sendiri. 1.1 'Booming' Pariwisata Indonesia selama 1990-an, dimana sekitar seperempat kunjungan wisata ke Indonesia merupakan 1. Pulau Bali berkembang menjadi salah satu kunjungan langsung ke Bali. Meski sejak tujuan wisata terkemuka dengan lebih dari 1998 Indonesia diguncang gejolak ekonomi satu juta kunjungan langsung wisatawan dan transisi politik, wisman tetap berdatangan mancanegara (wisman) per tahun sejak 1994 karena, antara lain, melemahnya nilai tukar (Gambar 1). Sejak pertengahan 1980-an, Rupiah. jumlah kunjungan ke Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya 2. Meski penduduk Bali yang berjumlah 3,4 meningkat enam kali lipat dan berlipat ganda juta jiwa itu hanya 1,6 persen dari jumlah Gambar 1. Tingkat Kedatangan Wisatawan secara Langsung di Indonesia dan Bali 6,000 0.35 Number of Direct Foreign Tourist Arrivals 5,000 0.3 0.25 4,000 0.2 ('000s) 3,000 Indonesia 0.15 2,000 Bali 0.1 Bali Direct Share 1,000 0.05 0 0 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 Year Bab 1: Pengantar penduduk Indonesia, hampir semua orang 4. Jawa Timur, dengan jumlah penduduk asing yang datang ke Indonesia bersinggah ke lebih dari 38 juta jiwa dengan angkatan kerja pulau tersebut. Seyogyanya Bali mewakili lebih dari 18 juta, merupakan provinsi citra Indonesia di mata dunia. Angka terpadat kedua Indonesia. Jawa Timur kedatangan aktual ke Bali jauh melampaui memiliki kaitan yang cukup erat dengan Bali, angka kedatangan pengunjung secara terutama dalam bidang perdagangan dan langsung di Denpasar, dimana diprakirakan migrasi. Provinsi ini telah memasok berbagai bahwa satu setengah pengunjung Bali masuk produk untuk Bali, seperti barang kerajinan, melalui titik masuk lainnya seperti Jakarta, furnitur, perak, dan bahan pangan maupun dan seringkali pengunjung merangkai tenaga buruh, dalam volume yang makin perjalanan dengan kunjungan ke tujuan wisata besar yang turut membantu pertumbuhan lainnya seperti Yogyakarta. Selain itu, banyak industri pariwisata Bali. Komoditi utama yang penduduk Indonesia, dan orang asing yang diperdagangkan dengan Bali meliputi kayu, menetap di Indonesia, memilih Bali sebagai rotan, perak, logam, batu dan permata, tempat berlibur. Karena itu pengunjung Bali bambu, kulit, tanah liat dan keramik, garmen, dapat digolongkan menjadi tiga: pengunjung bahan pangan, dan hasil bumi. yang datang secara langsung, yang datang secara tidak langsung, dan pengunjung 5. Peristiwa tragis pada 12 Oktober 2002, domestik. yang disusul perang di Irak dan wabah SARS, memicu krisis besar terhadap ekonomi 3. Pariwisata juga memainkan peran yang berbasis pariwisata di Bali dan Indonesia makin penting di Lombok, meski skalanya yang imbasnya merambah ke daerah lain masih kurang dari sepersepuluh pariwisata terutama Lombok, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali. Daerah wisata Senggigi, Kepulauan Gili Yogyakarta, serta daerah lainnya. (Lombok Barat) dan Kuta (Lombok Tengah) merupakan tujuan wisatawan nusantara 6. Dalam pertemuan tahunan CGI pada (wisnus) maupun wisman, dimana sebagian Januari 2003, UNDP, USAID, dan Bank besar tiba melalui Bali. Mataram membidik Dunia menyajikan laporan dampak sosial pasar domestik. Di luar daerah-daerah ekonomi tiga bulan pasca bom Bali. tersebut pembangunan sarana wisata sudah Kesimpulan yang dicapai pada waktu itu berjalan meski masih terbatas, namun adalah bahwa proses pemulihan belum pemerintah daerah (Pemda) setempat tengah bergulir dan bahwa penting untuk terus mempromosikan pengembangan wilayah memantau krisis dan meninjau respon demi lainnya yang lebih terpencil sebagai tujuan memajukan proses pemulihan dan wisata. Lombok memiliki banyak sentra menanggulangi dampak negatif. Tujuh bulan produk keramik, tekstil, dan barang kerajinan setelah bom Bali diluncurkanlah laporan ini lainnya yang dijual ke pasar wisatawan lokal yang mengkaji dampak dan respon di tiga atau diekspor ke Bali dan tempat lainnya. provinsi, yaitu Bali, Lombok, dan Jawa Pedagang menjual barang produksi lokal Timur, yaitu daerah-daerah yang terkena maupun barang impor langsung ke pasar dampak tragedi tersebut dan peristiwa lain wisatawan lokal atau mengekspor barang yang menyusulnya. Perhatian khusus produksi lokal ke Bali. diberikan kepada Bali melihat tingkat ketergantungannya pada pariwisata. Bab 1 selanjutnya akan memerinci latar belakang pariwisata Bali dan Lombok dan menganalisa dampak potensial berdasarkan informasi dan 1 PROPEDA Bali 2000-2004. data yang tersedia mengenai sektor pariwisata 2 Bab 1: Pengantar Bali. Bab 2 berisi tinjauan terkini tentang UNDP dengan Bank Dunia sebagai badan situasi sosial ekonomi di Bali, Lombok, dan pelaksana. Proses pembangunan dimulai pada Jawa Timur berdasarkan data primer yang April 1970 oleh perusahaan Prancis Societe dikumpulkan di lapangan pada Mei 2003. Bab Centrale pour l'Equipement Touristique 3 meninjau berbagai respon Pemerintah Outre-Mer (SCETO). Konsep 'wisata budaya' Indonesia dan donor terhadap krisis. Bab 4 diprakirakan dapat menekan dampak memberikan kesimpulan dan rekomendasi. pariwisata terhadap kehidupan budaya pulau tersebut. Pertama, keikutsertaan penduduk Bali dalam mengembangkan rencana tersebut 1.2 Pembangunan Pariwisata di Bali adalah sangat minim. Peran Pemda Provinsi sebatas sebagai pengarah, ditambah dengan 7. Meski kegiatan pariwisata telah tak adanya satu pun anggota tim SCETO yang berlangsung di Bali sejak abad lalu, berpengalaman dengan Indonesia dan tidak pariwisata masal baru meraih momentum adanya proses pengarahan bersama pihak pada pertengahan atau akhir 1980-an, jauh berkepentingan yang lebih luas di Bali. hari setelah Bali ditemukan dan dihuni oleh Kedua, fokus studi terang-terangan terarah kalangan seniman dan peselancar. Pada pada pengembangan pariwisata internasional awalnya, sebagian besar kegiatan tanpa memberikan prioritas yang cukup pada pembangunan terpusat di selatan pembangunan Bali secara luas atau dampak semenanjung Nusa Dua, selain di Sanur sosial, budaya, dan lingkungan yang (tempat dibangunnya Bali Beach Hotel pada diakibatkan pariwisata masal internasional masa pemerintahan Soekarno di era 1950-an terhadap Bali. Picard (1996) menyoroti dengan ganti rugi perang Jepang), Kuta, dan kenyataan bahwa tim SCETO menyadari Legian. dilema yang diakibatkan pengembangan pariwisata masal di Bali: 8. Rencana Induk Bali Tourism Development yang pertama didanai oleh Gambar 2. Kawasan Wisata di Bali 3 Bab 1: Pengantar "Pengunjung tiba sebagai individu Departemen Pariwisata, Pos dan dengan standar hidup yang lebih tinggi, Telekomunikasi (Deparpostel), pembebasan yang kurang lebih merasa frustrasi visa bagi wisman (masalah seputar visa dengan kebudayaannya sendiri dan belakangan ini kembali menghangat), berupaya untuk mengidealisasi suatu pembukaan sejumlah pintu masuk (entry port) peradaban yang mereka tahu sebatas baru (disamping Jakarta), dan sarana untuk kulitnya saja, yang mereka samakan menarik penanaman modal asing (PMA). dengan Sorga yang Hilang yang mereka Langkah-langkah kebijakan liberalisasi untuk harap tidak akan berubah. Sebaliknya, si memajukan perdagangan dan penanaman tuan rumah terkesima dengan gaya hidup modal asing pada 1988 berhasil merangsang orang asing dan cenderung menganggap industri pariwisata Bali, dan pada 1980-an negara asal wisman sebagai Tanah dan 1990-an hotel-hotel baru bertaraf Perjanjian yang layak ditiru." (SCETO internasional bermunculan di Nusa Dua dan 1971: Vol. 2, hlm. 97, di dalam Picard daerah lainnya. (1996)) 10. Pada 1988, Rencana Induk Bali untuk 9. Pada 1983, Pemerintah Indonesia Pariwisata yang pertama rampung dan Pemda menerapkan sejumlah langkah kebijakan Provinsi Bali mengadopsi Pola Dasar untuk memajukan Indonesia dan Bali sebagai Pembangunan Daerah (POLDAS) yang baru. tujuan wisata melalui pembentukan Tidak seperti model sebelumnya yang Tabel 1. Sebaran Hotel di Bali PDRB per Jumlah hotel Jumlah kamar hotel kapita (Rp) Kabupaten Non Non (2000) Bintang Bintang Bintang Total Bintang Bintang Jembrana 4,8 juta 0 22 22 0 263 263 Tabanan 3,9 juta 2 38 40 317 441 758 Badung 10,1 juta 71 317 388 12.933 8.221 21.154 Gianyar 5,1 juta 7 407 414 291 3.059 3.350 Klungkung 5,1 juta 0 26 26 0 231 231 Bangli 3,8 juta 0 24 24 0 184 184 Karangasem 3,1 juta 7 121 128 250 1.550 1.800 Buleleng 3,6 juta 4 132 136 297 1.909 2.206 Denpasar 6,1 juta 22 168 190 2.939 3.670 6.609 Total (2001) 113 1.255 1.368 17.027 19.528 36.555 Sumber: BPS 2001, Bali dalam Angka. 4 Bab 1: Pengantar Tabel 2. Data Dinas Parawisata Pondok Wisata Hotel Melati Hotel Berbintang Kabupaten Unit Kamar Unit Unit Kamar Unit Denpasar 44 204 140 3.185 23 3.034 Badung 81 377 274 6.589 86 14.954 Bangli 5 23 15 185 Buleleng 26 125 63 1.095 5 225 Gianyar 123 563 87 1.269 9 422 Jembrana 14 70 23 314 Klungkung 9 40 3 30 3 36 Karangasem 43 195 63 1.130 7 293 Tabanan 27 124 23 425 2 305 Total (2002) 372 1.721 691 14.222 135 19.269 2001 330 1.411 613 12.721 128 18.464 2000 322 1.474 598 12.357 117 17.933 1999 305 1.371 594 12.476 112 17.713 1998 289 1.291 555 11.766 106 16.697 Sumber: Dinas Pariwisata. 2002. Directory of Licensed Establishments (Direktori Usaha Berijin: Hotel. Pondok Wisata. Rumah Makan/Restaurant Bar. Biro Perjalanan Wisata). menganjurkan pengembangan kawasan yang perdagangan, pertunjukan budaya, dan jasa terkonsentrasi, POLDAS mengandalkan yang tercipta di kawasan-kawasan wisata. pariwisata sebagai tiang ekonomi untuk seluruh Bali. Pemda Provinsi Bali membentuk 11. Persediaan Akomodasi di Bali Saat Ini. lima belas (15) kawasan wisata, dan Fokus terhadap daerah selatan Bali kemudian memperluasnya menjadi dua puluh menimbulkan kesenjangan ekonomi antar satu (21) yang meliputi 178.470 Ha atau 24,7 kabupaten, dimana kesempatan kerja persen dari wilayah darat Bali. Penduduk Bali langsung di sektor pariwisata serta diharapkan dapat memetik manfaat dari pendapatan asli daerah (PAD) dari hotel dan lapangan kerja serta peluang di sektor restoran terpusat di kabupaten Badung dan Denpasar. Pada 2000, Bali memiliki 113 hotel 5 Bab 1: Pengantar Tabel 3. Prakiraan BPS tentang Jumlah Total Pengunjung ke Bali Bintang Kamar Tamu Tamu Tamu Non Kamar Asing Domestik Total Asing Domestik Total Bintang 2002 2001 126 2.009.221 500.661 2.509.882 2000 113 17.027 1.155.129 253.120 1.408.249 1.255 19.529 3.169.999 1.146.053 4.316.052 1999 104 22.254 1.333.233 210.739 1.543.973 1.240 18.529 1998 102 16.371 1.177.074 202.346 1.379.420 1.189 18.379 1997 90 14.626 1.283.157 241.232 1.524.389 1.157 19.022 1996 13.938 1.127 17.410 Sumber: Bali Dalam Angka. Tabel 8.7 ff Bali Dalam Angka. berbintang (48 hotel bintang empat dan lima), 13. Tingkat Hunian Hotel dan Kunjungan dimana lebih dari 80 persen berlokasi di Wisatawan. Tepatnya berapa jumlah dan tipe Badung dan Denpasar. Dengan lebih dari tiga wisatawan yang berkunjung ke Bali setiap puluh enam ribu kamar penginapan, Bali telah tahunnya masih menjadi bahan perdebatan. melampaui target ambisius yang ditetapkan Selain data kunjungan langsung wisman ke tim perencana SCETO hingga lima kali lipat. Bali, kita harus mengandalkan statistik tingkat Sebagian besar kamar tersebut adalah milik hunian hotel dan informasi tak langsung hotel non bintang, yang menurut Biro Pusat lainnya mengenai kunjungan wisman ke Statistik (BPS) berjumlah lebih dari seribu Indonesia guna memperoleh gambaran yang dua ratus usaha dengan jumlah total kamar lebih lengkap mengenai tingkat kunjungan yang mendekati dua puluh ribu. tidak langsung wisatawan luar dan dalam negeri ke Bali. Dari data akomodasi BPS, 12. Dinas Pariwisata Provinsi Bali menangani satu-satunya sumber data akomodasi yang data tempat penginapan berizin di Bali. komprehensif yang diperbarui secara berkala, Estimasi Dinas Pariwisata terhadap sektor dapat dilihat bahwa selama 2001/2 total hotel berbintang mendekati prakiraan BPS, tingkat kunjungan wisman ke Bali berkisar namun keduanya berbeda secara nyata dalam antara 4,3 sampai 5,1 juta (Tabel 3). Ini sulit hal estimasi sektor hotel non bintang. untuk diterima, sekalipun angka tersebut Menurut Dinas Pariwisata, inventarisasi sudah memperhitungkan faktor pengunjung kamar hotel non bintang pada 2001 hanya berulang. Pasalnya, angka sebesar itu mencapai empat belas ribu, padahal menurut menyiratkan bahwa hampir semua BPS jumlah tersebut mendekati dua puluh pengunjung asing yang datang ke Indonesia ribu (lebih besar 40 persen). Data ini sudah pasti mengunjungi Bali. Tanda tanya mempertegas bahwa hotel-hotel, dengan pun muncul tentang mutu data yang klasifikasi apapun, terpusat di Kabupaten diperbarui setiap tahun dan bulan itu.3 Badung. Sebagai contoh, menurut laporan 78 persen hotel berbintang terpusat di Badung. 2 Hotel non bintang (pondok wisata dan hotel BPS mengumpulkan data jumlah tamu yang melati) memiliki sebaran yang lebih luas di menginap per bulan dan per tahun di hotel-hotel berbintang dan non bintang (melati) (lihat di bawah), pulau Bali. Meski begitu, prasarana sementara Dinas Pariwisata Bali mengumpulkan data akomodasi di beberapa kabupaten (seperti tentang hotel-hotel non bintang (melati). Dulu, Kanwil Bangli, Buleleng, Jembrana, dan Klungkung) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata masih sangat terbatas. mengumpulkan data tentang hotel-hotel berbintang di Bali, namun semenjak era otonomi daerah tugas ini diambil alih Dinas Pariwisata Bali. 6 Bab 1: Pengantar Tabel 4. Struktur Ekonomi Bali Ketenagakerjaan PDRB Pertumbuhan Ketenagakerjaan PDRB Pertumbuhan (2002, %) (2000, (%, 1997- Nasional (%) Nasional Nasional (%, %) 2000) (%) 1997-2000) Pertanian 32,2 20,6 0,5 44,9 16,0 5,4 Pertambangan 0,5 0,7 -1,6 0,9 8,7 5,5 & Penggalian Manufaktur 14,5 9,6 -3,5 12,6 20,9 -11,1 Utilitas 0,1 1,3 30,9 0,1 1,0 23 Konstruksi 7,9 4,2 -9,6 4,4 4,6 -33,7 Perdagangan, 24,2 33,2 1,1 18,3 15,4 -6,8 Restoran & Hotel - Grosir & 20,2 12,1 -12,2 17,3 12,7 -7,4 Eceran - Hotel 2,9 12,9 9,1 0,2 0,5 -6,1 - Restoran 1,1 8,14 7,1 0,7 2,23 2,7 Transpor & 5,1 11,3 -2,8 5,6 5,2 4,6 Komunikasi Pelayanan 1,2 6,0 0,6 0,62 5,4 -17,22 Keuangan Administrasi & 14,3 13,2 -0,9 12,61 7,13 -2,45 Pelayanan Publik TOTAL 1,71 juta 1,65 -0,5 87,29 juta 1.291 -6,48 triliun triliun Rp Rp Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2002 dan Laporan Daerah BPS. Angka di kolom nasional sudah termasuk pengolahan migas, yang ditambahkan pada pertambangan dan manufaktur. Hal ini sedikit bebeda dengan laporan nasional. Data untuk 2001 belum tersedia. 14. Secara keseluruhan, kelemahan data akomodasi terletak pada sektor akomodasi non bintang. Tidak seperti sektor hotel non 3 Sepengetahuan kami, BPS mengumpulkan data bintang, data hotel berbintang, terutama akomodasi berdasarkan dua lembaran isian. Sekali golongan kelas mewah, dipublikasi secara setahun BPS menyebarkan kuesioner VHT-L setebal 16 halaman. Selain menanyakan jumlah total tamu di tepat waktu. Akibatnya sektor hotel non tahun sebelumnya, termasuk perbandingan antara tamu bintang mendapat porsi perhatian yang lebih domestik dan asing, kuesioner tersebut juga kecil karena data yang tidak lengkap. Laporan menyinggung perihal sarana (kamar, dsb.) dan untuk hotel berbintang jauh lebih lengkap, ketenagakerjaan. Sekali sebulan, BPS juga jadi meski berjumlah hanya seratus lebih, menyebarkan kuesioner yang lebih ringkas (VHT-S) yang melibatkan semua hotel berbintang dan satu tingkat hunian sektor inilah yang selalu sampel (sekitar 15 persen) hotel non bintang. Data dikutip media massa. Hotel non bintang, yang kemudian diolah untuk memperoleh estimasi tingkat berjumlah lebih dari seribu usaha, adalah hunian bulanan. Karena tidak semua usaha penginapan sangat ragam. Secara geografis mereka menyerahkan kembali kuesioner, data harus memiliki sebaran yang lebih luas dibanding disesuaikan guna memperhitungkan mereka yang tidak melapor pada bulan tertentu. jenis akomodasi lainnya. Oleh karena itu hotel 7 Bab 1: Pengantar non bintang berperan penting dalam tiga kali lipat hotel berbintang. Data yang menciptakan kesempatan kerja langsung di tidak konsisten seperti ini cukup sektor pariwisata di luar wilayah aglomerasi memprihatinkan. Pasalnya, data tersebut kawasan pariwisata di selatan Bali. merupakan salah satu dari hanya sekian sumber informasi yang dapat menjelaskan 15. Meski begitu, fluktuasi tahunan pada peran relatif tamu domestik dan kinerja sektor Tabel 3 menandakan bahwa data untuk hotel hotel non bintang. berbintang juga perlu dicermati secara seksama. Sebagai contoh, data tahun 1999 16. Ketenagakerjaan dan Ekonomi Bali. menunjukkan kenaikan jumlah kamar hotel Meski tumbuh secara pesat, sektor perhotelan berbintang yang tak masuk akal, sementara hanya menyediakan lapangan kerja langsung data tahun 2001 menunjukkan lonjakan tajam untuk tiga persen dari total angkatan kerja pada jumlah tamu asing dan domestik yang Bali (sekitar 50 ribu jiwa). Mayoritas menginap di hotel berbintang. Yang lebih penduduk diserap sektor pertanian, mengherankan adalah data hotel non bintang. perdagangan dan manufaktur, dimana banyak Dengan kapasitas kamar yang hampir sama, usaha yang bergerak di sektor-sektor itu tingkat hunian pada 2000 di sektor ini hampir memiliki kaitan langsung maupun tidak Tabel 5. Ketenagakerjaan Bali per Sektor Tingkat Upah Rata-rata Bali (Rp/bulan Per Kapita) Formal Non formal Formal National Bali Angka % Angka % Pertanian 18.045 3,27 534.021 96,73 552.066 347.520 474.377 Pertambangan 2.591 33,74 5.088 66,26 7.679 1.143.482 631.243 Manufaktur 113.052 45,50 135.402 54,50 248.454 607.078 433.783 Listrik 2.149 100,00 0 0,00 2.149 1.021.943 1.214.801 Konstruksi 88.868 65,91 45.968 34,09 134.836 618.986 635.380 Pelayanan: - Transportasi 33.780 50,90 32.584 49,10 66.364 755.868 778.099 - Grosir 20.232 61,43 12.703 38,57 32.935 848.263 627.272 - Eceran 73.568 23,45 240.218 76,55 313.786 500.717 500.337 - Hotel 49.014 97,50 1.255 2,50 50.269 830.224 821.900 - Restoran 14.277 78,22 3.976 21,78 18.253 483.994 585.765 - Agen Perjalanan 11.201 81,80 2.492 18,20 13.693 1.195.428 892.326 - Telekomunikasi 6.511 91,89 575 8,11 7.086 1.071.142 895.409 - Pelayanan Keuangan 21.196 100,00 0 0,00 21.196 1.331.869 744.330 - Perumahan 0 0,00 373 100,00 373 986.970 - - Pelayanan Bisnis 7.655 74,59 2.608 25,41 10.263 1.183.879 998.955 - Pelayanan Pemerintah 143.840 97,61 3.521 2,39 147.361 979.160 1.096.319 - Pelayanan Lainnya 46.747 53,32 40.919 46,68 87.666 368.922 390.519 TOTAL 652.726 38,07 1.061.703 61,93 1.714.429 670.104 701.583 Sumber: SUSENAS 2002. 8 Bab 1: Pengantar Gambar 3. Pertumbuhan PDRB Bali (1983-1996) Nom PC RGDP (1983), Av.= 100 150.0 SUMS 125.0 KALC ACEH RIA KALS SUMN WPAP 100.0 JAVE BALI SUMW MALK SULN KALW JAM BEGK SULS SULSE YOGY 75.0 JAVC SULC JAVW LAMP NTT NTB 50.0 25.0 25.0 50.0 75.0 100.0 125.0 150.0 Nom PC RGDP (1996), Av.= 100 Note: Excluding Jakarta and E. Kalimantan Sumber: Dinas Pariwisata NTB (2002) langsung dengan ekonomi pariwisata. Tabel 4 industri pariwisata. Pada 2002, hampir semua memperlihatkan bahwa walau Bali masih pekerja hotel merupakan pekerja upahan menderita akibat dampak Krisis Ekonomi sektor formal (97,5 persen), demikian juga Asia pada 2000, Pendapatan Domestik dengan pekerja restoran (78,2 persen). Regional Bruto (PDRB) Bali hanya turun 0,5 Hampir dua per tiga buruh bangunan adalah persen. pekerja upahan. Sebaliknya, sebagian besar mereka yang bekerja sebagai pedagang eceran 17. Bali boleh bersyukur bahwa pada 2002 merupakan pekerja non formal (75,5 persen). angka kemiskinannya hanya mencapai empat persen (dibanding dengan angka kemiskinan 18. Tingkat kesejahteraan Bali terlihat dari Indonesia adalah 15,9 persen). Data kemajuan yang dicapai pulau tersebut antara menunjukkan bahwa pada awalnya bukan 1987 hingga 1996, dimana Bali berhasil masyarakat miskin yang merupakan golongan mendongkrak PDRB non migas per kapita paling rentan terhadap kelesuan industri nasional dari sedikit dibawah rata-rata pariwisata. Susenas 2002 memperlihatkan nasional menjadi 30 persen diatas rata-rata bahwa 71 persen masyarakat miskin Bali nasional. Pariwisata telah mendongkrak bergantung pada sektor pertanian, yang tingkat kesejahteraan Bali, namun seperti tampaknya tidak terkena dampak langsung yang dapat dilihat pasca bom Bali, roda nasib bom Bali. Dampak yang dirasakan mereka provinsi itu sangat bergantung pada sektor sebatas pada jumlah pasokan mereka ke andalannya itu. 9 Bab 1: Pengantar 1.3 Pembangunan Pariwisata di Lombok sembilan wilayah Lombok sebagai kawasan wisata dengan luas wilayah total 27.630 Ha 19. Pembangunan pariwisata di Lombok atau sekitar 6 persen dari wilayah Lombok tertinggal jauh dengan Bali, dan tumbuh (Bali menyisakan 25 persen wilayahnya).5 berkat keberhasilan yang dicapai industri Yang paling signifikan dari kesembilan pariwisata Bali. Pada titik puncaknya pada kawasan tersebut adalah: 1996 sekalipun, jumlah kunjungan wisman ke Lombok hanya sepersepuluh dari Bali. Meski · Kepulauan Gili dan Senggigi di Lombok pariwisata Lombok mengalami pertumbuhan Barat (1.805 Ha) pesat selama awal 1990-an dan mendapat · Kuta di Lombok Tengah (2.590 Ha) perhatian yang cukup besar dari Pemda dan sektor swasta, kunjungan wisman ke NTB · Gunung Rinjani yang meliputi sebagian terus menurun sejak 1997. Gejolak yang daerah Lombok Barat, Tengah. dan Timur dialami Indonesia sejak 1998, meningkatnya (17.000 Ha) aksi kriminil dan kekerasan di Lombok, terutama kerusuhan 17 Januari 2000, 22. Lombok mempromosikan dirinya dengan merupakan faktor-faktor utama anjloknya citra "Bali 20 tahun lampau", dengan maksud jumlah pengunjung ke daerah tersebut. menjaring wisatawan yang mencari suasana yang berbeda. Pada umumnya, penanaman 20. Meski begitu, agen-agen perjalanan di modal sektor swasta terpusat di Senggigi Lombok berupaya untuk mempromosi (Lombok Barat) dan dalam jumlah yang lebih ekowisata dan budaya Sasak, yang hingga sedikit di Kuta (Lombok Tengah), tempat sekarang belum terbentuk sebagai bagian Pemda bekerjasama secara erat dengan utama citra pariwisata Lombok. Meski hal ini berpotensi untuk memajukan pembangunan pariwisata Lombok dan distribusi manfaat Gambar 4. Tingkat Kedatangan ke Lombok kepada masyarakat setempat, namun jika melihat kendala transportasi dan prasarana Plan Actual yang ditambah lagi dengan tingkat 400,000 kriminalitas yang relatif tinggi dibanding Number of foreign visitors 350,000 Bali, maka sebelum Oktober 2002 pun 300,000 pembangunan industri pariwisata Lombok 250,000 tidak terlalu menjanjikan. 200,000 150,000 21. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata 100,000 Daerah belum pernah dirumuskan untuk 50,000 Lombok dimana DPRD Provinsi 0 menyerahkan pembangunan pariwisata 1996 1998 2000 2002 2004 kepada sektor swasta, sepanjang tidak Year bertentangan dengan national tourism Sumber: Dinas Pariwisata NTB (2002) development policy guidelines.4 Salah satu terobosan dalam pembangunan pariwisata Lombok secara resmi adalah penetapan 5 DPRD Provinsi melalui Peraturan Daerah No. 9 tahun 4 Syahreza, A. (1999) Where to Lombok? Bali Echo 1989, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB (2002) No. 41/VIII. Pariwisata NTB Dalam Angka 2001. 10 Bab 1: Pengantar Tabel 6. Sebaran Hotel di Lombok PDRB per Jumlah hotel Jumlah kamar hotel kapita (Rp) Kabupaten (2000) Bintang Non Total Bintang Bintang Non Bintang Bintang Lombok Barat 2,3 juta 16 142 158 1,161 1,068 2,229 Lombok Tengah 1,8 juta 1 10 11 108 156 264 Mataram 4,1 juta 9 45 54 476 933 1,409 Total 26 197 223 1,745 2,157 3,902 Sumber: BPS Lombok Development Tourism Consortium.6 uang untuk berbagai barang yang lantas Pengalaman Kuta, dimana terjadi sengketa diresap ekonomi setempat. Wisman dari tanah yang berkepanjangan dengan penduduk, negara yang berbeda memiliki pola belanja merupakan contoh risiko jika menyerahkan yang berbeda pula, dan pola belanja wisman pembangunan pariwisata kepada sektor juga berbeda dari wisnus. Survei swasta tanpa rencana strategis, yang berujung membuktikan bahwa tingkat pengeluaran dengan hilangnya dukungan masyarakat wisman jauh melampaui tingkat pengeluaran dalam proses pembebasan tanah dan wisnus. pembangunan. 25. Prakiraan dampak agregat kasus bom Bali 1.4 Pengeluaran Wisatawan dan Dampak terhadap pendapatan daerah Bali dan Pengali pendapatan nasional serta tingkat pengangguran mengandalkan asumsi-asumsi 23. Sebelum membahas dampak kasus bom yang jauh dari sempurna tentang penurunan Bali secara lebih rinci di Bab 2, pengeluaran sektor pariwisata dan bagaimana hal tersebut rata-rata wisman (wisatawan mancanegara) berimbas terhadap ekonomi. Dampak aksi dan wisnus (wisatawan nusantara) yang teroris terhadap wilayah-wilayah yang disajikan di bawah ini dapat memberikan mengandalkan pariwisata sudah cukup sering sedikit petunjuk tentang kerugian relatif terjadi (Pizam dan Smith 2001). Hanya saja, perekonomian yang ditimbulkan tragedi pengalaman internasional merupakan acuan tersebut. yang jauh dari sempurna. Cukup jarang terjadi insiden yang melibatkan serangan langsung 24. Pengeluaran wisatawan tidak terpusat terhadap wisatawan seperti di Bali. Yang pada hotel semata. Tamu membelanjakan mendekati kasus Bali mungkin kasus Luxor, Mesir. Kasus pembunuhan 58 wisatawan pada November 1997 di kuil Ratu Hatshepsut 6 Lihat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB (2002) terjadi setelah industri pariwisata Mesir Pariwisata NTB Dalam Angka 2001 untuk ikhtisar mengalami pertumbuhan tahunan 20 persen kemitraan swasta/publik dalam pengembangan pariwisata di Lombok; untuk artikel tentang LTDC terhitung sejak 1994. Dampak yang langsung lihat Kompas (4 Agustus 2001) Pariwisata Kute, terasa menyusul kasus tersebut adalah Lombok Tengah: Lunturnya Sebuah Cita-Cita. anjloknya pertumbuhan pariwisata pada 1997, 11 Bab 1: Pengantar dan penurunan angka kedatangan Tabel 7. Pengeluaran Tamu menurut Golongan wisatawan hingga 13 persen pada (Bali) tahun berikutnya. Meski begitu, Jenis Asing Domestik pertumbuhan pariwisata Mesir pulih Pengeluaran hingga 30 persen pada 1999 (ILO Harian Total Harian Total 2001). Contoh lain adalah Israel dan (USD) (USD) (USD) (USD) Yunani, dimana dampak suatu tragedi Akomodasi 29,60 324,71 7,38 32,77 bersifat sementara dan bukan Makanan & permanen (Aly dan Strazicih 2000). minuman 11,82 129,67 4,11 18,25 Bukti dari pengalaman dunia Transportasi 2,11 23,15 0,64 2,84 internasional bahwa dampak aksi teroris bersifat sementara dan bukan Pertunjukan 1,54 16,89 0,97 4,31 permanen cukup membesarkan hati. Perjalanan 2,81 30,83 0,98 4,35 Hanya saja, pengalaman tersebut tidak Cinderamata 9,81 107,62 6,02 26,73 mempungkiri kenyataan bahwa tujuan wisata yang mengalami penurunan Pemandu 3,63 39,82 0,26 1,15 pertumbuhan akan kehilangan masa Lainnya 0,92 10,09 0,32 1,42 pertumbuhan selama beberapa tahun Total (Harian sebelum mulai memulih, dan akan versus Lama membutuhkan waktu yang cukup lama Kunjungan) 62,24 682,77 20,68 91,82 untuk mengejar ketertinggalan Sumber: Dinas Pariwisata Bali. Jumlah total diperoleh dari menyusul aksi teroris (ILO 2001). pengeluaran harian dan lama kunjungan. Data nasional juga tersedia di Depbudpar. (www.depbudpar.go.id). 26. Prakiraan yang dibuat berdasarkan tabel masukan-keluaran merupakan salah satu cara untuk memproyeksi potensi dampak menyeluruh penurunan pertumbuhan dampak ekonomi makro. Simulasi tahunan yang nyata pada tingkat kedatangan berdasarkan tabel masukan-keluaran nasional wisatawan. Kami memprakirakan dampak menunjukkan bahwa penurunan Produk berbagai skenario penurunan kedatangan Domestik Bruto (PDB) dapat berkisar antara pariwisata, yang berkisar antara 10, 30 dan 50 0,25 sampai 0,56 persen dari GDP (Yoshioka persen. Meski bersifat indikatif, data ini tidak 2003). Karena besarnya peran yang mencerminkan langkah-langkah penyesuaian dimainkan ekonomi pariwisata, maka (misalnya dalam hal ketenagakerjaan) atau diprakirakan bahwa dampak bom Bali akan strategi penanggulangan krisis yang lebih besar. Tabel Masukan-Keluaran Bali diterapkan untuk mengatasi krisis ekonomi 2000 memberikan gambaran tentang potensi yang terjadi. 12 BAB 2: DAMPAK Imbas dampak bom Bali, perang di Irak, dan wabah SARS terasa di seluruh Bali, Lombok, dan, meski tidak terlalu parah, juga di Jawa Timur. Meski sektor perhotelan terkena pukulan yang paling telak, jasa-jasa terkait serta daerah-daerah yang memiliki ikatan melalui kegiatan perdagangan, migrasi, dan uang kiriman, tak pelak merasakan dampak yang cukup nyata. Dampak langsung sangat terasa di pusat industri pariwisata: Selatan Bali (Badung dan Denpasar) dan kawasan-kawasan pariwisata yang lebih kecil. Dampak langsung bom Bali juga dirasakan kelompok seperti pekerja hotel dan pedagang pantai. Kenyataannya, kerentanan relatif dampak bom Bali adalah sama besar, dan mungkin justru lebih parah, di wilayah Utara dan Timur Bali. Meski masyarakat, rumah tangga, dan dunia usaha memiliki berbagai strategi untuk menangani krisis, namun karena krisis yang berkepanjangan strategi mereka berada dibawah tekanan besar. Lombok juga mengalami dampak yang nyata, meski hal itu lebih berkaitan dengan penurunan yang sudah dialami provinsi itu sejak sebelum bom Bali. Dampak di Jawa Timur, dengan populasi 10 kali lipat Bali, juga sangat terasa meski sifatnya jauh lebih tersebar, dimana kajian kami menemukan kantong-kantong daerah yang rentan. 27. Imbas dampak bom Bali, perang di Irak, pemerintah nasional dan daerah serta pihak dan wabah SARS terasa di seluruh aspek donor. perekonomian Indonesia. Untung saja dampak nasional ternyata lebih kecil dari yang semula 28. Kajian dampak tersebut mengandalkan diperkirakan. Walau pariwisata telah sejumlah survei kuantitatif, disamping kajian mendongkrak tingkat kesejahteraan Bali, dan kualitatif dan informasi sekunder. Pasca juga daerah-daerah sekitarnya, sektor itu pula peledakan bom pada Oktober 2002, putaran yang lantas menjadikan pulau itu sangat pertama serangkaian kajian dilaksanakan di rentan terhadap eksodus wisatawan menyusul lapangan pada Januari 2003. Putaran kedua tragedi bom tersebut. Melihat kontribusi berlangsung pada Mei dan Juni 2003. daerah yang nyata sektor pariwisata kepada Melihat luasnya ruang lingkup dampak yang Bali, Lombok, dan daerah-daerah terkait di diantisipasi di dalam dan luar Bali, kajian- Jawa Timur, maka dilakukan suatu kajian kajian tersebut dirancang sedemikian rupa cepat (rapid assessment) pada tingkat daerah agar melingkup wilayah geografis dan yang selesai pada Januari 2003. Melihat sektoral yang luas, namun sekaligus dampak yang berkepanjangan terhadap sektor menyoroti tempat dan sektor yang dianggap pariwisata, maka dilakukan kajian lanjutan paling rentan. Tidak seperti biasanya, kajian yang selesai pada Juli 2003. Tujuan kedua yang dilakukan tidak mengandalkan survei kajian tersebut adalah untuk menggali rumah tangga dalam mengukur dampak sosial informasi yang komprehensif dalam waktu ekonomi karena kendala waktu dan sumber singkat tentang dampak aktual dan dampak daya. Sebaliknya, kajian tersebut yang diperkirakan akan terjadi guna mengandalkan responden kunci yang membantu dalam pembuatan kebijakan oleh terstruktur dan survei-survei kelembagaan. Bab 2: Dampak Gambar 5. Angka Kedatangan Wisman di Bali 1997-2003 Number Direct Foreign Arrivials Relative to 2000 monthly average 180,000 May 1998 October 140% Soeharto September 2001 160,000 D f ll 2001 120% 140,000 % change on 2000 direct arrivals 100% 120,000 Direct arrivals to Bali 100,000 80% 80,000 60% 60,000 40% 40,000 20% 20,000 0 0% Mar-97 May-97 Mar-98 May-98 Mar-99 May-99 Mar-00 May-00 Mar-01 May-01 Mar-02 May-02 Mar-03 May-03 Nov-97 Nov-98 Nov-99 Nov-00 Nov-01 Nov-02 Jan-97 Sep-97 Jan-98 Sep-98 Jan-99 Sep-99 Jan-00 Sep-00 Jan-01 Sep-01 Jan-02 Sep-02 Jan-03 Sep-03 Jul-97 Jul-98 Jul-99 Jul-00 Jul-01 Jul-02 Jul-03 Month 29. Instrumen inti yang dipakai meliputi serupa juga diadopsi di Lombok, meski hanya survei terhadap 17 responden kunci di ke-53 meliputi kecamatan-kecamatan yang dianggap kecamatan Bali, survei terhadap lebih dari paling rentan. Melihat luasnya perekonomian 400 sekolah di seluruh pulau tersebut, dan Jawa Timur, fokus kajian di provinsi tersebut survei terarah terhadap pedagang, penjaja adalah pada upaya untuk mengidentifikasi pantai, pengemudi taksi, dan jasa-jasa terkait tempat dan sektor paling rentan. Dengan industri pariwisata.7 Struktur kajian yang demikian, studi Jawa Timur terdiri dari kajian-kajian cepat terhadap kurang dari sepertiga jumlah kabupaten. 7 2.1 Pariwisata Di Bali, Sampel Responden Kunci meliputi 901 responden kunci dari seluruh Bali, masing-masing 17 responden kunci dari ke-53 kecamatan Bali. Selain 30. Kedatangan Wisatawan. Angka Camat, survei tersebut menyeleksi secara acak dua kedatangan wisman ke Indonesia, khususnya desa. Di tiap masyarakat, kami mensurvei kepala desa, Bali, masih jauh dibawah angka normal pasca tokoh adat, koperasi desa, kepala Lembaga Perkreditan tragedi 12 Oktober. Selama bulan-bulan Desa (LPD), kepala Pendidikan Kesejahteraan pertama 2003, angka kedatangan pulih hingga Keluarga (PKK), bidan desa, perwakilan kelompok pemuda desa (sekaa taruna), dan tokoh masyarakat non dua per tiga jumlah pada 2000, tahun yang Bali. Survei Sekolah melibatkan 425 sekolah di seluruh relatif normal. Namun wabah SARS dan Bali, masing-masing delapan sekolah dari ke-53 perang di Irak mementahkan semua upaya kecamatan Bali. Survei pertama dilakukan pada pemulihan. Peristiwa-peristiwa tersebut Januari 2003 untuk pertemuan CGI pertama. berdampak jauh lebih parah dibanding Kedelapan sekolah tersebut terdiri dari lima sekolah dasar negeri, dua sekolah tingkat menengah negeri, dan satu sekolah tingkat menengah swasta. Survei Industri Terkait Pariwisata mensurvei 600 penjaja pantai, juga dilibatkan 140 produsen dari sepuluh klaster pedagang, dan sopir angkot yang diseleksi dari industri lokal. kawasan niaga utama (Pantai Kuta, pasar-pasar di Badung, Sukawati, Ubud, dan Amlapura). Selain itu 14 Bab 2: Dampak Gambar 6. Trend Regional Pariwisata 160 Malaysia 140 120 Indonesi China 100 80 Thailand 60 40 Jan-02 Mar-02 May-02 Jul-02 Sep-02 Nov-02 Jan-03 Mar-03 May-03 Jul-03 Sumber: CIEC kerusuhan Mei 1998 dan tragedi 11 Sebaliknya situasi hotel non bintang, yang September 2001, yang juga mempengaruhi berjumlah lebih dari seribu usaha itu, lebih pariwisata Indonesia. Meski ada peningkatan sulit untuk dikaji. Meski begitu, ada indikasi selama Juni dan Juli, namun hal itu belum bahwa sektor itulah yang terkena pukulan menandakan pemulihan yang sesungguhnya. terkeras, dan kebanyakan usaha hotel non bintang tidak memiliki mekanisme untuk 31. Kecenderungan Regional. Seluruh menanggulangi krisis. Mereka yang kawasan Asia merasakan dampak bom Bali menggantungkan hidup pada usaha-usaha dan keprihatinan terhadap faktor keamanan hotel non bintang tersebut cenderung lebih yang menyusulnya, meski Indonesia rentan. merasakan pukulan yang paling telak. Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Cina juga 33. Gambar 7 menyajikan angka hunian hotel mengalami penurunan pariwisata pasca 12 berbintang. Secara tipikal, angka hunian Oktober 2002. Sebaliknya, perang Irak dan hotel bintang lima adalah yang tertinggi, dan wabah SARS berdampak lebih besar terhadap tepat sebelum peledakan bom angka pariwisata kawasan Asia dibanding peristiwa huniannya merangkak naik hingga diatas 75 yang terjadi di Indonesia (Gambar 6). persen. Pasca bom Bali, angka tersebut anjlok hingga dibawah 20 persen. Hotel-hotel 32. Angka Hunian Hotel. Seperti disinggung mewah berhasil menaikkan angka hunian di Bab 1, angka kedatangan langsung wisman hingga 40 persen antara Desember 2002 dan tidak memberikan gambaran yang lengkap Maret 2003, yang diprakirakan terjadi karena tentang arus wisatawan ke Bali. Gambaran strategi persaingan harga. Sebaliknya, hotel yang komprehensif tentang tamu wisman dan berbintang 1-3 tidak berhasil mencapai wisnus harus diolah dari data angka hunian kenaikan serupa, yang diperkirakan terjadi hotel. Data hotel berbintang, yang berjumlah karena pangsa pasar mereka direbut hotel- sekitar 130 itu, relatif terandalkan. hotel mewah. Hanya saja, hotel-hotel bintang 15 Bab 2: Dampak Gambar 7. Bali: Angka Hunian Terkini menurut Klasifikasi Bintang Hotel 90 80 Hotel Occupancy Rate (%) 70 60 50 40 5-star 4-star 30 3-star 20 2-star 1-star 10 0 2 02 02 03 2 2 2 2 2 2 2 2 03 3 3 2 -0 0 -0 r-0 l-0 -0 -0 -0 -0 -0 r-0 -0 n- n- n- b- b- ay ov ec g p ar ar ct Ju Ap Ap Ja Ju Ja Fe Au Se Fe O M M M N D Month 1-3 hanya mewakili sekitar seperempat bagian adalah cukup nyata. Kami belum dapat dari jumlah kamar hotel berbintang yang menaksir nasib hotel per kecamatan. Bukti dijual per malam. Pada kuartal pertama 2003, dalam bentuk anekdot menunjukkan bahwa angka tersebut adalah 17 persen. permintaan terpusat di daerah konurbasi seperti pantai Kuta, yang sekarang menarik 34. Hotel mewah bukan saja berada dalam tamu yang biasanya bepergian ke tempat lain. posisi yang lebih menguntungkan untuk Karena itu tempat akomodasi yang lebih menghadapi krisis untuk waktu yang lebih terpencil terbukti lebih rentan, terutama yang lama, masing-masing hotel tersebut juga terdapat di kawasan-kawasan yang lebih memiliki mekanisme yang lebih efektif untuk miskin seperti Karangasem. menanggulangi kelesuan pasar. Menurut indikasi, hotel-hotel bintang lima berhasil 35. Substitusi Domestik. Meski pariwisata mempertahankan angka hunian pada 40 domestik meningkat sejak akhir 2002, jumlah persen. Hal ini berhasil dicapai berkat wisnus dan tingkat pengeluaran mereka tidak strategi diskon dan promosi secara agresif. dapat menggantikan arus wisman yang hilang. Hasilnya, tamu yang biasanya menginap di Tak pelak, wisman tetap merupakan pilar segmen pasar yang lain beralih ke hotel utama ekonomi pariwisata Bali. Untuk mewah. Tidak seperti hotel berkategori lebih sebagian besar segmen akomodasi, bukan saja rendah, atau hotel non bintang, hotel mewah hotel mewah, hal ini memang benar: angka memiliki akses ke jaringan pemasaran di luar hunian anjlok untuk semua jajaran negeri. Hal ini dapat membantu mengobati akomodasi. Meski pangsa pasar wisnus untuk luka yang diderita citra Bali di mata publik jumlah total tamu hotel berbintang mengalami internasional. Stabilnya jumlah tamu dan peningkatan, terutama pada Desember 2002, angka hunian hotel berbintang cukup jumlah wisman masih tetap dominan (Gambar menggembirakan. Meski begitu, diprakirakan 8). Hal ini berlaku baik untuk angka total bahwa kesenjangan sektor hotel non bintang lama menginap (stay over) maupun total 16 Bab 2: Dampak Gambar 8. Pariwisata Domestik Hanya Merupakan Pengganti Parsial 200.0 400.0 Dom e stic Dome st ic 180.0 350.0 Number of Room-Night s Sold ('000s) 160.0 Fo re ign Foreign 300.0 Number of Guests ( '000s) 140.0 250.0 120.0 100.0 200.0 80.0 150.0 60.0 100.0 40.0 50.0 20.0 0.0 0.0 Jan- Feb- Mar- Apr- M Jun- Jul- A S Oct- N D Jan- Feb- Mar- Apr- 02 02 02 02 ay- 02 02 ug- ep- 02 ov- ec - 03 03 03 03 Au 2 02 2 03 3 2 2 02 03 3 02 02 2 02 02 02 -0 l- 0 -0 -0 -0 r -0 -0 b- b- g- c- n- n- p- r- ct- ay ar ov ar n Ju 02 02 02 02 02 Fe Ap Fe Ap Ju Ja De Ja Se M M O M N M onth M on th Sumber: Survei hotel BPS VHT-S. kamar yang terjual (room night). Meski Eropa. Meski diversifikasi pola kunjungan pangsa pasar wisnus naik di hotel berbintang merupakan perubahan positif, namun empat dan lima, mereka masih merupakan jumlahnya belum sepadan dengan jumlah kelompok minoritas dibanding wisman. mutlak tamu secara keseluruhan. Selain itu, seperti halnya tamu domestik, wisatawan 36. Komposisi Wisman. Krisis yang kawasan Asia mungkin tidak memiliki daya berlangsung menyebabkan perubahan belanja seperti tamu internasional lainnya. komposisi wisman (Gambar 9). Kerugian Meski begitu, tidak jelas apakah permintaan terbesar pada awalnya adalah hilangnya tersebut terpusat di hotel-hotel yang bersifat kunjungan wisman dari benua Australia dan padat-karya. Yang jelas, pemerintah harus Gambar 9. Komposisi Terkini Tamu Manca Negara Bali (2000-2003) 600,000 160,000 140,000 500,000 Japan 120,000 Other Eur . 400,000 Number of Visitors 100,000 Taiw an Others Number of visitors Europe Australia 300,000 Am ericas 80,000 Malaysia/ ASEAN S'pore Asia Pacific Germany 60,000 200,000 UK 40,000 USA 100,000 20,000 0 0 2000 2001 2002 2003 2000 2001 2002 2003 Year Ye ar 17 Bab 2: Dampak tetap mengawasi dampak ekonomi Tabel 8. Angka Kunjungan Wisatawan ke Lombok aktual jumlah tamu ke Bali dan dampaknya terhadap upaya pemulihan Kedatangan Angka Hunian Hotel ** Bulan Wisatawan Berbintang Non secara menyeluruh dalam * Bintang ketenagakerjaan dan mata pencaharian lokal. September 2002 31.425 47,6% 52,3% Oktober 2002 29.738 30,4% 14,1% 37. Pada Mei 2003, industri pariwisata November 2002 21.075 18,4% 18,6% Desember 2002 34.497 46,4% 30,5% Bali masih suram dan kebanyakan Januari 2003 7.450 22,0% 18,8% operator masih berupaya untuk Februari 2003 6.223 21,4% 17,7% mengatasi krisis. Casa Grande, Maret 2003 11.659 22,2% 19,6% perhimpunan yang terdiri dari 35 hotel April 2003 - 23,0% 20,2% bintang empat dan lima di Bali, * Data menurut Laporan Unram (Disparda NTB, 2003) mengkaji pemesanan kamar untuk ** Data menurut Survei Hotel Lombok (Universitas masa mendatang dan menemukan Mataram, Januari & Mei 2003) bahwa jumlah pemesanan antara Juni- Oktober 2003 adalah jauh lebih rendah Lombok masih berupaya mengatasi kelesuan dibanding tahun lalu. Total 878 karyawan yang berlangsung sebelum krisis ekonomi terkena pemangkasan di Badung dan sekitar Asia. Angka hunian hotel, berdasarkan survei 600 di Denpasar (termasuk Sanur) mengalami yang dilakukan dalam rangka kajian ini nasib serupa. Dengan begitu, total 1.400 terhadap 17 hotel, adalah sekitar 50 persen karyawan terkena pemangkasan. Bali Grand sebelum tragedi Kuta, anjlok hingga 18 Mirage termasuk diantara hotel yang gulang persen pada November 2002 dan merangkak tikar, dan Le Meriden Nirwana Resort naik selama liburan akhir tahun sebelum (Tabanan) memangkas 90 pegawai setelah berdiam pada 20 persen hingga April (Tabel menyaring 150 yang mendaftar untuk di-PHK 8). Angka hunian untuk sampel hotel tersebut secara sukarela. masih jauh dibawah titik impas, yaitu masing- masing 38 persen dan 47 persen. 38. Perhotelan di Lombok. Sektor perhotelan Tabel 9. Penurunan Pendapatan Penjaja Pantai dan Pedagang Penjualan Harian Laba Harian Rata-rata Rata-rata Penurunan Penurunan Lokasi Usaha Kabupaten Jenis Pasar N Pra Setelah Penjualan Pra Setelah Laba (%) Tragedi 6 bulan (%) Tragedi 6 bulan Kuta (Rp) Kuta (Rp) (Rp) (Rp) Pantai Kuta Badung Wisatawan 102 151.716 60.735 60% 48.284 18.578 62% Pasar Badung Badung Umum 48 294.167 200.313 32% 83.854 68.021 19% Pasar Gianyar Wisatawan 50 561.000 176.400 69% 177.000 35.900 80% Sukawati Pasar Ubud Gianyar Wisatawan 30 398.333 116.667 71% 148.333 43.500 71% Pasar K'asem Umum 30 734.000 275.833 62% 101.333 34.167 66% Amlapura Sumber: Universitas Udayana (Denpasar), Survei Pedagang, Mei 2003. 18 Bab 2: Dampak 39. Pada Januari 2003, tidak satupun dari ke- penurunan jumlah tamu asing maupun 16 hotel yang dikunjungi di Lombok yang domestik. Responden survei hotel kini memangkas pengeluaran operasional. Namun kurang optimis mengenai prospek pemulihan pada Mei 2003 88 persen terpaksa dibanding Januari 2003. Pada Januari, melakukannya, dimana dua per tiga kebanyakan hotel berbintang memprakirakan diantaranya mengaku tidak sanggup menutup bahwa angka hunian akan kembali membaik biaya operasional. Hotel non bintang dalam waktu 6-12 bulan - pada Mei 2003, tiga menderita lebih banyak dibanding hotel diantara lima tidak yakin kapan situasi akan berbintang, dimana 58 persen mensinyalir pulih. Sebagian besar hotel non bintang pada memiliki masalah dalam hal pelunasan Mei memprakirakan bahwa angka hunian pinjaman. Dua diantara lima hotel mengaku akan naik setelah 1-2 tahun. bahwa kondisi sekarang lebih parah dibanding pasca kerusuhan Januari 2001. Akibatnya, 2.2 Industri Pariwisata Terkait hotel mulai mendiskon tarif kamar (76 persen dari jumlah hotel yang dikunjungi), 41. Kajian yang rampung pada Januari 2003 memotong gaji pegawai (29 persen), dan menegaskan menciutnya jumlah permintaan mengurangi jam kerja (35 persen). Pada Mei industri dan pedagang di sektor pariwisata. 2003, sejumlah hotel non bintang melakukan Omset pengemudi taksi, pedagang, dan pemangkasan pegawai, namun makin sedikit pengrajin lokal kembang kempis. Meski hotel yang menerapkan strategi ini jika terjadi penurunan permintaan yang cukup dibanding dengan Januari. tajam, namun pada waktu itu durasinya jauh lebih singkat. Permintaan yang tak kunjung 40. Kebanyakan hotel meninjau kembali naik setelah hampir sembilan bulan telah strategi pemasaran mereka, dan sekarang menguji mekanisme penanggulangan krisis banyak diantaranya yang melirik pasar sektor ini, yang misalnya ditunjukkan oleh domestik dan Asia. Meski begitu, tampaknya pemangkasan pegawai secara besar-besaran. pada April kecenderungan yang terjadi adalah Tabel 10. Survei Industri Terkait Pariwisata Angkatan Kerja Laba Prospek % tidak yakin Kecamatan Kabupaten Produk N % % bisnis akan pengurangan pengurangan Impas Rugi bertahan sampai staf dalam staf akhir tahun Denpasar Selatan Denpasar Tekstil 14 42,9 39,2 35,7 7,1 0,0 Kuta/Kuta Utara Badung Perak/logam 14 92,9 35,8 64,3 7,1 7,1 Kuta/Kuta Utara Badung Tekstil 14 7,1 5,0 21,4 21,4 7,7 Sukawati Gianyar Furnitur/kayu 14 84,6 57,0 64,3 28,6 0,0 Blahbatuh Gianyar Furnitur 14 69,2 69,4 7,1 7,1 7,1 Sukawati Gianyar Kayu 14 71,4 57,0 21,4 28,6 0,0 Ubud Gianyar Kayu 14 71,4 51,8 21,4 42,9 7,1 Sukawati Gianyar Perak/logam 14 57,1 60,0 42,9 7,1 7,1 Selat/Be'dem/Abang Karangasem Kayu 14 78,6 57,0 7,1 7,1 7,1 Rendang Karangasem Kayu 14 21,4 33,8 7,1 0,0 0,0 Total Total - 140 59,4 51,6 29,3 15,7 4,3 19 Bab 2: Dampak pendapatan terjadi di seluruh Tabel 11. Usaha Mikro dan UKM Terkena Pukulan pulau Bali, bukan di pusat- Lebih Keras pusat wisata semata, yang Mikro Kecil Menengah antara lain disebabkan Indikator Usaha menurunnya transfer dari 1-4 staf 5-20 staf 20+ staf pusat wisata ke daerah lain di % produksi di luar Bali 25,0 39,4 35,0 Bali. % pemangkasan jumlah staf 61,4 51,0 29,2 43. Survei terhadap 140 usaha % penurunan tingkat produksi 66,6 54,9 38,6 yang terkait dengan % pemotongan harga 21,2 23,3 23,3 pariwisata di 10 klaster pada % ekspor 18,7 24,5 33,8 Juni 2003 juga mensinyalir % penurunan tingkat terjadinya dampak yang penjualan 65,1 55,8 41,4 sangat besar. Data menunjukkan terjadinya penyesuaian yang nyata 42. Penjualan dan Dampak di Bali. Pedagang dalam hal tingkat produksi (penurunan rata- mengalami penurunan omset dan keuntungan rata 55 persen), harga (22 persen), dan rata-rata yang cukup drastis. Penjaja pantai kesulitan finansial (71 persen). Menurut dan pedagang di sebagian besar pasar laporan, mayoritas usaha tidak mengalami melaporkan penurunan omset hingga 60 kerugian, namun mereka berupaya untuk persen (Tabel 9). Sebuah survei terhadap melakukan penyesuaian dengan memangkas pedagang pasar, penjaja pantai, dan pegawai (berdasarkan sampel, 52 persen pengemudi taksi menunjukkan penurunan usaha melakukan pemangkasan dengan angka tajam dalam pendapatan dan keuntungan, pengurangan yang hampir mencapai 60 yang untuk sejumlah kasus dapat mencapai 70 persen dari jumlah total staf).8 UKM persen. Penurunan yang sama tajamnya merupakan sektor dengan angka terjadi terhadap nilai keuntungan. Penurunan pemangkasan pegawai tertinggi (61,4 vs 29,2 Tabel 12. Ikhtisar Bank dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali Jumlah Rata-Rata % Kredit LPD Kesehatan Jumlah Cabang Jumlah Peminjam Pinjaman Total (Diragukan / Macet) LPD (Rp juta) Kabupaten Kredit LPD BRI BPR LPD BRI BPR LPD BRI BRI BPR BRI BPR LPD LPD Denpasar 14 9 31 4,5% 9,6% 0,0% 19.237 48.631 61.995 5,7 5,3 5,1 49,6% Badung 13 57 103 1,6% 4,2% 0,0% Buleleng 12 9 159 6.593 6.249 33.068 4,4 3,4 1,1 5,7% 2,6% 7,9% 10,7% Jembrana 8 1 56 10.533 2.841 10.828 3,6 0,3 1,3 2,2% 3,7% 14,2% 12,5% Tabanan 14 25 225 9.203 12.957 44.100 4,7 4,3 1,7 11,8% 3,4% 8,0% 8,9% Gianyar 11 31 225 9.188 24.522 58.457 4,8 5,1 2,0 18,4% 2,6% 25,0% 0,0% Bangli 4 3 123 2.313 2.029 24.131 6,4 4,9 1,2 4,5% 1,8% 5,0% 4,1% Klungkung 9 6 84 6.164 1.609 13.754 3,8 4,3 1,8 3,9% 4,2% 10,3% 4,8% K'asem 10 5 146 5.992 1.992 22.370 4,6 4,0 1,1 3,9% 4,2% 11,2% 13,7% 8 Total Bali 95 146 1.152 69.223 100.830 268.703 - Udayana, - Hasi100% ve2,6% ksi11,5% Indu6,3% Yang l Sur i: E stensi stri - Terkait Dengan Parawista Bali Pasca "Tragedi Kuta" Sumber: BI dan BPD Bali, Desember 2002. Putaran Kedua, Juli 2003, hlm. 22. 20 Bab 2: Dampak persen). Dampak yang dirasakan dalam hal seperti halnya di Gianyar, mengandalkan produksi dan penjualan adalah lebih parah modal sendiri dan pinjaman bank. Hingga dibanding usaha berskala lebih besar. Desember 2002, 2,6 persen pinjaman LPD Mekanisme UKM untuk menanggulangi dinyatakan sebagai kredit macet atau berstatus krisis bersifat lebih terbatas, yaitu antara lain diragukan, dan melibatkan sampai 11,5 persen karena posisinya yang kurang mapan di pasar debitor. Meski LPD tetap memiliki likuiditas ekspor. yang tinggi, data menunjukkan bahwa sejumlah besar peminjam kecil kesulitan 44. Badan Perkreditan di Bali. Badan melunasi hutang, yaitu terutama di Gianyar perkreditan utama di Bali adalah Bank Rakyat dimana seperempat pinjaman dinyatakan Indonesia (BRI) milik negara, Bank sebagai kredit macet atau berstatus diragukan. Perkreditan Rakyat (BPR) milik swasta, dan Dipandang dari segi lembaga, sejumlah besar Lembaga Perkreditan Desa (LPD) milik desa LPD yang dinyatakan tidak sehat atau yang adat tempat ia bernaung. Jaringan LPD memiliki kredit macet berada di Karangasem adalah yang terluas, dengan lebih dari 1.100 (14 persen), Jembrana (13 persen), dan cabang di ke-1.392 desa adat Bali (Tabel 12).9 Buleleng (11 persen). Kesimpulannya, Ada keprihatinan bahwa UKM dan keluarga- daerah-daerah yang lebih miskin di Bali keluarga yang paling menderita akibat mengalami permasalahan terbesar dalam jasa dampak bom Bali akan mengalami krisis pembiayaan mikro, sementara proporsi hutang, yang diindikasi oleh kecenderungan terbesar nasabah yang kesulitan melunasi dimana mereka mulai menjual harta benda pinjaman berasal dari Gianyar. untuk dapat melunasi pinjaman. 46. Jasa Terkait Industri Pariwisata di Lombok. Jasa terkait industri pariwisata 45. Jumlah total pinjaman per Desember 2002 Lombok memproduksi berbagai barang yang dikeluarkan BRI, BPR, dan LPD kerajinan seperti keramik, pahatan kayu, masing-masing mencapai Rp. 329 miliar, Rp. keranjang, dan kain tenunan yang dijual 485 miliar, dan Rp. 636 miliar. Mayoritas langsung ke pasar Lombok, Bali, dan daerah debitor LPD berasal dari Badung dan lain Indonesia, serta pasar ekspor. Kajian Denpasar, yang menandakan bahwa kedua pada Mei 2003 di Lombok melakukan survei kabupaten tersebut memiliki tingkat pinjaman terhadap pedagang, pengrajin (industri kecil rata-rata yang lebih tinggi. Berdasarkan dan rumah tangga), dan koperasi untuk sampel 140 usaha yang disurvei pada Mei mengetahui cara mereka menanggulangi 2003, sekitar seperempat usaha di Gianyar situasi tujuh bulan pasca bom Bali. Industri mengambil pinjaman dari LPD setempat, pariwisata dan kerajinan Lombok terkena sementara usaha-usaha di kabupaten lainnya, dampak yang sama parahnya dengan di Bali menyusul rangkaian kejadian yang bergulir 9 LPD untuk pertama kalinya dibentuk pada masa sejak Oktober 2002, yang lantas 1980-an untuk memerangi sistem kredit yang mempengaruhi kesejahteraan sosial daerah- eksploitatif, meningkatkan standar hidup penduduk daerah yang memiliki ikatan paling erat desa dan menguatkan keuangan desa, terutama dengan kedua sektor provinsi itu. Turunnya keuangan mikro. Sistem LPD menyediakan pinjaman permintaan terhadap barang kerajinan di Bali kepada lebih dari 250.000 nasabah, dimana biasanya jumlah pinjaman yang diberikan adalah lebih kecil serta berkurangnya kesempatan kerja di Bali dibanding yang diberikan BRI atau BPR. LPD bagi pekerja pendatang dari Lombok dimonitor oleh BPD Bali dan pembinaan teknis memperparah dampak terhadap kesejahteraan diberikan oleh 16 PLPDK yang dipayungi pemkab- sosial. Tidak seperti di Bali, dampak yang pemkab Bali. dirasakan di Lombok lebih terlokalisir, 21 Bab 2: Dampak Tabel 13. Dampak Krisis terhadap Pedagang di Lombok Semua Pedagang Pedagang INDIKATOR EKONOMI PEDAGANG Pedagang Produk Kayu Tembikar (n=23) (n=6) (n =6) Rata-rata jumlah staf sebelum tragedi Kuta 6,0 8,7 5,0 permanen Mei 2003 2,8 3,0 3,3 Rata-rata jumlah staf sebelum tragedi Kuta 9,0 7,8 21,2 sementara Mei 2003 4,4 1,7 13,5 Rata-rata omset sebelum tragedi Kuta (Rp juta) 30,8 28,2 24,1 bulanan Mei 2003 (Rp juta) 11,8 5,9 12,2 Sumber: Survei Universitas Mataram, Mei 2003. dimana diprakirakan bahwa Lombok Timur dua per tiga dibanding dengan masa sebelum dan Mataram relatif mengalami dampak yang tragedi Kuta (Table 13). Hal ini berujung lebih ringan dibanding Lombok Barat. dengan pemangkasan pegawai tetap dan tidak Karena industri pariwisata dan kerajinan tidak tetap hingga 50 persen. Pedagang kayu memainkan peran yang dominan dalam tampaknya menderita lebih besar dibanding perekonomian lokal Lombok, melesunya pedagang keramik, dimana omset bulanan kedua sektor tersebut tidak menurunkan pedagang kayu menurun hingga rata-rata 80 pengeluaran konsumen secara umum seperti persen. Enam puluh persen pedagang di Bali, dan mereka yang bekeja di sektor menyatakan bahwa kebutuhan utama mereka pertanian Lombok tampaknya tidak terlalu adalah informasi pasar. Seperti halnya di terpengaruh. Tidak ada dampak residual bom Bali, ada indikasi bahwa ekspor barang Bali terhadap ketegangan sosial di Lombok, kerajian ke luar negeri sedikit banyak dapat namun permasalahan internal provinsi itu menyangga dampak penurunan permintaan perlu ditangani untuk memastikan bahwa lokal untuk produk kerajinan.10 even-even mendatang, seperti Pemilu, tidak akan menyebabkan eskalasi ketegangan 48. Produsen Kecil, Koperasi, dan Industri sosial. Rumah Tangga. Lebih dari 80 persen produsen kecil barang kerajinan (kayu, kain, 47. Pedagang. Sampel 23 pedagang yang emas, dan perak) yang disurvei melaporkan disurvei menunjukkan bahwa omset bulanan telah mengurangi angka produksi hingga rata- pada Mei 2003 mengalami penurunan hingga rata 58 persen, dimana angka yang sama juga Tabel 14. Dampak Krisis Industri Kecil Lombok Semua Produk Produk INDIKATOR EKONOMI INDUSTRI KECIL Produk Kayu Logam (n=23) (n=10) (n=5) Jumlah rata-rata staf permanen 9,6 9,1 16,4 Jumlah rata-rata staf sementara 13,7 7,8 8,0 Persentase usaha yang memangkas staf (%) 67% 60,0% 60,0% Dari mereka, rata-rata staf yang di-PHK (%) 58,9% 67,7% 46,7% Tingkat produksi bulanan (Rp juta) 41,2 10,1 219,0 Persentase usaha yang menurunkan produksi (%) 82% 80% 60% Dari mereka, penurunan dalam produksi (%) 10 57,8% 62,5% 41,7% Bali Post, 10 Februari 2002, Di Mataram, Sumber: Survei Universitas Mataram, Mei 2003 Pemasaran Kerajinan di Art shop Anjlok. 22 Bab 2: Dampak berlaku untuk pemangkasan staf yang mengalami penurunan pendapatan pasca dilakukan (Tabel 14). Secara keseluruhan, ledakan bom Bali. Untuk seluruh pulau Bali, sembilan persen produsen kecil mengatakan rata-rata penurunan pendapatan yang terjadi menderita kerugian pada Mei 2003, dimana adalah 43,4 persen. Rata-rata penurunan sedikit diatas setengah yang masih mengais tertajam terjadi di Karangasem (48,6 persen) keuntungan. Ke-17 koperasi (kayu, kain dan Gianyar (47,7 persen), sementara tenunan, emas, dan perak) yang disurvei juga Buleleng (39,6 persen) dan Denpasar (40,7 mengalami penurunan omset hingga rata-rata persen) mengalami penurunan yang lebih 50 persen. Industri rumah tangga penghasil rendah. barang kerajinan tak lepas dari dampak bom Bali, dimana 60 persen melaporkan 51. Pengangguran di Bali. Sebanyak 71 penurunan omset hingga rata-rata 70 persen. persen responden berpendapat bahwa angka Semua kelompok menyatakan bahwa pengangguran telah meningkat atau permasalahan utama adalah berkurangnya meningkat secara nyata selama 2003. Secara jumlah tamu/pembeli, dan secara umum lebih rata-rata, responden memprakirakan bahwa 20 dari 85 persen mengalami masalah dalam hal persen pekerja terkena pemangkasan selama pemasaran. Jelas sudah bahwa industri- kuartal terakhir 2003, dimana antara Januari industri ini membutuhkan bantuan dalam sampai akhir April 2003 persentase tersebut bentuk promosi perdagangan dan mencapai 29 persen. pengembangan jaringan pasar. 52. Barang Kerajinan Bali. Tujuh puluh persen responden masyarakat menyatakan 2.3 Dampak Sosial Ekonomi bahwa barang kerajinan memiliki peran penting. Sebanyak 84 persen responden 49. Dampak kasus bom Bali terhadap mengaku bahwa pada tahun ini terjadi ketenagakerjaan dan pendapatan adalah jauh penurunan keuntungan, bahkan penurunan lebih parah dibanding Januari 2003. Di Bali, yang dialami adalah cukup nyata. Hanya dua 94 persen responden kunci melaporkan persen yang mengatakan bahwa keadaan penurunan tingkat pendapatan dan 70 persen sudah membaik. melaporkan penurunan ketenagakerjaan.11 Rata-rata penghasilan diprakirakan turun 53. Migrasi Bali. Lebih dari setengah jumlah hingga 40 persen, dimana 20 persen orang responden masyarakat (54 persen) melapor dilaporkan kehilangan pekerjaan akibat adanya penduduk yang pulang kembali ke peristiwa bom (meski beberapa berhasil kampung halaman. Delapan persen tidak mendapat pekerjaan baru). memiliki informasi mengenai hal ini, dan sisanya tidak melaporkan terjadinya arus balik Survei Responden Kunci penduduk. 50. Pendapatan Masyarakat Bali. Sembilan puluh empat persen responden melaporkan 54. Respon dan Mekanisme Penanggulangan Krisis Bali. Responden melaporkan sejumlah bahwa masyarakat tempat mereka berdiam mekanisme untuk menanggulangi krisis yang diterapkan anggota masyarakat, mulai dari 11 pembatasan pengeluaran (93,6 persen) sampai Survei Responden Kunci. Perhatikan bahwa angka peminjaman uang (45,9 persen). Hampir yang disebutkan bukan merupakan data aktual penurunan pendapatan dan pemangkasan pegawai, seperempat (24,1 persen) melaporkan namun merupakan prakiraan responden kunci terhadap terjadinya pergeseran dalam makanan pokok masyarakat mereka. masyarakat. Pengurangan jumlah porsi 23 Bab 2: Dampak makanan (5,2 persen) dan kegiatan lingkungan sekitar sebagai pihak kedua yang keagamaan (5,4 persen) merupakan yang paling mungkin untuk diminta bantuan.12 terendah. Yang perlu dicatat adalah bahwa respon-respon tersebut sangat terkonsentrasi 56. Penurunan Pendapatan di Lombok. Tiga di kecamatan-kecamatan tertentu. Hanya di per empat responden di Lombok melaporkan seperempat kecamatan saja yang bahwa penduduk desa mereka mengalami menghadirkan lebih dari satu dari total 17 penurunan tingkat pendapatan hingga 50 responden kunci yang melaporkan persen menyusul bom Bali (Tabel 16), dan pengurangan jumlah porsi makanan sebagai bahwa yang paling menderita adalah salah satu mekanisme untuk menanggulangi masyarakat golongan miskin. Dampak Tabel 15. Mekanisme Penanggulangan Krisis dalam Masyarakat Ya Tidak Ragu (%) (1). Membatasi pengeluaran 827 41 16 93,6% (2). Berhutang untuk kebutuhan sehari-hari 405 435 43 45,9% (3). Menunda pelunasan hutang 612 235 36 69,3% (4). Menjual harta 431 403 50 48,8% (5). Menggadai harta 528 311 45 59,7% (6). Pindah bidang usaha 311 514 48 35,6% (7). Mempekerjakan anggota keluarga lainnya 349 474 58 39,6% (8). Beralih profesi 395 411 46 46,4% (9). Mengurangi partisipasi dalam arisan 228 592 63 25,8% (10). Mengurangi iuran desa 222 616 45 25,1% (11). Merubah makanan pokok 213 617 53 24,1% (12). Mengurangi jumlah makanan 46 791 45 5,2% (13). Menunda/mengurangi kegiatan keagamaan 48 809 25 5,4% (14). Menunda/mengurangi perawatan sarana/prasarana 527 317 31 60,2% Sumber: Universitas Udayana, Survei Responden Kunci. krisis. Respon tersebut berjumlah lebih tinggi di wilayah-wilayah miskin Bali seperti 12 Karangasem (contohnya Manggis), yang Kecamatan Development Project (KDP) atau Proyek menandakan perlu diidentifikasinya kantong- Pembangunan Kecamatan melaksanakan suatu survei di Bali pada Mei 2003 untuk mencari kepastian tentang kantong spesifik yang rentan. dampak-dampak bom Bali. Sebanyak 79 fasilitator mewawancarai penduduk Bali untuk mengetahui 55. Sebagai ilustrasi untuk menekankan peran persepsi mereka. Hasil yang diperoleh dari Survei penting program jaring pengaman sosial Kajian Krisis KDP pada bulan Mei itu menegaskan masyarakat, suatu survei proyek hasil yang diperoleh survei responden kunci, yang membuktikan tingkat ketelitian dan manfaat kegiatan pembangunan kecamatan yang dilaksanakan para fasilitator KDP tersebut di lapangan. KDP di Bali pada Mei 2003, 76 persen responden memiliki fasilitator di sebagian besar kecamatan menyatakan bahwa keluarga merupakan pihak Indonesia. Jaringan fasilitator tersebut sewaktu-waktu pertama yang akan membantu dalam situasi dapat diturunkan ke lapangan untuk mengkaji dampak krisis, dimana 66 persen responden krisis di Indonesia. Bali tidak merupakan bagian dari proyek ini hingga awal tahun ini, dan tidak menyebutkan kenalan atau teman di diikutsertakan dalam putaran pertama survei repsonden kunci di Bali. 24 Bab 2: Dampak KOTAK 1: Bukti dari Studi Transisi Ekonomi dan Sosial Bali Survei Longitudinal tentang Aspek Kehidupan Perorangan dan Rumah Tangga Kebijakan yang dimaksudkan untuk menanggulangi krisis yang diakibatkan bom Bali memiliki peluang keberhasilan yang lebih besar jika didasari atas pemahaman yang baik tentang bagaimana peristiwa tersebut mempengaruhi kesejahteraan perorangan dan rumah tangga. Studi Transisi Ekonomi dan Sosial (EST-B = Economic and Social Transition Study), suatu survei longitudinal yang unik tentang aspek rumah tangga di Bali, memberikan informasi untuk hal tersebut. Pada Februari 2002, dalam rangka pelaksanaan Susenas, Badan Pusat Statistik (BPS) mewawancarai sampel yang terdiri dari 7.500 orang dari 2.000 rumah tangga di Bali. BPS bermurah hati untuk mengizinkan kami mewawancarai kembali beberapa orang tersebut pasca bom Bali dan pada awal 2003 kami mewawancarai 92 persen dari mereka dalam rangka pelaksanaan EST-B. Survei-survei ini memberikan informasi yang unik tentang bagaimana kehidupan masyarakat Bali terpengaruh oleh peristiwa peledakan bom itu. Khususnya karena Susenas mengukur berbagai indikator kesejahteraan perorangan dan rumah tangga mereka pra bom Bali, dan kami mengukur rangkaian indikator yang sama dengan sampel yang sama pasca bom Bali. Dengan demikian kami dapat menentukan dampak krisis. Selain itu, karena data memberikan informasi tentang rumah tangga seutuhnya, kami dapat mengidentifikasi beberapa mekanisme penanggulangan krisis yang diterapkan ditingkat perorangan dan rumah tangga dan menentukan bagaimana dampak krisis dibagi dalam dan antara rumah tangga. Hasil survei memberikan wawasan-wawasan baru tentang konsekuensi peledakan bom terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Bali. Pertama, tidak seperti yang diduga oleh banyak pihak, tingkat pengangguran tidak melonjak secara tajam pasca bom. Angka kerja laki-laki usia kerja utama hanya mengalami sedikit penurunan, yang diimbangi oleh kenaikan angka kerja bagi perempuan usia kerja utama. Permasalahan utama bom Bali adalah anjloknya pendapatan riil - dan bukan saja di sektor formal. Tingkat pendapatan bahkan menurun lebih tajam di sektor non formal. Pendapatan rumah tangga rata-rata menurun hingga 25 persen. Rumah tangga mampu menyiasati penurunan pendapatan tersebut melalui pola pengeluaran harian mereka. Total pengeluaran rumah tangga menurun hingga 14 persen - meski cukup besar, namun jumlahnya masih jauh dibawah penurunan tingkat pendapatan yang dialami. Selain itu, rumah tangga menyesuaikan pengeluaran mereka sedemikian rupa sehingga mengimbangi penurunan daya beli mereka. Sebagai contoh, mereka memangkas konsumsi makanan di luar rumah (hingga 50 persen) dan mengurangi pengeluaran untuk pembelian baju dan perawatan pribadi, barang kurang tahan lama (semi durable) dan perayaan-perayaan. Semuanya merupakan kebutuhan-kebutuhan yang dapat ditunda yang memiliki hanya sedikit pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan. Selain itu, rumah tangga juga menyesuaikan pengaturan tempat tinggal mereka dan, khususnya, bergabung dengan rumah tangga lain sehingga dapat berbagi sumber daya seperti tempat tinggal dan makanan. Walaupun memiliki mekanisme-mekanisme penanggulangan krisis, konsekuensi bom Bali terhadap aspek kesehatan adalah cukup besar. Pada saat tingkat pengeluaran menurun, pengeluaran per kapita pada 2003 untuk kesehatan berlipat ganda dibanding tahun sebelumnya. Menurut kedua survei, akses terhadap pelayanan kesehatan mengalami kenaikan bagi orang dewasa dan anak-anak sebulan sebelum wawancara dilakukan, dan naik 50 persen antara 2002 dan 2003. Menurut laporan, pembatasan kegiatan sehari-hari akibat penurunan kesehatan meningkat 50 persen, demikian juga dengan proporsi responden yang mengalami demam, batuk-batuk atau pusing dalam periode empat minggu jelang wawancara. Sebagai contoh, persentase yang mengalami demam meningkat dari 30 persen menjadi 60 persen untuk anak-anak, dan dari 35 persen menjadi 58 persen bagi orang dewasa. Kemungkinan besar hal ini mencerminkan memburuknya status kesehatan sosial psikologis. Rangkaian pertanyaan yang kami ajukan pada 2003 menguatkan penafsiran tersebut. Lebih dari dua per tiga responden dewasa mengaku terusik jika teringat pada bom Bali dan 10 persen mengaku teringat pada peristiwa tersebut secara berkala. Selain itu, sekitar tujuh persen laki-laki dewasa dan 13 persen perempuan dewasa menyatakan bahwa kondisi emosional mereka menurun dibanding pada masa pra bom Bali. Temuan-temuan studi menunjukkan bahwa dampak negatif bom Bali tersebar secara luas, dan mempengaruhi orang dan rumah tangga sepanjang spektrum sosial ekonomi. Meski begitu, rumah tangga yang miskin mendapat pukulan terkeras. Rumah tangga yang tingkat pendapatannya tergolong dalam persentil ke-25 pada distribusi 2002 mengalami penurunan pendapatan pada 2003 yang mendekati 75 persen. Sebaliknya, penurunan yang terjadi dalam persentil ke-75 pada 2002 adalah 25 persen. Beban ekonomi terutama terasa sangat berat bagi golongan rumah tangga termiskin. Statistik tersebut, berikut fakta terjadinya penurunan status kesehatan, dan bahwa pengeluaran untuk kesehatan mengalami kenaikan secara nyata pada saat tingkat pengeluaran total mengalami penurunan, menandakan bahwa upaya penguatan jaring pengaman sosial perlu diarahkan pada golongan rumah tangga termiskin terlebih dahulu. Data 2003 menyingkap banyak hal tentang konsekuensi bom Bali terhadap aspek kesejahteraan. Hasil studi menyatakan bahwa kesehatan masyarakat terpengaruh, namun mereka mampu melindungi tingkat pengeluaran walau mengalami penurunan pendapatan. Rumah tangga menanggulangi krisis dengan menyesuaikan pengeluaran dan menarik uang tabungan. Mekanisme ini mungkin tidak berkelanjutan untuk jangka menengah, terutama jika industri pariwisata tidak mulai memulih, dan kesejahteraan ekonomi dapat memburuk lebih jauh. Disisi lain, kesehatan masyarakat dapat membaik dengan berlalunya waktu pasca bom Bali. Satu-satunya cara untuk mendokumentasi dampak jangka menengah bom Bali dan respon perilaku terhadapnya adalah dengan terus mengikuti jejak orang dan rumah tangga yang sama selama periode tertentu. Informasi yang diperoleh lewat cara ini memberikan kesempatan yang luar biasa untuk mengukur dinamika adaptasi terhadap suatu peristiwa yang memiliki dampak ekonomi dan kesehatan yang besar terhadap orang dan rumah tangga di Bali. Menurut rencana, putaran berikut EST-B akan berlangsung pada kuartal pertama 2004. Survei tersebut akan mewawancari kembali orang dan rumah tangga yang sama yang diwawancarai pada 2002 dan 2003. Jika telah pindah lokasi, maka mereka akan dilacak. Kuesioner 2004 akan mengulang pertanyaan yang diajukan pada 2002 dan 2003 namun dengan alat-alat survei yang lebih baik guna memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang kehidupan masyarakat Bali di masa sekarang. Untuk informasi lebih lanjut hubungi: EST-B, Wayan Suriastini di wayan@chaka.sscnet.ucla.edu. 25 Bab 2: Dampak terparah melanda Lombok Barat dan Tengah. dan dalam jumlah lebih kecil juga di Lombok Secara umum, responden berpendapat bahwa Timur. Kasus pemberhentian pekerja industri (kecil) serta hotel dan restoran adalah terutama terjadi selama periode antara sektor yang menanggung dampak terberat, Oktober dan Desember 2002, dan antara dimana tidak seperti di Bali, beberapa juga Januari dan April 2003. Dua dampak menyinggung sektor pertanian. Seperti dapat kesejahteraan sosial terbesar yang dilaporkan diduga, Lombok Barat, tempat terdapatnya adalah tidak mampunya penduduk untuk sebagian besar hotel, hotel dan restoran berobat di rumah sakit (35 persen responden) dilaporkan sebagai sektor yang paling dan putus sekolah (25 persen). Hampir merasakan dampak bom Bali. setengah jumlah responden merasa prihatin dengan nasib di masa mendatang dan 43 57. PHK dan Dampak Sosial di Lombok. Tiga persen menyoroti konsumsi alkohol dan per empat responden melaporkan kehilangan mabuk-mabukan. pekerjaan di desa masing-masing, dimana jumlah terbesar terjadi di Lombok Tengah 58. Migrasi Lombok. Sekitar sepertiga Tabel 16. Dampak Sosial Ekonomi di Lombok Periode Waktu / Lombok Lombok Lombok Indikator Sosial Ekonomi Mataram Total Tempat Tujuan Barat Tengah Timur % responden yang melaporkan penurunan tingkat Okt 2002-Mei 2003 96% 93% 59% 61% 76% pendapatan di desa Jika ya, rata-rata penurunan tingkat pendapatan di Okt 2002-Mei 2003 51% 59% 51% 58% 54% desa Pertanian (sektor yang terkena dampak terberat) Okt 2002-Mei 2003 21,4% 13,3% 18,8% 0,0% 14,3% Industri (sektor yang terkena dampak terberat) Okt 2002-Mei 2003 51,6% 78,6% 92,0% 54,2% 68,5% Hotel/restoran (sektor yang terkena dampak Okt 2002-Mei 2003 77,8% 50,0% 0,0% 38,5% 58,5% terberat) Pedagang (sektor yang terkena dampak terberat) Okt 2002-Mei 2003 31,0% 0,0% 13,0% 31,8% 20,7% Transportasi (sektor yang terkena dampak Okt 2002-Mei 2003 4,3% 0,0% 0,0% 8,3% 2,7% terberat) % responden yang melaporkan kehilangan Okt 2002-Mei 2003 83% 100% 55% 83% 78% pekerjaan di desa Jika ya, rata-rata persentase orang kehilangan Okt-Des 2002 38% 34% 39% 28% 34% pekerjaan Jan-April 2003 26% 28% 25% 25% 26% % responden yang melaporkan penduduk yang Okt 2002-Mei 2003 35% 61% 25% 37% 37% pulang kampung Juli-Sep 2002 25 6 4 1 6 Jumlah orang yang pulang kampung Okt-Des 2002 20 19 6 4 13 Jan-Mar 2003 13 15 3 3 9 % responden yang melaporkan adanya penduduk Okt 2002-Mei 2003 57% 11% 9% 34% 30% yang pergi merantau July-Sept 2002 2 19 16 1 12 Jumlah penduduk yang pergi merantau: Okt-Des 2002 10 14 24 3 14 Jan-Mar 2003 29 17 21 1 17 Di dalam NTB 1 3 2 4 3 Jawa 3 4 2 4 Peringkat daerah tempat orang merantau: Bali 4 2 3 1 2 Lainnya 2 1 1 3 1 Sumber: Survei Universitas Mataram, Mei 2003. Responden mewakili delapan responden kunci tingkat desa. Lombok Barat n = 46; Lombok Tengah n = 29; Lombok Timur n = 44; Lombok Barat n = 42. 26 Bab 2: Dampak Tabel 17. Lombok: Mekanisme Penanggulangan Krisis di dalam Masyarakat Mekanisme Penanggulangan Ya Tidak Ragu (%) (1). Membatasi pengeluaran 123 43 3 72,8% (2). Berhutang untuk kebutuhan sehari-hari 72 93 4 42,6% (3). Menunda pelunasan hutang 115 47 7 68,0% (4). Menjual harta 104 63 1 61,5% (5). Menggadai harta 133 33 3 78,7% (6). Pindah bidang usaha 27 137 5 16,0% (7). Mempekerjakan anggota keluarga lainnya 71 97 1 42,0% (8). Beralih profesi 69 93 7 40,8% (9). Mengurangi partisipasi dalam arisan 34 116 19 20,1% (10). Mengurangi iuran desa 52 102 15 30,8% (11). Merubah makanan pokok 51 113 5 30,2% (12). Mengurangi jumlah makanan 17 149 3 10,1% (13). Menunda/mengurangi kegiatan keagamaan 10 155 4 5,9% (14). Menunda/mengurangi perawatan sarana/prasarana 61 96 12 36,1% Sumber: Survei Responden Kunci UNRAM. responden melaporkan terjadinya arus balik pada 2003, yang mungkin disebabkan oleh ke atau keluar dari desa antara periode wabah SARS. Oktober 2002 dan Mei 2003. Penyebab utama terjadinya arus balik adalah karena 59. Strategi Penanggulangan Krisis Lombok. pendapatan yang tidak memadai (83 persen), Mekanisme penanggulangan krisis yang kehilangan pekerjaan (59 persen), keamanan paling dominan di Lombok adalah (56 persen), dan administrasi kependudukan penggadaian harta, pengurangan jumlah (33 persen). Hasil survei terhadap sampel pengeluaran, penundaan pelunasan hutang, desa mengenai migrasi penduduk penjualan harta, pinjaman untuk memenuhi menunjukkan bahwa terjadi peningkatkan kebutuhan sehari-hari, dan penambahan migrasi ke luar Lombok Barat menyusul bom anggota keluarga dalam mencari nafkah Bali, sementara di Lombok Tengah justru (Tabel 17). Sebagai perbandingan dengan penduduk lebih banyak yang pulang ke Bali, di Lombok jumlah responden yang kampung halaman. Diantara mereka yang menjual dan menggadai harta adalah lebih bergerak ke luar Lombok Timur dan Tengah, tinggi, namun sebaliknya, responden yang diprakirakan bahwa banyak yang bekerja mengurangi tingkat pengeluaran, merubah sebagai TKI. Sekitar 30.000 TKI asal jalur usaha, dan menunda perawatan sarana Lombok tengah bekerja di luar negeri, dan prasarana adalah lebih rendah. terutama di Malaysia. Pada 2002, 24.685 terdapat TKI asal NTB, dimana 99 persen 60. Prioritas Respon Masyarakat Lombok dan bekerja di Malaysia.13 Jumlah TKI yang Agen Utama untuk Bantuan: Responden dikirim antara periode Januari dan Mei 2003 diminta untuk menyebutkan prioritas bantuan menurun 27 persen pada periode yang sama menurut pandangan mereka. Prioritas pertama yang paling tinggi adalah Puskesmas (20,3 persen) yang disusul dengan pendidikan (18,8 persen). Kredit atau dana berputar bagi 13 UKM (18,3 persen) dan petani (12,5 persen) Data diambil dari BP2TKI PROP NTB. 27 Bab 2: Dampak Tabel 18. Preferensi Bantuan oleh Masyarakat (Menurut Peringkat) Bantuan Prioritas Bantuan Pilihan ke-1 Pilihan ke-2 Pilihan Lain yang (%) (%) ke-3 (%) Disebutkan (1). Bantuan Kesehatan (Puskesmas) 20,3% 15,3% 10,4% 492 (2). Bantuan Kesehatan (Hospitals) 3,1% 10,4% 6,8% 714 (3). Pendidikan (Sekolah) 18,8% 21,2% 21,6% 366 (4). Dana untuk Desa Adat 7,7% 4,5% 8,2% 713 (5). Dana untuk Subak 2,2% 3,4% 4,2% 803 (6). Kredit Berputar (UKM) 18,3% 15,0% 14,0% 483 (7). Bantuan Non Kredit (Pelatihan) 2,8% 5,3% 4,5% 778 (8). Bantuan Peternakan 2,6% 3,6% 5,4% 788 (9). Kredit Usahatani/Dana Berputar 12,5% 11,3% 10,0% 598 (10). Bantuan Non Kredit Usahatani 2,6% 4,3% 4,7% 787 (11). Rehabilitasi Sarana/Prasarana 5,4% 4,6% 9,0% 726 (12). Lainnya 3,7% 1,2% 1,3% 831 hampir menyusun sepertiga bagian dari daftar prioritas utama responden. Dampak Pada Tingkat Sekolah di Bali 61. Responden masih memandang desa adat 62. Dampak negatif terhadap tingkat sebagai penyalur bantuan utama (40,0 pendapatan dan ketenagakerjaan berimbas persen), yang disusul pemerintah daerah (21,1 pada sektor pendidikan, dimana pendidikan persen). Meski begitu, kepala desa anak-anak mengalami potensi disrupsi yang merupakan salah satu pilihan alternatif utama cukup nyata. Disrupsi yang dimaksud (31,7 persen). Secara keseluruhan, Lombok berkisar mulai dari kesulitan membayar uang mengalami imbas dampak bom Bali dan sekolah, yang berimbas pada sulitnya sekolah berupaya untuk mengatasinya melalui untuk memenuhi kebutuhannya dan mekanisme-mekanisme penanggulangan memberikan pendidikan yang bermutu, krisis. hingga putus sekolah selama berjalannnya tahun ajaran atau ketidakmampuan untuk mendaftar ke sekolah pada awal Tabel 19. Agen Utama yang Diandalkan untuk tahun ajaran baru. Yang banyak Bantuan (Diperingkatkan) terjadi adalah bahwa anak terpaksa pindah sekolah, yaitu Pilihan ke- Pilihan ke-2 Pilihan ke- seringkali ke kawasan yang lebih Aktor 1 (%) (%) 3 (%) miskin, bersama keluarga (1). Kepala Desa 20,9% 31,7% 10,5% besarnya. Mekanisme lain untuk (2). Desa Adat /banjar 40,0% 20,2% 10,6% menanggulangi krisis adalah (3). Camat 1,8% 14,8% 45,6% menyuruh si anak bekerja (4). Pemda Lokal 21,1% 15,1% 16,4% sebelum atau setelah jam sekolah (5). Pemda Provinsi 10,2% 12,9% 7,0% dan mengurangi jumlah makanan (6). LSM 3,8% 4,3% 8,7% bagi si anak, yang juga dapat (7). Lainnya 2,3% 1,0% 1,2% berimbas pada mutu pendidikan. Dampak sampingan negatif dari 28 Bab 2: Dampak Gambar 10. Bali: Jumlah Kasus Putus Sekolah yang Dilaporkan DANAU BUYAN BULELENG DANAU BRATAN BANGLI JEMBRANA KARANGASEM TABANAN GIANYAR Districts Schools Reporting Dropouts (out of 8) BADUNG 0 1 2 3 KOTA DENPASAR 4 5 6 KLUNGKUNG 7- 8 Figures through end-April 2003 N W E 0 30 60 90 120 150 180 Kilometers S keadaan dimana anak harus bekerja atau kecamatan), pendekatan ini lebih layak dari mendapat gizi yang kurang adalah segi waktu dan pelaksanaan dibanding survei menurunnya energi, konsentrasi dan minat rumah tangga dengan tingkat keterwakilan belajar anak di sekolah. yang sama, meski memiliki sejumlah kelemahan. 63. Pendekatan Kajian. Sebuah survei sarana sekolah bertujuan untuk mengkaji dampak 64. Dampak. Tiga puluh satu persen sekolah krisis terhadap sekolah-sekolah di Bali. melaporkan adanya murid yang putus sekolah Sebagai alat pengkajian, suatu survei sarana selama tahun ini. Jumlah kasus putus sekolah memberikan gambaran kasar mengenai sangat beragam antar kabupaten, dengan wilayah yang disurvei pada waktu tertentu.14 jumlah terbesar di kawasan timur laut Bali, Sebagai kajian cepat terhadap dampak- dimana Buleleng (60 persen) dan Karangasem dampak yang terlokalisir (misalnya menurut (55 persen) memiliki jumlah kasus tertinggi. Wilayah yang mengalami kasus putus sekolah terendah adalah Tabanan (12,5 persen) dan 14 Badung (14,6 persen). Sekitar seperempat Alternatif untuk survei sarana adalah survei rumah responden (25,9 persen) yakin bahwa akan tangga, seperti Susenas. Pendekatan pada tingkat rumah tangga memungkinkan dilacaknya anak dari terjadi lebih banyak kasus putus sekolah. Di tahun ke tahun sehingga diperoleh gambaran yang Buleleng (47,9 persen) dan Karangasem (46,9 lebih akurat dibanding survei sarana. Ukuran sampel persen) hampir setengah jumlah responden untuk memperoleh hasil yang absah tidak memakan berpendapat bahwa akan terjadi lebih kasus banyak biaya dan dari segi waktu juga layak, yaitu putus sekolah. Dua puluh tiga persen menjelang Susenas yang dilakukan tiap tahun pada bulan Februari. Inti survei menawarkan indikator- indikator kesejahteraan umum pada tingkat kabupaten. 29 Bab 2: Dampak Tabel 20. Indikator Kasus Putus Sekolah Putus Sekolah sebagai Sekolah yang Angka Kedalaman mekanisme Mengalami Kasus Penduduk Kemiskinan Kemiskinan penanggulangan Putus Sekolah per (000) (%) (%) per Des 02 (%) Apr 03 10-Denpasar 382 1 0,23 0 20,8% 20-Badung 312 3,2 0,56 6 14,6% 30-Gianyar 337 6,4 1,08 0 19,6% 40-Klungkung 164 13,1 3,91 4 28,1% 50-Bangli 198 13,2 2,42 0 34,4% 60-Karangasem 379 19,5 5,43 0 54,7% 70-Tabanan 387 4,2 0,69 4 12,5% 80-Jembrana 195 7,4 1,62 4 15,6% 90-Buleleng 576 12,1 2,04 0 59,7% 2.900 8,9 2,0 31,6% Sumber: Survei Sekolah Bali, pangkalan data DAU Departemen Keuangan. responden berpendapat bahwa kasus putus ajaran, dan angka putus sekolah antar tahun sekolah disertai dengan migrasi keluar.15 ajaran. 65. Angka putus sekolah "normal" versus 66. Angka dalam perspektif. Meski angka putus sekolah karena krisis. Hasil kajian putus sekolah tampak merisaukan, perlu kasus putus sekolah menurut sekolah cukup diperhatikan bahwa hanya 805 dari 113.096 membingungkan, dimana asumsi yang murid dari sekolah yang disurvei yang putus berlaku adalah bahwa angka putus sekolah sekolah. Artinya, secara keseluruhan angka yang tinggi berkaitan dengan krisis. Untuk putus sekolah sekolah-sekolah tersebut adalah menentukan dampak krisis terhadap sekolah kurang dari satu persen. Sebagai pembanding yang sebenarnya, maka perlu dilakukan patok data sekolah, wilayah-wilayah dengan angka duga (benchmarking). Yang dapat dilakukan putus sekolah yang tinggi adalah Karangasem adalah menentukan berapa sebenarnya angka dan Buleleng, dimana angka putus sekolah putus sekolah "normal" selama tahun tahun masing-masing mencapai 16 persen dan delapan persen.16 67. Informasi kami untuk saat ini belum dapat 15 berbicara banyak mengenai murid yang Gambar di atas yang menyajikan data migrasi perlu mendaftar untuk tahun ajaran 2002/2003, dianalisa lebih lanjut. Kisah yang paling sering didengar adalah bahwa krisis menyebabkan orang tua namun pada 2003 tidak mendaftar untuk yang bekerja di daerah selatan mengirim anak mereka kembali ke kampung halaman di daerah utara dan 16 timur (seperti Buleleng dan Karangasem). Sekilas Data tidak mewakili populasi anak usia sekolah tingkat migrasi penduduk di seluruh daerah hampir untuk semua sekolah dalam suatu daerah karena angka tidak ada perbedaan. tidak diboboti untuk jumlah murid yang dikaji. 30 Bab 2: Dampak tahun ajaran 2003/2004. Awal tahun ajaran angka putus sekolah yang tinggi namun biasanya melibatkan pembayaran uang muka "normal". yang tidak sedikit, sehingga orangtua pun memilih untuk menunda pendaftaran anak 69. Seringkali mutu pendidikan juga terkena mereka selama krisis. Sayang sekali, imbas krisis seperti ini. Seringkali guru gambaran komprehensif baru akan tersedia memberikan les kepada murid diluar jam setelah Susenas yang akan dilakukan pada pelajaran untuk mendapat pemasukan Februari 2004. Meski begitu, kegiatan tambahan. Dua puluh persen sekolah monitoring berkelanjutan lainnya - seperti melaporkan terjadinya penurunan jumlah kajian lapangan dan kajian sekolah - dapat murid yang mengikuti les tersebut, yang memberikan wawasan tambahan tentang berimbas terhadap proses belajar mengajar angka putus sekolah dari tahun ajaran murid dan kesempatan guru untuk mendapat kemarin hingga tahun ajaran sekarang, berikut pemasukan tambahan. Tiga puluh satu persen respon-respon yang dapat dilakukan. sekolah melaporkan bahwa guru mulai menyambi setelah peristiwa bom. Jika guru 68. Hasil Susenas dapat menjadi bahan terpaksa harus bekerja sampingan untuk pembanding, namun ia tidak memberikan mencari nafkah, motivasi dan tenaga mereka gambaran seutuhnya. Survei sarana tidak di kelas menurun. Dengan demikian memperhitungkan angka putus sekolah dari pendidikan bukan saja mengalami penurunan tahun ke tahun, namun untuk saat ini Susenas dari segi kuantitas, tapi juga kualitas. belum memperhitungkan kasus putus sekolah yang terjadi selama tahun ajaran. Di 70. Sejumlah tindakan dapat diambil untuk Indonesia secara keseluruhan diprakirakan menanggulangi dampak-dampak tersebut. bahwa empat persen murid sekolah dasar Dana bantuan atau beasiswa dari pemerintah putus sekolah pada masa peralihan tahun atau donor swasta dapat membantu ajaran 2000/2001 ke 2001/2002. Pada 2000, mengurangi angka putus sekolah dan 12 persen murid kelas satu tidak kembali ke meringankan beban sekolah. Program jaring sekolah untuk mengenyam pendidikan di pengaman sosial dalam masyarakat, seperti kelas dua pada 2001, yang mengisyaratkan dewan sekolah, dapat menyalurkan bantuan pentingnya untuk memantau kehadiran murid kepada sekolah dan anak yang terkena dari tahun pertama hingga tahun berikutnya. dampak krisis. Dampak aktual dari dan Sebaliknya, menurut Susenas angka putus respon terhadap krisis di Bali berkisar secara sekolah murid sekolah dasar untuk Bali pada luas. tahun ajaran 2000/2001 hingga tahun ajaran 2001/2002 adalah kurang dari satu persen, 71. Respon Masyarakat. Survei sekolah yaitu sekitar 0,3 persen. Angka putus sekolah melakukan kajian yang mengaitkan untuk NTB adalah delapan persen, sementara pemerintah dengan pendanaan sekolah. untuk Jawa Timur angka tersebut adalah Sekolah-sekolah yang memiliki dewan sembilan persen untuk tahun ajaran sekolah yang aktif diprakirakan lebih siap, 2000/2001 hingga 2001/2002. Dengan baik secara teknis maupun keuangan, dalam demikian, persentase putus sekolah di Bali menanggulangi suatu permasalahan. Selain selama tahun ajaran 2002/2003, meski itu, Dinas Pendidikan dengan mudah dapat memprihatinkan, masih wajar. Oleh karena bermusyawarah dengan dewan sekolah dalam itu, pemanfaatan dana bantuan sekolah untuk rangka menetapkan kebutuhan masing-masing mengurangi angka putus sekolah perlu sekolah. dipandang dalam konteks dampak marjinal intervensi di daerah-daerah yang memiliki 31 Bab 2: Dampak 72. Di Bali, 97 persen dari 425 sekolah yang 2.4 Dampak Ketegangan Sosial dan disurvei memiliki suatu dewan sekolah. Keamanan Lokal Dewan-dewan tersebut bertindak secara cepat dan efisien menyusul peristiwa bom Bali, 74. Peristiwa peledakan bom Bali disusul dimana 70 persen panitia sekolah dengan kekhawatiran terhadap gejolak etnis menyalurkan bantuan kepada sekolah, yaitu akibat menajamnya ketegangan sosial antara sebagian besar dalam bentuk uang tunai (83 penduduk Bali dan pendatang, seperti yang persen).17 Krisis di Bali menunjukkan bahwa, sudah diduga akan terjadi. Perbaruan laporan meski jarang bertemu, dewan sekolah bersatu Bali pada Januari 2002 menemukan bahwa dan memberi respon secara efektif dalam meski kekhawatiran terjadinya kerusuhan masa-masa susah. sosial tetap meluas, tokoh masyarakat dan agama dan masyarakat pada umumnya 73. Bantuan Pemerintah. Lebih dari setengah berhasil menangani hal ini secara efektif (54,2 persen) sekolah melaporkan bahwa melalui ajakan untuk menenangkan diri dan mereka menerima bantuan pemerintah sejak bercermin menyusul peristiwa nahas tersebut peledakkan bom. Hanya segelintir (6,5 dan serangkaian ritual penyucian di Bali. persen) yang melaporkan bahwa bantuan Meski begitu, sekelompok kecil melaporkan tersebut adalah dalam bentuk uang tunai. bahwa hubungan etnis di Bali telah menurun, Dana bantuan dan beasiswa, meski hanya dan bahwa tindakan untuk mempertahankan merupakan persentase kecil dari pemasukan hubungan masyarakat dan kerekatan sosial sekolah, adalah sangat bermanfaat selama masih diperlukan. masa krisis untuk meringankan beban yang ditempatkan pada sekolah. Sebagaimana 75. Sejak Januari 2003, dampak bom Bali disebutkan dalam laporan ini, sebagian besar terhadap perekonomian makin memburuk, dana pemerintah belum dicairkan. Dengan yang lantas menimbulkan keprihatinan bahwa demikian, peran penting respon dan keuletan ketegangan sosial sebagai akibat dari tekanan masyarakat perlu ditekankan. Pada saat sosial dan ekonomi dapat memperparah banyak wilayah dinyatakan layak menerima gejolak dan kerusuhan. Selain itu, bantuan pemerintah, maka sudah setahun persidangan para tersangka bom Bali, berlalu sejak bom Bali. Masyarakat harus penataan tertib administrasi kependudukan, mulai mengandalkan kekuatan sendiri untuk dan peningkatan mobilisasi menjelang Pemilu dapat menanggulangi dampak krisis. 2004 dapat memperparah ketegangan sosial Monitoring secara kualitatif dan kuantitatif dalam masyarakat. Kerusuhan sosial apapun terhadap dampak yang dialami sektor di Bali sudah pasti akan berdampak negatif pendidikan perlu dilakukan untuk memastikan terhadap imej dan upaya pemulihan Bali. bahwa anak dan sekolah tidak menderita lebih lanjut. 76. Dalam rangka mengkaji permasalahan dan faktor yang berkontribusi terhadap ketegangan sosial di Bali, kajian melakukan studi kualitatif di 26 kecamatan dimana survei responden kunci di ke-53 kecamatan 17 Sebanyak 83 persen dewan sekolah yang diwakili menyertakan komponen ketegangan sosial. dalam survei memberikan dana bantuan menyusul bom Kajian ketegangan sosial mengarahkan fokus Bali, 25 persen menawarkan bantuan dalam bentuk pada insiden gangguan dan gejolak sosial barang, dan 34 persen menawaran bantuan melalui masa lalu dan kini, sifat dan intensitas insiden renovasi bangunan. masa lalu, keprihatinan masa sekarang tentang kerusuhan sosial, penanganan 32 Bab 2: Dampak Gambar 11. Insiden Kerusuhan Sosial yang Dilaporkan di Bali sejak 1998 ketegangan sosial, dan kebijakan keamanan Survei BPS PODES 2003 mencatat 7,8 persen lokal. Secara keseluruhan, hasil kajian desa di Bali yang melaporkan kasus konflik mengemukakan bahwa kini ketegangan sosial pad akhir 2002, dimana Bali menduduki di Bali adalah lebih rendah dibanding pada peringkat ke-11 dari 30 provinsi dalam hal Januari 2003, meski ketegangan sosial di kejadian konflik lokal. Menurut informasi sejumlah kecil kecamatan masih tetap tinggi, dari responden kunci di ke-53 kecamatan yang terutama berkaitan dengan tekanan Bali, hanya 14 kecamatan yang tidak ekonomi, permasalahan sosial, pemuda, dan mengalami konflik atau kerusuhan sosial pengangguran. Yang penting untuk dicatat, sejak 1998. Insiden yang dilaporkan dalam hanya segelintir perselisihan masa lalu yang survei responden kunci kebanyakan melibatkan penduduk Bali dan pendatang, melibatkan pengrusakan harta, namun di dua dimana sebagian besar insiden terjadi antar kabupaten, yaitu Gianyar dan Buleleng, kelompok masyarakat Bali. insiden berbuntut dengan korban luka-luka dan, yaitu di Buleleng, sejumlah korban jiwa. Gejolak Sosial di Bali antara 1998 dan 2003 Mayoritas gejolak di masa lalu yang dilaporkan terjadi di Buleleng (34 insiden) 77. Peristiwa Kerusuhan Sosial.18 Beberapa dimana kabupaten lain yang diperingkat tahun terakhir Bali mengalami sejumlah menurut jumlah insiden adalah sebagai insiden gejolak sosial yang saling terpisah. berikut: Karangasem (18 insiden), Badung (14), Klungkung (10), Gianyar (8), Bangli (6), Negara (5), Denpasar (3), dan Tabanan (3). 18 'Kerusuhan sosial' didefinisikan di sini sebagai mobilisasi kelompok masyarakat yang berbuntut 78. Pada umumnya, peristiwa gejolak sosial dengan konfrontasi dan/atau kekerasan yang diarahkan menurut kabupaten di Bali tidak pada harta benda atau orang. memperlihatkan peningkatan yang nyata pada 33 Bab 2: Dampak Gambar 12. Kerusuhan Sosial per Kabupaten yang Dilaporkan (1998-2003) 12 10 8 6 4 2 Buleleng Karangasem Badung Klungkung Gianyar 0 Bangli 1998 Negara 1999 2000 Denpasar 2001 2002 Tabanan 2003 2003. Pengecualiannya adalah Gianyar, yang hubungan masyarakat paling sering pada Mei 2003 mengalami jumlah insiden disebutkan, meski tingkat insiden di kota itu yang sama seperti tahun sebelumnya.19 Desa masih terbilang rendah. Tekanan ekonomi yang disurvei di Karangasem dan Buleleng disebutkan merupakan faktor yang paling mengalami jumlah insiden yang sama, yaitu banyak disebut untuk Bangli dan 2-3 kasus selama lima bulan pertama tahun Karangasem, yang kemungkinan adalah ini. Dilihat dari segi insiden, data tersebut cukup signifikan berdasarkan kenyataan menunjukkan bahwa tidak terjadi peningkatan bahwa kedua daerah tersebut mengalami yang berarti dalam gejolak sosial pasca bom kesengsaraan ekonomi akibat melesunya Bali. pariwisata. Politik menjadi faktor paling umum di Tabanan, Negara, dan Buleleng, 79. Penyebab ketegangan sosial di masa lalu meski jumlah insiden di Tabanan dan Negara yang paling sering dilaporkan adalah cukup kecil. Pada 1999, insiden memuncak permasalahan antar pemuda, yang disusul di Buleleng, yang terutama dipicu kekalahan dengan politik, permasalahan sosial, dan Megawati dalam pemilihan presiden pada tekanan ekonomi (Tabel 21). Menurut Oktober 1999. Secara keseluruhan, faktor responden, secara umum hubungan terpenting di ketiga kabupaten lainnya masyarakat yang buruk bukan merupakan (Badung, Gianyar, Klungkung) dan faktor penting; hanya untuk Denpasar faktor Karangasem adalah perselisihan antara pemuda dari banjar dan desa yang berlainan yang berujung dengan konfrontasi dan 19 terkadang kekerasan. Ini lantas diperparah Pada Juni dan Juli 2003, kerusuhan melanda Batubulan dan Sukawati yang dipicu salah paham antar oleh permasalahan sosial seperti mabuk- pemuda dan permasalahan tanah. Lihat Bali Post, 11 mabukan dimana pemuda diidentifikasi Juli 2003, 'Lagi, Warga Tengkulak Tengah - Tengkulak sebagai kelompok rentan kunci. Mas Bentrok'. 34 Bab 2: Dampak Tabel 21. Persepsi tentang Penyebab Kerusuhan Sosial di Bali sejak 1998 Hubungan Masalah Tekanan Masalah Agama dan Kegiatan Balas Kabupaten sosial yang ekonomi sosial adat Politik ilegal antar dendam Lainnya buruk pemuda Denpasar 25% 13% 13% 19% 6% 6% 0% 13% 6% Badung 3% 13% 21% 8% 8% 0% 37% 3% 8% Gianyar 5% 7% 9% 14% 7% 5% 34% 16% 5% Klungkung 5% 0% 10% 0% 5% 5% 38% 24% 14% Bangli 0% 33% 25% 8% 8% 8% 17% 0% 0% Karangasem 13% 23% 17% 7% 0% 3% 23% 3% 10% Tabanan 0% 0% 10% 0% 50% 0% 20% 10% 10% Negara 0% 0% 17% 0% 50% 0% 0% 0% 33% Buleleng 9% 11% 18% 5% 35% 2% 17% 2% 2% Seluruh Bali 7% 12% 16% 7% 17% 3% 24% 7% 7% Catatan: Angka yang dicetak tebal merupakan dua faktor teratas di tiap kabupaten. (Data merupakan persentase responden). 80. Perselisihan di Bali sejak 1998. Tidak kekerasan, dan pengrusakan harta, yang dapat seperti kerusuhan, survei responden kunci menjadi faktor penting pasca ledakan bom 12 menunjukkan bahwa sengketa tanah adalah Oktober karena meningkatnya penggunaan bentuk perselisihan yang paling sering terjadi lahan dan/atau penjualan lahan sebagai (71 dari 124 persilisihan yang dilaporkan) di strategi penanggulangan krisis. Peningkatan 106 desa, dimana kebanyakan terjadi di dalam ketegangan sosial di masa mendatang, (56 persen) atau di antara desa adat (31 kemungkinan akan disebabkan oleh persen). Beberapa diantara sengketa tanah permasalahan yang sama, yang selama lima tersebut berujung dengan konfrontasi, tindak tahun terakhir berkaitan dengan pemuda dan Gambar 13. Kekhawatiran terhadap ketegangan sosial (Desember 2002 versus Mei 2003) % respondents worried about social December 2002 May 2003 90% unrest over next 6 months 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% i em g a ng ng al ar li n ar un an ng na lB s ny du le as pa gk br Ba ba le ta ia Ba ng m en un Bu Ta To G Je ra D Kl Ka District Catatan: Data mewakili persentase responden survei di responden kunci kecamatan yang merasa khawatir terhadap kerusuhan sosial. Data Desember 2002 adalah dari Universitas Udayana (Januari 2003) dan data Mei 2003 adalah dari Universitas Udayana (Juni 2003). 35 Bab 2: Dampak permasalahan sosial, politik, lahan, dan, Payangan (Gianyar), Manggis (Karangasem), dalam jumlah yang lebih sedikit, hubungan Kubutambahan, Sukasada, Seirit, Busungbiu masyarakat antara penduduk Bali dan (Buleleng)], terdapat proporsi responden yang masyarakat pendatang. Perselisihan antara lebih banyak dibanding Desember 2002 yang penduduk Bali dan non Bali hanya merupakan merasa khawatir. Kecamatan Bangli, 10 persen dari jumlah total perselisihan yang Klungkung, dan Jembrana merupakan tempat terjadi, yang sebagian besar berhubungan dengan ketegangan sosial terendah, dimana dengan permasalahan sosial budaya. kurang dari seperempat responden yang merasa khawatir dengan potensi ketegangan 81. Kekhawatiran terhadap Kerusuhan Sosial sosial untuk enam bulan kedepan. selama Enam Bulan Kedepan. Secara keseluruhan, 34 persen responden pada Mei 82. Faktor yang Mempengaruhi Ketegangan 2003 merasa khawatir terhadap kerusuhan Sosial. Survei responden kunci pada Mei sosial dibanding 65 persen pada Desember 2003 mengidentifikasi tiga faktor utama yang 2002. Kecenderungan ini diamati di semua diyakini responden sebagai penyebab kabupaten kecuali Klungkung, dan terutama ketegangan sosial sekarang dan masa terlihat di Denpasar dan Jembrana, dimana mendatang, yaitu tekanan ekonomi (65 persen keduanya memiliki sejumlah besar warga non responden), permasalahan sosial (64 persen), Bali. Di tiga belas kecamatan, lebih dari 50 dan ketegangan politik (59 persen) (Tabel 22). persen responden mengaku mengkhawatirkan Tindak provokator (49 persen), hubungan potensi kerusuhan sosial untuk enam bulan masyarakat yang buruk (39 persen), dan kedepan, yaitu di Buleleng (7 kecamatan), dampak kegiatan ilegal (39 persen) dianggap Tabanan (2), Gianyar (2), Karangasem (1), kurang berpengaruh. Pada tingkat kabupaten dan Badung (1) (Gambar 10). Di tujuh diamati pola yang serupa, meski antar kecamatan tersebut [Kuta Utara (Badung), kabupaten terdapat perbedaan penekanan Gambar 14. Kekhawatiran terhadap Ketegangan Sosial di Masa Mendatang pada Mei 2003 36 Bab 2: Dampak Tabel 22. Pemicu potensial kerusuhan sosial di masa mendatang menurut Kabupaten Respon terhadap Faktor yang Berpotensi Menimbulkan Ketegangan Sosial di Masa Mendatang Kabupaten Hubungan Tekanan Persaingan Masalah Agama dan Kegiatan sosial yang Migrasi Politik Provokator Lainnya ekonomi bisnis sosial adat ilegal buruk Denpasar 54,9 82,4 29,4 58,8 15,7 23,5 31,4 35,3 29,4 6,3 Badung 43,5 78,7 30,0 74,6 10,3 38,0 79,2 50,0 57,4 Gianyar 54,9 74,6 47,3 88,6 45,5 50,9 67,0 61,9 75,2 20,0 Klungkung 38,5 63,1 43,1 67,7 12,3 29,2 55,4 49,2 68,8 6,7 Bangli 31,6 71,4 50,0 81,6 4,2 37,8 79,2 46,9 61,5 7,1 Karangasem 33,3 69,9 22,8 47,8 7,9 6,4 37,4 29,1 37,0 8,6 Tabanan 30,6 40,0 12,0 48,0 1,6 4,8 69,8 20,0 43,7 7,7 Negara 56,3 79,7 51,6 73,4 12,5 23,4 59,4 60,9 57,8 Buleleng 21,3 53,5 15,7 52,3 6,3 9,4 49,6 18,0 28,1 6,9 Seluruh Bali 38,8 65,3 30,3 63,7 14,0 22,4 59,0 38,1 49,3 6,8 Catatan: Data mewakili persentase responden kunci per kabupaten yang mengidentifikasi faktor tertentu sebagai pemicu potensial ketegangan sosial di masa mendatang. Angka yang dicetak tebal menandakan > 50 persen responden. permasalahan. Di Buleleng, dengan jumlah disiarkan secara langsung di televisi lokal responden terbesar yang menyatakan khawatir (Bali TV). Satu diantara lima responden terhadap ketegangan sosial, faktor utama yang survei berpendapat bahwa acara persidangan diidentifikasi adalah tekanan ekonomi, ini dapat mempertajam ketegangan sosial. permasalahan sosial, dan politik, sementara di Seperti sudah dapat diduga, jumlah responden Gianyar, permasalahan sosial merupakan yang berpendapat demikian terkonsentrasi di faktor terpenting. Hubungan masyarakat Denpasar Selatan (50 persen responden), merupakan faktor yang diidentifikasi oleh tempat persidangan berlangsung, tapi tidak di lebih dari setengah jumlah responden.20 Kuta Tengah (25 persen). Dari ke-12 kecamatan, dimana satu diantara tiga 83. Dampak Persidangan terhadap responden mengantisipasi peningkatan Ketegangan Sosial. Persidangan tersangka ketegangan sosial sebagai akibat dari bom Bali dimulai sejak 12 Mei 2003, tepat persidangan, empat diantaranya merupakan sebelum survei ini dilakukan. Polda Bali kecamatan di daerah Buleleng (Grogkak, secara proaktif memastikan dan Sukasada, Banjar) dan Karangasem memperlihatkan kepada publik bahwa faktor (Manggis), tempat responden juga keamanan telah diperhatikan secara seksama mengkhawatirkan potensi ketegangan sosial dalam kaitannya dengan persidangan untuk enam bulan kedepan. tersebut.21 Di Bali, persidangan tersangka bom Bali telah diantisipasi sejak lama dan 84. Administrasi Kependudukan. Dalam laporan yang disajikan kepada CGI pada Januari 2003 disebutkan bahwa penerapan 20 Kartu Identitas Penduduk Musiman (Kipem) Survei KDP yang dilaksanakan pada Mei menemukan hasil serupa dimana 92 persen responden bagi pendatang dari luar kabupaten tertentu berpendapat bahwa kelesuan ekonomi berpotensi untuk menjadi sumber keprihatinan sejumlah memicu ketegangan sosial dan 87 persen berpendapat bahwa perbedaan pandangan politik dapat menimbulkan ketegangan sosial. 21 Bali Post, 10 Mei 2003, Dari Gelar Pasukan Polda Bali - Dari Jihandak sampai Anjing Pelacak. 37 Bab 2: Dampak dilakukan secara berlebihan. Yang Tabel 23. Perilaku terhadap Aparat Keamanan di Bali menggembirakan, pada Mei 2003 Kabupaten Masyarakat Pecalang Polisi Hansip tempat kelahiran seseorang (Bali vs Denpasar 2,30 2,35 1,96 2,97 di luar Bali) tidak berpengaruh Badung 1,93 2,23 1,99 3,18 terhadap sikap penduduk terhadap Gianyar 2,14 2,13 2,24 2,60 administrasi kependudukan, yang Klungkung 1,80 2,45 2,21 3,00 menunjukkan bahwa oleh seluruh Bangli 1,74 2,04 2,65 3,40 warga Bali kebijakan tersebut Karangasem 1,52 2,04 2,23 3,20 dipandang semata-mata sebagai Tabanan 1,26 2,13 2,92 2,93 suatu langkah keamanan yang Jembrana 1,52 1,94 3,09 2,98 penting. Dari 50 pedagang non Buleleng 1,85 1,92 2,41 2,92 Bali yang diwawancarai pada Mei Seluruh Bali 1,68 2,10 2,34 3,00 Catatan: Data mewakili peringkat rata-rata yang diberikan kepada 2003, sekitar tiga per empat telah masing-masing aktor (angka rendah = lebih penting). mengantongi KIPEM, dimana tingginya ongkos pembuatan atau ketidakmampuan membayar daerah, terutama di Denpasar dan Badung.22 menjadi alasan utama mereka yang belum Sejak itu pemerintah provinsi dan kabupaten memilikinya. di Bali menetapkan prosedur standar dimana ongkos KIPEM tiga bulanan bagi pendatang 85. Pemilihan. Bali akan melangsungkan dari luar Bali adalah Rp. 50.000,- dan bagi Pemilihan Gubenur pada Agustus 2003 yang pendatang dari kabupaten lain di Bali adalah disusul dengan Pemilu pada April 2004, yang 23 berpotensi untuk meningkatkan ketegangan Rp. 5.000,-. Pada Mei 2003, sebagian besar responden kunci berpendapat bahwa per sosial antara partai politik. Pada Mei 2003, Desember 2002 pelayanan administrasi jumlah bentrok antar pendukung parpol yang kependudukan telah meningkat (25 persen) terjadi belum lama ini paling banyak terjadi di atau tidak mengalami perubahan (37 persen). Badung (3,2 persen responden), Tabanan (2,3 Survei responden kunci dan survei pedagang persen), Denpasar (2,0 persen), dan Buleleng menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen (1,5 persen), dan ketegangan politik orang mendukung kebijakan administrasi kemungkinan akan memanas hingga 2004. Di kependudukan sebagai langkah keamanan, beberapa daerah, Forum Parpol dibentuk meski serangkaian studi kualitatif dengan tujuan untuk memastikan bahwa memperlihatkan bahwa definisi 'penduduk Pemilu akan berlangsung lancar dan damai. lokal' dan 'pendatang' masih perlu dipertegas, Wawancara dengan responden di banyak dan bahwa penerapan kebijakan tersebut tidak kecamatan menunjukan sikap tidak peduli yang makin besar terhadap parpol dan pemilihan, dimana penduduk khawatir bahwa parpol tidak memperhatikan pada 22 World Bank, UNDP, USAID (2003) Confronting permasalahan dan pendidikan politik, namun Crisis: Impacts and Response to the Bali Tragedy. lebih suka memobilisasi masa sebagai ajang Januari 2003 unjuk kekuatan yang hanya membuat 23 Kesepakatan Bersama Gubernor Bali dengan masyarakat merisaukan keamanan. Sejumlah Bupati/Walikota SeBali No. 153 Tahun 2003 tentang daerah tertentu prihatin bahwa parpol dapat Pelaksanaan Tertib Administrasi Kependudukan di mengakibatkan perpecahan dalam masyarakat Propinsi Bali. Lihat http://www.bali.go.id/terkini/berita/100203.htm. jika dukungan didasari atas hubungan adat atau darah. 38 Bab 2: Dampak 2.5 Keamanan Lokal (88 persen), Sawan (88 persen), Pupuan (83 persen), Mengwi (82 persen), Denpasar 86. Bali telah mengambil sejumlah langkah Selatan (77 persen), Tabanan (77 persen), kebijakan untuk meningkatkan keamanan di Ubud (75 persen), dan Tembuku (75 persen). daerah wisata, sarana strategis utama (seperti bandara udara), dan Siskamling menyusul 87. Responden kunci relatif memiliki tragedi Kuta. Polda mengidentifikasi 10 kepercayaan yang tinggi terhadap polisi di ancaman keamanan utama, termasuk Badung dan Denpasar, yang dianggap sebagai terorisme, kejahatan kekerasan, narkoba, pengaman yang paling handal di Denpasar perdagangan senjata ringan, perdagangan (Tabel 23). Hal ini belum tentu berlaku di perempuan, penyelundupan manusia, daerah-daerah lainnya, dimana secara umum pencucian uang, penipuan dan kecurangan, responden kunci lebih mempercayakan perkelahian antar banjar, dan konflik antar keamanan pada masyarakat dan pecalang. parpol.24 Angka kejahatan telah menurun Kapolda Bali, Irjen Pol Drs I Made Mangku menurut hampir seperempat jumlah Pastika berencana untuk meningkatkan responden, sekitar setengah berpendapat keamanan di Bali hingga sesuai standar bahwa tidak terjadi perubahan, dimana internasional, yang membuat kebutuhan hampir 10 persen berpendapat bahwa angka terhadap pendekatan pemolisian masyarakat kejahatan justru tengah meningkat. Lebih yang profesional makin mendesak. dari satu diantara lima orang berpendapat bahwa angka kejahatan tengah meningkat di 2.6 Penanganan Lokal Ketegangan Sosial Blahbatuh (58 persen responden), Kubutambahan (33 persen), Denpasar Barat 88. Ketegangan sosial di Bali telah ditangani (28 persen), Sawan (25 persen), dan Sukasada secara cukup baik, meski begitu penyebab (21 persen). Premanisme makin ketegangan sosial di sejumlah daerah tertentu memprihatinkan bagi 44 persen responden di masih perlu ditangani. Seyogyanya, ikatan Bali, terlebih bagi penduduk daerah perkotaan sosial yang kuat di Bali berikut pandangan (63 persen) dibanding pedesaan (36 persen).25 masyarakat Bali tentang dunia sebagai suatu Lebih dari tiga perempat responden menyoroti keseimbangan antar kekuatan yang hal tersebut di kecamatan Kuta Selatan (100 berlawanan (Rwa Bhineda), tempat kegiatan persen), Negara (100 persen), Kuta Tengah sehari-hari (karma) bertujuan untuk menjaga keseimbangan tersebut, memainkan peran yang amat penting. Peristiwa peledakan bom 24 Irjen Pol Drs Made Mangku Pastika (2003) Upaya telah mengguncang keseimbangan di Bali, menuju Pemulihan Pariwisata dari Perspektif Polisi. dan respon berbasis kekerasan barang tentu Makalah disajikan dalam lokakarya tentang 'Pemulihan bertolak belakang dengan niat Bali yang ingin Pariwisata di Bali', 8 Juli 2003, Pusat Penelitian dan menciptakan ketertiban di tanah mereka. Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan, Karena itu tidak mengherankan jika salah satu Universitas Udayana dengan bantuan Dinas Pariwisata Bali, USAID dan UNDP). respon utama adalah introspeksi dan 25 sembayangan, yang mencapai puncaknya Premanisme merujuk pada tindak kejahatan dan semi dengan ritual penyucian Pemarisuda kejahatan yang dilakukan kelompok-kelompok gang yang beranggotakan pemuda pengangguran dan Karipubaya pada 15 November 2002. Seperti terpinggirkan serta orang lainnya yang berasal dari terungkap dalam sebagian besar wawancara, sektor pekerja non formal. Lihat Phillip King, tragedi peledakan bom merupakan pertanda Securing the 1999 Indonesian Election: Satgas Parpol bahwa keseimbangan di Bali telah terganggu, and the State. CAPSTRANS Working Paper. yang lantas disalahkan pada sifat pariwisata Bali pada masa sekarang ini. 39 Bab 2: Dampak 89. Menurut survei responden kunci yang 91. Seperti masyarakat lainnya, Bali memiliki dilaksanakan pada Januari 2003, aktor yang sejarah ketegangan sosial yang bertambah berperan paling penting dalam menangani parah menyusul peledakan bom di Kuta. konflik sosial di masa lalu adalah kepala desa, Ketegangan yang terjadi dalam minggu dan tokoh adat dan polisi, bersama dengan camat bulan pertama peristiwa 12 Oktober itu dan tokoh masyarakat lainnya. Secara ditangani secara berhasil guna oleh tokoh keseluruhan, aktor yang paling berperan masyarakat, dan Bali mengukuhkan adalah kepala desa, dimana 39 persen reputasinya sebagai pulau cinta damai meski responden menyebut kepala desa sebagai dihadapi dengan tragedi yang begitu besar. aktor terpenting, suatu persentase yang jauh Meski begitu, krisis ekonomi yang tak diatas aktor lainnya. Untuk menangani kunjung reda, terutama akibat SARS, konflik dan ketegangan sosial di masa menimbulkan ketegangan baru dalam mendatang, lebih dari setengah jumlah masyarakat pada saat bertambah besarnya responden kunci (54 persen) menempatkan tekanan sosial ekonomi, seperti penurunan kepala desa sebagai aktor terpenting dalam tingkat pendapatan, pengangguran dan putus menangani konflik, meski peran tokoh adat sekolah, mulai berdampak terhadap mendapat penekanan yang lebih besar kemampuan penduduk untuk menanggulangi mengingat makin pentingnya peran desa adat krisis dan semangat membentuk masa depan. dibawah otonomi daerah. Dengan meningkatnya angka tindak kejahatan dan makin prihatinnya masyarakat terhadap 90. Tokoh masyarakat dan agama pada semua keamanan lokal di daerah tertentu, maka jelas tingkatan di Bali memainkan peran aktif terdapat hubungan yang saling terkait antara dalam menjaga ketenangan dan membina kesejahteraan dan keamanan yang hubungan masyarakat yang baik, termasuk membutuhkan respon yang menghubungkan melalui forum antar umat beragama pada kesejahteraan sosial dengan pendekatan tingkat propinsi dan kabupaten (Forum keamanan. Irjen (Pol) Drs Made Mangku Kerjasama Antar Umat Beragama) yang Pastika pernah menyatakan bahwa Bali berdampak cukup positif. Yang menjadi titik berpotensi untuk menghadapi bencana yang permasalahan adalah bagaimana struktur lebih dahsyat dibanding 12 Oktober jika tersebut menjangkau kelompok-kelompok situasi sosial ekonomi tidak ditanggapi secara yang paling rentan terhadap konfrontasi dan baik.26 kekerasan, terutama kelompok penganggur dan pemuda. Dalam hal kelembagaan yang 92. Permasalahan yang dihadapi di Bali tidak perlu ditargetkan, hasil survei menyebutkan tersebar secara merata di seluruh pulau. bahwa langkah kebijakan yang tepat untuk Sebaliknya, Bali memiliki sejumlah membantu aktor yang terlibat dalam kecamatan rawan konflik tempat faktor menanggulangi ketegangan sosial dan konflik kesejahteraan sosial dan permasalahan sosial perlu diarahkan pada peran kepala desa, tokoh lainnya, keamanan, ketegangan politik dan adat dan pihak kepolisian. Pada tingkat hubungan masyarakat berinteraksi dan kabupaten dan kecamatan, Forum Kepala cenderung mempertajam ketegangan sosial. Desa, Forum Bendesa Adat, dan pihak Permasalahan yang dianggap cukup pelik kepolisian (Polres, Polsek) dapat dibantu adalah yang berkaitan dengan pemuda dan dalam hal pendekatan dalam menangani penggangguran. Laporan ini merupakan penyebab ketegangan sosial dan mereka yang berpotensi untuk terlibat dalam tindak 26 kekerasan. Wawancara dengan Irjen Pol Drs Made Mangku Pastika, Juni 2003. 40 Bab 2: Dampak langkah pertama dalam upaya untuk mengkaji kemiskinan 29,5 persen, yang menandakan ukuran dan tingkat ketegangan sosial dan bahwa bom Bali hanya merupakan bagian penyebabnya di Bali. Untuk jangka pendek, kecil dari tantangan pembangunan yang lebih pihak pemerintah, polisi, tokoh masyarakat besar yang dihadapi Jawa Timur.27 Skala dan aktor lainnya perlu memanfaatkan hasil sektor UKM di Jawa Timur jauh lebih besar kajian ini dan bekerjasama dalam menangani dibanding yang terdapat di Bali, dimana penyebab ketegangan sosial dan membina dampak langsung bom Bali kemungkinan kerekatan sosial di daerah-daerah paling tidak berdampak terlalu besar terhadap nasib rentan di Bali. sektor tersebut.28 Sebagian besar UKM di Jawa Timur memasarkan barang dan jasa 2.7 Dampak di Luar Bali: Jawa Timur mereka di kecamatan dan kabupaten tempat mereka berlokasi (yaitu masing-masing 48 93. Dampak bom Bali terhadap perekonomian persen dan 30 persen), dimana hanya delapan Jawa Timur jauh lebih terlokalisir dibanding persen yang memasarkan produk ke luar di Bali, yang mencerminkan luas wilayah dan propinsi dan kurang dari satu persen yang struktur perekonomian Jawa Timur. Dampak memproduksi untuk pasar ekspor. Karena itu, bom Bali tertutupi oleh proses pemulihan UKM di Jawa Timur menggantungkan Jawa Timur yang lambat menyusul krisis nasibnya pada pasar lokal di dalam provinsi, ekonomi Asia sejak 1997/8. Ekspor non yang berarti bahwa dampak krisis di Bali tak migas Jawa Timur pada 2002 mencapai US$ mungkin memiliki sebaran yang luas di Jawa 4,8 milyar, atau menurun 8,9 persen Timur, tapi sebaliknya lebih terfokus pada dibanding 2001. Pada 2002, ekspor kayu komiditi tertentu di daerah tertentu yang lapis, kerajinan, dan bahan pangan mengalami memiliki hubungan dagang dengan Bali. peningkatan dibanding tahun sebelumnya, sementara selama dua bulan pertama 2003, 95. Sayang sekali tidak pernah dilakukan ekspor secara menyeluruh mengalami kegiatan pengumpulan data secara rutin guna kenaikan 10 persen dari 2002. Perbandingan antara Januari-Februari 2002 dan 2003 menunjukkan terjadinya penurunan ekspor 27 pada awal 2003 untuk, antara lain, tekstil (-23 UNDP (2001) Towards a New Consensus: Democracy and Human Development in Indonesia. persen), barang kerajinan (-24 persen), dan Indonesia Human Development Report 2001. pakaian siap pakai (-21 persen). Ringkasnya, 28 Jawa Timur masih menderita akibat dampak Usaha kecil dan menengah di Jawa Timur diperkirakan berjumlah 6 juta (data Dinas Koperasi dan krisis ekonomi 1998, dimana pendapatan UKM Jawa Timur, 2002) dan bergerak di berbagai PDRB per kapita pada 2002 masih 8 persen bidang, termasuk pertanian, kerajinan tangan, dan lebih rendah dibanding 1997. produksi pangan dengan setengah jumlah ini bergerak di sektor non-pertanian. Usaha kecil dan menengah 94. Beberapa dari penurunan tersebut memberikan peluang kerja yang besar di Jawa Timur, mencakup 92% dari total pekerjaan, namun mungkin berkaitan dengan dampak bom Bali, menghasilkan kurang dari 50% Pendapatan Domestik namun faktor eksternal seperti menajamnya Bruto Daerah Jawa Timur. Jumlah ekspor total barang persaingan dari negara lain di kawasan Asia, yang dihasilkan UKM di tahun 2001 diperkirakan seperti Cina, dan faktor internal seperti mencapai US$337 juta, lebih dari setengahnya melesunya industri udang barang tentu turut merupakan kerajinan tangan dan makanan (Hasil riset bersama tentang Potensi Ekspor UKM, Balitbangda, berandil. Secara keseluruhan, pada 2001 Institut Teknologi Surabaya dan Universitas Brawijaya, Jawa Timur hanya menempati urutan ke-22 Desember 2002 dan PUSKOWANJATI Penilaian dari 26 provinsi berdasarkan Indeks Pengaruh Ekonomi, Januari 2003, BPS, Pembangunan Manusia dengan angka DEPERINDAG Jawa Timur). 41 Bab 2: Dampak mengkaji hubungan dagang antar propinsi. maupun luar Bali, maka proporsi penduduk Produk yang diekspor melalui Bali, 36 persen yang datang untuk bekerja adalah relatif kecil, diprakirakan berasal dari UKM di Jawa bahkan kalau jumlah tersebut ditambah Timur. Lebih dari 50 persen bahan pangan dengan pendatang yang belum mengantongi yang dikonsumsi di Bali berasal dari Jawa izin kependudukan sementara. Meski begitu, Timur.29 Biasanya barang yang diekspor ke data tersebut menunjukkan bahwa lebih dari Bali adalah barang setengah jadi untuk seperempat penduduk Badung kemungkinan diselesaikan di Bali dan dikirim ke pemesan berasal dari kabupaten lain di dalam maupun di luar negeri. Banyak produsen di Jawa luar Bali. memiliki ruang pamer di Bali, dan ekspor dilakukan langsung dari Bali atau tempat 97. Kajian yang dilakukan pada Mei 2003 produksi di Jawa. Sayang sekali, informasi mengidentifikasi 10 kabupaten yang paling mengenai pola perdagangan dan peran menderita akibat dampak bom Bali: Surabaya, penting Bali terhadap produsen di Jawa Timur Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan, Pasuruan, dan tempat lain masih kurang lengkap. Lumajang, Jember, Situbondo, Banyuwangi and Tulungagung. Berdasarkan sampel 200 96. Jawa Timur merupakan sumber tenaga UKM yang diambil dari kabupaten-kabupaten buruh, terutama buruh sektor non formal, tersebut di Jawa Timur ditemukan bahwa dimana migrasi pekerja dari Jawa Timur ke dampak bom Bali terbatas pada daerah-daerah Bali telah meningkat menyusul krisis tertentu yang menjalin hubungan dagang ekonomi yang berlangsung sejak 1998.30 dengan Bali, misalnya Pasuruan yang Prakiraan jumlah orang yang memasuki Bali merupakan sentra industri perak dan kayu, melalui pelabuhan laut pada 2002 adalah Tulungagung yang merupakan sentra produk sekitar 230.000 orang asal Jawa Timur yang granit dan logam, dan Banyuwangi yang masuk melalui Gilimanuk dan sekitar 460.000 merupakan sentra produk kayu dan bambu, asal Lombok yang masuk melalui dimana semuanya mengalami penurunan 31 Padangbai. Tidak jelas berapa banyak dari omset diatas 50 persen. Dampak bom Bali mereka yang datang untuk bekerja, namun terhadap UKM di kawasan perindustrian berdasarkan laporan bahwa pada Desember Surabaya dan Sidoarjo relatif kecil 2002 kabupaten Badung sejak 2000 dibandingkan daerah lainnya. Kebanyakan mengeluarkan sekitar 80.000 izin dampak yang diidentifikasi melalui kajian kependudukan sementara, suatu kewajiban bulan Mei 2003 berkaitan dengan bom Bali, bagi warga sementara yang berasal dari dalam sementara menurut laporan dampak perang Irak dan wabah SARS adalah lebih terbatas. 98. Tiga perempat tokoh masyarakat di ke-10 29 Riset gabungan tentang potensi ekspor UKM, kabupaten melaporkan bahwa masyarakat Balitbangda, Institut Teknologi Surabaya dan mengalami penurunan pendapatan sejak Universitas Brawijaya, Desember 2002 dan wawacancara dengan ASDP, Dinas Perhubungan Jawa Oktober 2002. Ini tampaknya diakibatkan Timur. oleh beberapa hal sekaligus, yaitu 30 Universitas Airlangga, UNDP, USAID, memburuknya kondisi perekonomian di WORLDBANK, Rapid Assessment Report, Januari daerah-daerah yang berkaitan dengan Bali, 2003. terbatasnya lapangan kerja di Bali, dan 31 Bali Post, 3 Desember 2002, Upaya Penertiban naiknya harga BBM dan tarif listrik dan Penduduk; lihat juga Bali Post, 15 Januari 2003, Aparat telpon sejak Januari 2003. Akibatnya adalah Bertindak Cepat dan Bebas Sogokan yang menyatakan bahwa sejak 2000 Kuta telah mengeluarkan 31.677 izin kesengsaraan dimana peserta diskusi penduduk musiman, Benoa 13.151 dan Dalung 12.407. kelompok terarah melaporkan penurunan 42 Bab 2: Dampak Gambar 15. Dampak terhadap Sektor Barang Kerajinan dan Makanan di Jawa Timur 100 90 100 70 90 % Sales Dow nturn % Reduced Staff 80 90 % Businesses with Staff Reduction Relative Monthly Staff Employed % Businesses with Sales Downtur 60 Relative Monthly SalesVolume Monthly Sales Employment 80 Volume 70 80 70 70 50 60 60 60 50 40 50 50 40 30 40 40 30 30 30 20 20 20 20 10 10 10 10 0 0 0 0 Pre-bomb Post-bomb Iraq War SARS Pre-bomb Post-bomb Iraq War SARS Period Period Sumber: (Data dari Mei 2003). tingkat pendapatan dan konsumsi, dan bahkan memiliki pasar ekspor yang nyata - kayu kasus putus sekolah. Sejak kasus bom Bali (furnitur), perak, kerajinan, dan garmen - tidak terjadi peningkatan yang nyata dalam merupakan yang paling menderita akibat ketegangan sosial, meski responden krisis. Tujuh puluh persen barang kerajian melaporkan memburuknya sentimen anti perak diekspor dari Jawa Timur, dengan pasar Amerika menyusul perang di Irak. ekspor utama Eropa, Amerika, dan Jepang, dimana sejumlah produsen yang 99. Penurunan Volume Penjualan. diwawancarai mengaku belum melakukan Berdasarkan sampel 200 UKM barang ekspor sejak Oktober 2002. Industri garmen kerajinan dan makanan yang dikunjungi, terus anjlok dimana siklus ekonominya dampak terbesar bom Bali adalah pada omset mencapai titik nadir yang ditambah dengan dimana pada April 2003 UKM mengalami persaingan yang makin ketat dari negara penurunan penjualan rata-rata 50 persen lainnya di kawasan Asia. Pembeli dari luar (beberapa bahkan sampai 70 persen) sejak negeri yang bergerak di komoditi tertentu periode pra bom Bali. Perang Irak dan SARS dilaporkan mengurangi frekuensi kunjungan memiliki dampak yang jauh lebih kecil. ke Bali dan Jawa Timur. Akibatnya terjadi Usaha yang menjalin hubungan dagang penururan permintaan ekspor untuk komoditi dengan Bali mengalami dampak terbesar terkait dari Jawa Timur. enam bulan setelah bom Bali karena pembatalan dan pemangkasan permintaan 101. Daerah yang Paling Menderita. maupun penundaan pembayaran.32 Survei menunjukkan bahwa daerah yang paling merasakan dampak krisis adalah 100. Komoditi yang Paling Menderita. kabupaten dengan klaster atau industri desa Dari ke-10 komoditi yang diselidiki, yang yang memiliki hubungan dagang langsung maupun tidak langsung dengan Bali. Mereka adalah Pasuruan (industri kerajian perak dan 32 kayu), Tulungagung (produk kerajinan granit Kajian Dampak Sosial Ekonomi PUSKOWANJATI, Mei 2003. dan logam), Lumajang (perak, garmen, dan 43 Bab 2: Dampak Gambar 16. Jawa Timur: Perubahan dalam Penjualan dan Ketenagakerjaan Post Bali B omb Iraq War SA RS outbreak Post Bali B omb Iraq War SA RS outbreak 100 100 90 90 80 80 Monthly Employment 70 70 Monthly Sales 60 60 50 50 40 40 30 30 20 20 10 10 0 0 ng to g r an to g n ya g o r jo r an n gi ya be do r jo i an be an ga ga g un nd er er u an ru ru ba an oa on m ba oa aj Ag m ok aj on bo ok Ag on su uw su Je ra w ra m d b Je m d oj oj tu m g Si m Pa tu yu Si Lu Pa Su g Lu Su ny M M lun La La Si Si un n Ba Ba Tu l Tu District District Catatan: Data merupakan ukuran relatif terhadap tingkat penjualan dan PHK pra bom Bali (= 100) dari sampel 200 UKM di Jawa Timur. makanan), Banyuwangi (produk kayu dan rumah tangga sejak Oktober 2002.33 Diskusi bambu), dan Situbondo (kayu, perikanan, dan kelompok terarah menyingkapkan bahwa kerajinan kerang). Klaster atau industri desa sejak Oktober 2002 masyarakat mengurangi yang dikunjungi di daerah perkotaan tingkat konsumsi dan pengeluaran untuk Surabaya dan Sidoarjo tampaknya tidak bahan pangan dan perawatan medis, dan terlalu merasakan dampak bom Bali karena mengalami kesulitan membayar SPP sekolah memiliki akses yang lebih baik terhadap pasar dimana dilaporkan kasus murid-murid yang lokal masing-masing. putus sekolah. Pemda kabupaten memainkan peran penting dalam menindak-lanjuti 102. Pengangguran. Berdasarkan sampel, temuan-temuan tersebut dan mengidentifikasi penurunan tingkat penjualan berdampak secara lebih rinci dampak yang dimiliki bom terhadap angka pengangguran. Pertama Bali terhadap kesejahteraan sosial dan majikan memangkas jam kerja staf dan mem- dampak faktor lainnya terhadap PHK pekerja sementara, namun dengan perekonomian lokal dan mata pencaharian berlanjutnya krisis maka juga dilakukan PHK masyarakat di Jawa Timur. terhadap staf tetap. Lebih dari 80 persen usaha dilaporkan memangkas lebih dari 50 104. Tenaga Kerja Pendatang. Sensus persen staf menyusul kasus bom Bali, dimana Penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa dampak perang di Irak dan wabah SARS sejumlah besar penduduk Jawa Timur adalah jauh lebih kecil. (contohnya Banyuwangi) merantau ke Bali untuk mencari pekerjaan. Arus migrasi 103. Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan tersebut masih rendah dibandingkan dengan sosial di Jawa Timur tampaknya mengalami total jumlah penduduk Jawa Timur. Sejak dampak yang terlokalisir, meski sulit untuk tragedi Bali tercatat lebih dari 1.100 pekerja menentukan secara pasti tingkat keparahan kehilangan pekerjaan di Bali dan pulang ke dan intensitas dampak tersebut. Survei responden kunci di Jawa Timur menemukan bahwa 74 persen tokoh masyarakat 33 melaporkan terjadinya penurunan pendapatan Responden kunci di Jawa Timur meliputi 50 kepala desa, tokoh masyarakat, ulama/kyai, guru, dan kepala koperasi daerah di 10 kabupaten. 44 Bab 2: Dampak Jawa Timur.34 Meski begitu, tenaga kerja 106. Mekanisme Penanggulangan Krisis di yang kembali ke Jawa Timur kemungkinan Jawa Timur. Strategi yang diidentifikasi dan berjumlah lebih besar dari itu dan meliputi diterapkan kebanyakan responden adalah mereka yang pulang karena keterbatasan sebagai berikut: memangkas jumlah pegawai; lapangan pekerjaan berikut ribuan orang yang menjual aset; menjajaki pasar lokal dan dipulangkan ke Jawa karena melanggar domestik; mencari peluang untuk mengekspor kebijakan kependudukan. Merantau ke luar secara langsung; menyesuaikan dan negeri sebagai TKI merupakan mekanisme menciptakan perminaan lokal; menurunkan berpotensi untuk menanggulangi krisis dan harga; memperbesar jumlah pinjaman; membuka kesempatan bagi keluarga untuk menabung untuk mengantisipasi krisis lebih meningkatkan pendapatan rumah tangga. lanjut; mempekerjakan anggota keluarga atau Jawa Timur telah menyalurkan lebih dari kerabat; menutup usaha; mencari sumber 40.000 TKI pada 2002, dan hasil kajian pemasukan lain yang berpotensi. Sejumlah menunjukkan meningkatnya minat warga responden tidak tahu bagaimana harus untuk bekerja sebagai TKI. memajukan usaha mereka di masa mendatang. Secara umum, responden merasa 105. Permasalahan dan Ketegangan positif dan optimis bahwa krisis akan berlalu, Sosial. Peristiwa bom Bali menyulut rasa meski tidak tahu secara pasti "kapan" dan khawatir penduduk Jawa Timur (39 persen "bagaimana" ini akan terjadi. responden) namun secara menyeluruh tidak memiliki dampak nyata terhadap 107. Bali, Lombok, dan Jawa Timur permasalahan dan ketegangan sosial. mengalami dampak negatif menyusul kasus Sejumlah responden melaporkan bahwa bom Bali pada Oktober 2002. Dampak mereka takut bepergian ke tempat-tempat terutama dirasakan di daerah-daerah yang ramai (16 persen), makin berhati-hati memiliki kaitan langsung dengan pariwisata, membahas SARS (16 persen), dan merasakan yang berkisar dari kehilangan pendapatan memburuknya sentimen anti Amerika (22 secara langsung hingga kendala sosial persen) menyusul perang di Irak. Menurut ekonomi hingga kekhawatiran terhadap responden, bom Bali tidak berdampak di ketegangan sosial. Di masing-masing pulau, Surabaya dan Sidoarjo, dimana kenaikan penduduk menerapkan mekanisme- harga barang, terutama gula, BBM, tarif mekanisme penanggulangan krisis untuk telpon, listrik, dan air berdampak jauh lebih mengatasi dampak riil dan yang dipersepsi. besar. Di Lamongan, masyarakat melaporkan makin sulit untuk bepergian ke Bali atau melakukan perjalanan ke Malaysia sebagai TKI karena alasan diskriminasi. 34 Wawancara dengan BAPPEPROP Jawa Timur, Januari 2003. 45 Bab 2: Dampak 46 BAB 3: RESPON 108. Respon dan penjanjian respon untuk · Dalam menjalankan agenda pemulihan menanggulangi dampak langsung dan dampak jangka pendek, Bali mengalami yang diprakirakan akan timbul akibat tragedi permasalahan pembangunan jangka bom Bali mengalir dari sejumlah besar aktor panjang yang cukup serius. Jika termasuk Pemerintah Indonesia, donor pemulihan jangka pendek tersebut internasional, badan amal swasta, dan ditekankan pada sektor pariwisata dengan organisasi masyarakat madani setempat dan tidak memprioritaskan kepentingan internasional. Hal ini merupakan bukti pembangunan jangka panjang (seperti dukungan dan solidaritas dunia kepada Bali diversifikasi perekonomian, pelayanan dan Indonesia yang mengalami serangan publik yang efektif, tatalaksana teroris ternahas sejak kasus 11 September pemerintahan yang baik, manajemen 2001. Meski akan cukup menarik untuk lingkungan dan perencanaan tata ruang), membahas semua dukungan dan respon yang maka seyogyanya upaya pemulihan ini diterima pasca bom Bali, namun hal ini akan gagal menjadikan Bali lebih tahan berada diluar lingkup kajian. Sebaliknya kita terhadap krisis dan trend di masa akan fokus pada respon pemerintah dan mendatang yang dapat mempengaruhi lembaga donor yang sudah diberdayakan sektor pariwisata. untuk menanggulangi dampak sosial ekonomi krisis guna mengkaji kelayakan respon · Dampak krisis tidak terpusat pada wilayah tersebut dari segi ketepatan waktu dan tingkat tertentu namun tersebar luas, dimana hal efektivitas, serta apakah respon tersebut sudah ini menimbulkan kesulitan tersendiri memadai untuk menanggulangi dampak dalam mengarahkan respon secara efektif. krisis. · Respon yang berjalan sekarang 109. Anjloknya tingkat kunjungan kebanyakan dirancang tepat setelah wisatawan ke Bali dan Indonesia sejak tragedi bom Bali dan sudah tidak relevan Oktober 2002 menimbulkan sejumlah dengan tuntutan yang muncul pada akhir tantangan multi dimensi dalam upaya 2003. Seandai pemulihan tingkat penanggulangan krisis. Secara garis besar kunjungan wisatawan mancanegara dapat dijabarkan lima pokok penting yang (wisman), yang sudah mulai tampak pada berkaitan dengan aspek konteks, dampak dan awal 2003, dapat terealisir, maka barang respon krisis, yaitu: tentu krisis perekonomian Bali dan daerah lain yang terkena imbasnya dapat · Banyak daerah yang sangat bergantung diredakan. Kenyataannya, sejak serangan pada industri pariwisata di Bali teroris pada Oktober itu, perang di Irak sebelumnya mengalami kemajuan dan wabah SARS telah memperburuk ekonomi yang cukup pesat dan relatif tingkat kedatangan wisman dan dampak lebih makmur dibanding daerah lainnya. sosial ekonomi yang terkait. Akibatnya, Hal ini lantas menimbulkan pertanyaan krisis menjadi semakin parah dan mengenai prioritas penyaluran bantuan, berkepanjangan dari yang diprakirakan dimana banyak daerah lain di Indonesia sebelumnya pada Januari 2003. memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi. · Banyak yang dapat dilakukan pemerintah daerah melalui kegiatan restrukturisasi Bab 3: Respon pengeluaran dan program pembangunan bom Bali tidak ditindak-lanjuti dengan hasil- saat ini, namun perlu upaya Pemda untuk hasil yang konkrit. secara proaktif menyesuaikan pengeluaran pembangunan masa kini dan mendatang 3.1 Respon Pemerintah Pusat dengan kondisi Bali dan daerah terkait yang sudah berubah. Hal ini menandakan 111. Setelah fase darurat yang segera tidak adanya informasi yang rinci digulirkan menyusul bom Bali, pihak mengenai krisis maupun kendala yang pemerintah dan lembaga donor mulai dihadapi dalam mengoperasionalisasikan menangani konsekuensi langsung tragedi pendekatan dan strategi pembangunan tersebut. Akhir November 2002, pemerintah yang baru. pusat membentuk Tim Koordinasi Pemulihan Pariwisata Nasional yang diketuai Menteri 110. Bab ini membahas respon Pemerintah Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Indonesia dan lembaga donor internasional Kesra) dan terdiri dari enam kelompok kerja terhadap krisis Bali berdasarkan hasil survey (Pokja) yang masing-masing menangani dan wawancara, untuk kemudian menganalisa bidang: (i) keamanan di tempat-tempat respon tersebut berdasarkan temuan-temuan wisata, (ii) promosi dan penyelenggaraan kajian tersebut. Yang perlu dipertimbangkan even, (iii) pembangunan prasarana, (iv) secara masak dalam merumuskan kebijakan transportasi, (v) insentif anggaran, dan (vi) umum untuk pemberian respon terhadap krisis jaring pengaman sosial (JPS).35 Bali adalah keseimbangan antara (a) prakarsa pemulihan berlandaskan pariwisata, (b) 112. Pada Desember 2002, target respon perlindungan sosial, dan (c) prakarsa pemerintah adalah memulihkan pariwisata diversifikasi perekonomian jangka menengah Bali dalam jangka waktu satu tahun. Proses untuk meningkatkan kebersinambungan. pemulihan tersebut terdiri dari tiga tahap, Langkah kebijakan pemerintah dalam yaitu tahap "penyelamatan" (Oktober- menanggapi kasus 12 Oktober sebagian besar Desember 2002), tahap "rehabilitasi" menekankan pada respon pemulihan (Januari-Juni 2003), dan tahap "normalisasi" berlandaskan pariwisata dengan fokus pada (Juli-November 2003). Indikator utama pada pemajuan sektor pariwisata dan pemulihan sebagaimana dirumuskan oleh keamanan. Hanya saja langkah kebijakan Menko Kesra adalah 5.000 kunjungan tersebut mendapat sambutan dingin oleh langsung wisman ke Bali per hari, dimana sebagian besar pihak yang berkepentingan, 3.000 kunjungan ditetapkan sebagai "titik yang menandakan perlunya komunikasi dan impas".36 Dari perspektif pemerintah, kendala hubungan masyarakat (humas) yang lebih utama pemulihan Bali berkaitan dengan efektif. Sebaliknya, pihak donor merespon persepsi keamanan dan pariwisata, dan oleh dengan prakarsa perlindungan sosial dan karenanya fokus diberikan pada pemajuan diversifikasi jangka menengah dengan keamanan dan pariwisata. memodifikasi program yang ada dan yang baru berjalan, meski kebanyakan dari program tersebut belum menunjukkan hasil nyata di lapangan. Permasalahan dan 35 Keputusan Bersama Menkopolkam, Menkoekuin, kelambatan dalam merealisasi respon tersebut Menkokesra ­ 29 November 2002. berandil terhadap perkembangan opini di Bali 36 Pikiran Rakyat, 14 Desember 2002, 'Bali Harus bahwa penjanjian dukungan menyusul kasus Kembali Dikunjungi 5.000 Wisatawan/Hari Setahun untuk Normalkan Kepariwisataan Nasional'. 48 Bab 3: Respon 113. Pemerintah menganggarkan dana Rp. 114. Pada akhir Juni 2003, Menteri Negara 100 milyar untuk upaya pemulihan jangka Kebudayaan dan Pariwisata membentuk pendek Tim Pemulihan Pariwisata Nasional.37 Pokja yang terdiri dari unsur pemerintah, Pencairan aktual dana tersebut tergantung industri pariwisata (ASITA), dan Forum pada usulan yang diajukan. Usulan yang Dialog Pariwisata guna mendukung dikembangkan oleh kantor menteri atau pemulihan pariwisata nasional. Pokja akan departemen harus diajukan ke Menko Kesra mengembangkan dan melaksanakan program untuk ditinjau sebelum dikaji oleh Bappenas di bidang pemajuan pariwisata, dan Departemen Keuangan (Depkeu). Dana pengembangan sumber daya manusia, dan akan cair jika Menteri Keuangan menyetujui kerjasama internasional, bidang gebyar wisata usulan. Dana diserahkan kepada Menko nusantara, dan insentif untuk industri Kesra, yang kemudian menyerahkannya ke pariwisata.38 Kantor Menteri atau Departemen terkait. BAPPENAS dan Depkeu telah meminta agar 3.2 Respon Pemda Provinsi dan Lokal semua Menteri dan kepala-kepala lembaga memprioritaskan Bali pada saat penyusunan anggaran pembangunan 2003. Awal Juni Respon Pemda Provinsi Bali 2003, Pemerintah Pusat mengajukan alokasi 115. Pemda Provinsi Bali membentuk Tim dana berikut sebagai respon terhadap krisis Pemulihan Bali dan merumuskan rencana Bali (rincian respon sektoral dibahas di pemulihan yang terdiri dari fase darurat, fase bagian 3.4.): jangka pendek, fase jangka menengah, dan · Rp. 12 milyar untuk Kantor Menko Kesra fase jangka panjang (lihat Lampiran 2).39 Tim untuk operasi penyelamatan, persiapan, Pemulihan Bali, yang diketuai Wakil dan koordinasi (sudah cair). Gubernur (Wagub) Bali, membentuk enam Pokja yang memiliki bidang kerja yang sama · Rp. 8 milyar untuk Kantor Menteri dengan pokja-pokja pada tim nasional untuk Negara Kebudayaan dan Pariwisata untuk pemulihan pariwisata. Pada Maret 2003 mengkoordinasi dan mempersiapkan keenam pokja tersebut ditata kembali dimana kampanye dan even yang merangsang dana untuk kegiatan tim bersumber dari kepariwisataan (sudah cair). APBD provinsi tahun anggaran 2003. Tim · Rp. 36 milyar untuk pemulihan keamanan yang ditata ulang tersebut, yang masih kepada Departement Pertahanan dan diketuai Wagub dan berada dibawah Keamanan untuk program revitalisasi Bappeda, memiliki enam Pokja dengan sub sistem keamanan (sudah disetujui). bidang sebagai berikut: · Selain itu, Kantor Menteri Negara · Sistem Keamanan - diketuai Kebudayaan dan Pariwisata telah Wakapolda Bali dengan anggota yang mengajukan proposal tambahan senilai terdiri dari bupati-bupati dan pejabat Rp. 18 milyar, namun belum ada Pemda lainnya. keputusan. 38 Bisnis Indonesia, 15 Juli 2003, `Pokja pemulihan pariwisata terbentuk'. 37 39 Bali Post, 6 Januari 2003, Pencairan Dana Pemulihan SK Gubernur No. 472/04-F/HK/2002 dan 102/04- Pariwisata Bali. F/HK/2003. 49 Bab 3: Respon · Promosi dan Penyelenggaraan Even - prakarsa respon krisis daerah/sub nasional dipimpin Kepala Dinas Pariwisata lainnya di masa mendatang. Bali dengan anggota yang terdiri dari pejabat Pemda lainnya dan sektor 117. Sejak diberlakukannya Undang- swasta (Bali Tourism Board, PHRI, Undang tentang Desentralisasi pada 2001, dan asosiasi-asosiasi pariwisata). Pemda (kabupaten dan kota) memiliki · Transportasi - dipimpin Kepala Dinas otonomi dan alokasi sumber daya yang lebih Transportasi Bali dengan anggota besar. Oleh karena itu, respon Pemda harus yang terdiri dari Kepala Bandara mempertimbangkan kewenangan dan basis Udara Ngurah Rai dan pejabat Pemda sumber daya mereka yang makin besar, lainnya. terutama karena hal ini merupakan isu yang · Pembangunan Prasarana di Kawasan cukup peka menyusul melesunya industri Pariwisata - dipimpin Dinas Pekerjaan pariwisata pasca bom Bali. Pemda Bali - Umum Bali dan meliputi Bupati provinsi, kota dan kabupaten - Badung, Parum Samigita, dan membelanjakan Rp 2,5 triliun pada 2001. Kelompok Studi Ekologi Meski begitu, untuk respon fiskal jangka Kemanusiaan Bali. pendek, wewenang Pemda adalah terbatas · Insentif Fiskal - dipimpin Kepala karena sebagian besar dana tersebut Dinas Koperasi dan UKM Bali dengan diperuntukkan upah pegawai negeri sipil anggota yang terdiri dari pejabat (PNS). Jumlah PNS di provinsi yang harus Pemda lainnya dan kepala Bank ditangung Pemerintah Pusat sudah jauh Indonesia di Denpasar. berkurang, meski pada 2001 harus menyisihkan setidaknya Rp 0,57 triliun untuk · Pemulihan Sosial Ekonomi ­ dipimpin pengeluaran pembangunan dekonsentrasi.41 Ketua Badan Pemberdayaan Masyarakat Bali dengan anggota yang 118. Penyaluran dana dari departemen terdiri dari kepala dinas-dinas terkait pemerintah pusat ke dinas Pemda Provinsi dan LSM. yang berlangsung tanpa adanya kerangka program anggaran strategis dan tanpa adanya 116. Yang patut disayangkan adalah bahwa koordinasi yang baik menyebabkan Tim Pemulihan Bali belum efektif dalam penggunaan dana secara tidak efektif, dalam memprakarsai respon pemulihan yang arti bahwa dana tersebut tidak dikemas komprehensif karena kendala dana, sebagai satu paket pemulihan yang khususnya dana pemulihan jangka pendek komprehensif. Yang diharapkan adalah bahwa dari Pemerintah Pusat, dan mekanisme pemerintah pusat akan memberikan dana koordinasi, perencanaan, dan anggaran yang kepada Pemda untuk menjalankan program- buruk antara tingkat dan berbagai bagian program pemulihan di Bali. Pada Juli 2003, Pemerintah (pusat, provinsi, dan lokal).40 Direktorat Jenderal Anggaran, Departement Tingkat efektivitas respon bukan saja Keuangan, melaporkan bahwa alokasi dana memberikan pelajaran untuk bergerak maju, dekonsentrasi untuk 2003 dari APBN namun juga kerjasama pusat-daerah dalam mencapai Rp 341 milyar. Bappeda 40 41 Sebagai contoh lihat Bali Post, 6 Maret 2003, Data ini melingkupi sedikit diatas setengah dari 'Menko Kesra Akui Dana "Recovery" Bom Bali jumlah pengeluaran pembangunan pusat kepada Lamban'. provinsi-provinsi tertentu (WBOJ 2002). 50 Bab 3: Respon Tabel 24. Keuangan Publik Daerah Bali pada 2003 Upah (%) APBD PAD Pemasukan PHR APBD per Kapita Kabupaten (Rp milyar) (Rp milyar) (Rp milyar) (Rp) % % % 2002 20031 2002 20031 2002 20031 2002 20031 20031 perubahan perubahan perubahan Badung2 516,0 379,5 -26,5% 310,7 205,0 -34,0% 250,0 150,0 -40,0% 43,9 1.491.920 1.097.255 Denpasar 379,0 325,0 -14,2% 91,0 85,8 -5,7% 45,0 37,5 -16,7% 56,5 711.817 610.397 Tabanan 282,3 317,2 +12,4% 31,2 34,0 +9,0% 7,6 6,5 -14,8% 76,7 750.738 843.550 Jembrana 192,7 187,6 -2,6% 6,0 7,0 +16,7% 0,13 0,11 -16,0% 62,8 831.299 809.384 Buleleng 296,1 379,8 +28,3% 16,2 19,7 +21,6% 2,5 3,3 +29,6% 85,2 530.384 680.453 Karangasem 243,6 238,0 -2,3% 23,7 23,2 -2,1% 10,0 8,0 -20,0% 78,3 675.754 660.220 Bangli 137,3 166,3 +21,1% 6,1 5,6 -8,2% 0,6 0,15 -75,0% 66,0 708.550 858.207 Klungkung 151,0 172,7 +14,3% 12,4 10,3 -16,9% 0,7 0,5 -26,5% 77,4 972.743 1.112.313 Gianyar 365,8 283,2 -22,6% 54,2 44,0 -18,8% 21,2 21,0 -0,9% 17,1 930.422 720.327 Provinsi 29,8 Catatan: Data 2002 merujuk pada realisasi, data 2003 pada rencana anggaran, data 2001 diambil dari Departement Keuangan. melaporkan bahwa sekitar Rp 10 milyar dari 120. Dibawah desentralisasi, sebagian dana dekonsentrasi tersebut diterima dari besar pendapatan Pemda Provinsi dan Pemda APBN, dan bahwa pemda mengalami kendala lokal masih bersumber dari pemerintah pusat, sumber daya dalam hal pelaksanaan program- yaitu melalui Dana Alokasi Umum (DAU). program pemulihan. Dana tersebut dialokasi sedemikian rupa sehingga melindunginya dari penurunan 119. Karena itu upaya pemerintah provinsi ekonomi daerah yang tajam, seperti yang semata-mata tergantung pada APBD provinsi. terjadi di Bali menyusul bom Bali. Pajak hotel Pemda Provinsi Bali telah mengarahkan fokus dan restoran (PHR) merupakan sumber pada keamanan (termasuk administrasi pendapatan asli daerah (PAD) bagi Pemda di kependudukan) dan promosi pariwisata. Pada Indonesia. Meski di kebanyakan daerah tidak awal 2003 banyak rencana lain yang memainkan peran penting, namun PHR dikembangkan Pemda Provinsi belum menjadi sumber pendapatan besar bagi Bali, terlaksanakan. Untuk memperoleh dana, terutama bagi kabupaten dengan konsentrasi Bappeda Bali mengajukan usulan kepada pariwisata yang tinggi seperti Badung. pemerintah pusat pada Februari 2003 namun Sebagai contoh, pada 2001 Pemda kabupaten tidak memperoleh dukungan dana untuk memiliki APBD per kapita sebesar dua kali 'Program Penyelamatan dan Pemulihan Bali'. lipat rata-rata nasional (Rp 1,3 vs Rp 6,6 juta Fokus program tersebut adalah dana per kapita) dimana hampir setengah dari masyarakat, ketahanan pangan, pendidikan, pendapatan total berasal dari hotel dan dan kesehatan yang melingkupi kira-kira restoran. setengah dari jumlah desa adat di Bali dengan anggaran yang mencapai Rp. 350 milyar. 51 Bab 3: Respon Respon Pemda Kabupaten di Bali 123. Meski diberi peran yang lebih terbatas dalam hal pelayanan jasa dasar menyusul 121. Tabel 24 mengevaluasi perkembangan desentralisasi yang dimulai pada 2001, dari terakhir dalam basis pendapatan daerah. segi fiskal dan koordinasi, Pemda Provinsi Berdasarkan perbandingan antara realisasi masih merupakan pilihan paling tepat untuk dan rencana 2002, PAD memiliki dampak memainkan peran yang proaktif dalam respon yang nyata. Meski pengeluaran Badung untuk krisis. Pendapatan Bali per kapita pada 2001 upah tidak terlalu besar (44 persen dibanding adalah Rp 245.000 per kapita, hampir dengan hampir 80 persen di Karangasem), sepertiga diatas rata-rata nasional yang PAD memiliki dampak yang jauh lebih besar, mencapai Rp. 189.000 per kapita. Selain itu, dimana pendapatan dari PHR diprakirakan kurang dari sepertiga pengeluarannya secara turun 40 persen (sekitar Rp. 100 milyar). efektif dialokasikan untuk gaji. Pada saat Meski sumber pendapatan yang lebih stabil, yang bersamaan, Pemda Provinsi juga seperti DAU, memungkinkan Pemda untuk mengalami pengetatan fiskal. Provinsi Bali menutupi biaya rutin (terutama upah), sumber juga sangat tergantung pada pajak BBM dan daya yang seharusnya dapat digunakan untuk pajak registrasi (PBBKD, PKB, BBNKD), merespon krisis ditingkat daerah terpangkas yang amat rentan terhadap penurunan karena penurunan pendapatan daerah.42 ekonomi. Karena pajak dibagi dengan Pemda lokal, hal ini makin menyudutkan posisi fiskal 122. Kabupaten yang memangkas target mereka. Penargetan APBD provinsi secara APBD 2003 adalah Badung, Denpasar, efektif, dibawah koordinasi ketat dana Gianyar dan Karangasem. Sebelum tragedi dekonsentrasi pemerintah pusat, menjadi bom, Badung menyalurkan 30 persen dari saluran fiskal utama untuk memberikan pendapatan PHR-nya ke enam kabupaten respon yang efektif terhadap dampak yang lainnya (Klungkung, Bangli, Tabanan, terjadi di Bali. Jembrana, Buleleng dan Karangasem), namun persentase tersebut telah disesuaikan menjadi 124. Menurut data tersebut, Pemda lokal, 22 persen.43 Pada Juni 2003, sejumlah baik yang terkena dampak langsung maupun kabupaten (termasuk Karangasem dan Bangli) tidak langsung dari bom Bali, telah terkena melaporkan bahwa pendapatan aktual dari dampak dan akan mempengaruhi kemampuan PHR jauh dari target yang ditetapkan Pemda kabupaten untuk mengumpulkan anggaran. sumber daya yang diperlukan untuk memprakarsai respon dan untuk membiayai kebutuhan rutin. Meski relatif lebih makmur 42 dan memiliki wewenang yang lebih besar Hingga 2002, pemerintah daerah di Indonesia membagi anggaran mereka menjadi anggaran rutin dan dalam mengelola anggaran pembangunannya, anggaran pembangunan. Proyek-proyek, seperti aspek fiskal Badung terkena dampak tragedi bantuan untuk sektor tertentu atau transfer ke desa- bom Bali secara langsung. Sebaliknya, desa, lazimnya dimasukkan dalam anggaran Karangasem mengalami dampak yang relatif pembangunan. lebih ringan karena tingkat 43 Pembagian pendapatan dari sektor hotel dan restoran ketergantungannya yang lebih kecil terhadap merupakan wujud ketergantungan antar pemerintah- kedatangan langsung wisatawan. Karangasem pemerintah daerah Bali dibidang pariwisata, dan kemungkinan juga merupakan pertanda meningkatnya kurang leluasa dalam mengelola anggaran, koordinasi dan manajemen ditingkat provinsi dalam anggarannya yang mencapai Rp 420.000 per sektor pariwisata, meski sekaligus mencerminkan kapita sudah sepertiga dibawah rata-rata per kerentanan mereka semasa krisis ekonomi. kapita nasional, wage share sebesar 78 persen 52 Bab 3: Respon adalah jauh diatas rata-rata nasional untuk · Pembentukan sistem koordinasi yang 2001, dan tingkat kerentanan penduduk efektif antara Pemda provinsi dan adalah lebih tinggi. kabupaten 125. Prakarsa Respon Krisis yang Tengah Respon Pemda Provinsi Jawa Timur dan NTB Berjalan. Meski mengalami keterbatasan anggaran, Pemda kabupaten berhasil 126. Jawa Timur. Pemda Provinsi Jawa memprakarsai sejumlah respon untuk Timur menanggapi krisis dengan menanggulangi kelesuan sektor pariwisata mengarahkan fokus ke sektor usaha kecil dan dan dampak-dampak yang terkait. Lampiran 3 menengah (UKM) dan dampak-dampak menyajikan ikhtisar respon Pemda kabupaten sosial.45 Untuk UKM, Biro Ekonomi Pemda yang dilaporkan dalam serangkaian provinsi tengah melakukan pemetaan UKM pertemuan di tiap kabupaten yang dihadiri yang akan mengidentifikasi jenis-jenis pejabat Pemda terkait. Hanya saja, respon bantuan untuk UKM seperti akses terhadap Pemda kabupaten belum komprehensif dan modal, pelatihan, dan promosi perdagangan. tidak direncanakan secara strategis.44 Hampir Promosi jaringan perdagangan dengan pasar semua Pemda kabupaten yang dikunjungi di luar negeri dilakukan dengan mengikuti Bali meminta dukungan berupa dana dan/atau pameran dan eksibisi perdagangan, dan bantuan teknis dalam mengembangkan respon dengan menjalin kerjasama dengan misi jangka pendek untuk menangani Indonesia di luar negeri. Jawa Timur juga permasalahan-permasalahan spesifik seperti aktif dalam mengembangkan jaringan dengan pengangguran dan perencanaan pembangunan daerah lain di dalam negeri (misalnya ekonomi jangka panjang. Secara keseluruhan, Yogyakarta) dalam memasarkan produk. Pemda kabupaten mengharapkan pemerintah provinsi dan pusat untuk mengambil initiatif 127. Karena TKI merupakan sumber terhadap respon pemulihan, dan menyatakan pendapatan yang penting bagi Jawa Timur, perlunya koordinasi yang lebih baik antar terutama pada saat krisis ekonomi berbagai tingkatan pemerintah yang terkait. berkepanjangan yang tengah dialami provinsi Pemda kabupaten mematok empat prioritas tersebut, Pemda provinsi telah utama untuk kegiatan respon di masa memprioritaskan penyaluran bantuan untuk mendatang: TKI dalam bentuk kesepakatan dan koordinasi dengan pemerintah negara tujuan, · Menegakkan dan meningkatkan dokumen legal untuk TKI, perlindungan hak, keamanan dan peningkatkan ketrampilan melalui · Program respon krisis untuk pendidikan dan pelatihan. menanggulangi dampak krisis · Bantuan teknis dalam merencanakan 128. Di tingkat kabupaten, ke-10 Pemda pembangunan ekonomi kabupaten yang dikunjungi di Jawa Timur saat melakukan kajian belum memprakarsai respon penanggulangan krisis secara resmi. Proyek PERFORM yang dilaksanakan 44 Pertemuan yang diadakan pada Juni 2003 oleh USAID akan membantu mengembangkan UNDP bersama Bappeda, Dinas Pariwisata, Dinas perencanaan, perancangan program, dan Tenaga Kerja, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Badan Pemberdayaan Masyarakat, dan Badan 45 Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat tingkat Ikhtisar Rapat dengan Gubernur Jawa Timur H. kabupaten. Imam Oetomo, PUSKOWANJATI, UNDP Consultant. 53 Bab 3: Respon anggaran untuk 2004 di Jawa Timur, yang · AusAID - Bali Rehabilitation Fund merupakan kesempatan untuk mendukung (AUD 750.000 dalam bentuk dana respon Pemda provinsi tersebut.46 bantuan langsung) 129. NTB/Lombok. Pemda Provinsi NTB · USAID - Office for Conflict Prevention belum memprakarsai respon resmi guna and Response (lebih dari USD 5 juta) menanggulangi dampak krisis.47 Dinas Pemda · UNDP - Program Pemulihan NTB telah melancarkan sejumah respon yang Keberdayaan Masyarakat (USD kurang signifikan, seperti promosi 300.000) perdagangan untuk membantu usaha-usaha yang terkena imbas krisis, namun pihak lokal · Bank Dunia - Proyek Pembangunan yang berkepentingan pada umumnya tidak Kecamatan (USD 28 juta selama tiga yakin dengan kemampuan pemerintah daerah tahun) untuk memberikan respon yang efektif.48 132. Kecuali USAID, respon dari donor- donor tersebut belum mencairkan dana dalam 3.3 Respon Donor jumlah signifikan dan belum berdampak nyata terhadap kondisi sosial ekonomi. Sebagian 130. Respon Donor. Masyarakat besar prakarsa ini hanya melakukan kegiatan internasional dengan cepat menanggapi krisis persiapan awal, sementara beberapa yang lain Bali. Respon diberikan dalam bentuk mengalami penundaan administratif. restrukturisasi program yang sudah ada untuk Program-program tersebut diperkirakan mulai menanggulangi krisis maupun komitmen beroperasi penuh dan mencairkan dana di untuk menyalurkan sumber daya baru. paruh pertama 2004. Disamping proses pengkajian yang dilakukan UNDP, Bank Dunia, dan USAID, lembaga- 133. Selain itu, sejumlah proyek donor lain lembaga donor mendukung sejumlah prakarsa di Bali sudah berjalan sebelum krisis dan pembangunan darurat, jangka pendek, dan tengah mengembangkan atau melaksanakan jangka panjang (lihat Lampiran 4). kegiatan yang membantu proses pemulihan, yaitu: 131. Berikut merupakan prakarsa-prakarsa utama yang tengah berjalan di Bali yang · International Finance Corporation - East diluncurkan pihak donor dalam rangka Indonesia Business Facility (USD 20 memulihkan kondisi sosial ekonomi: juta untuk empat provinsi termasuk Bali, Lombok, dan Jawa Timur selama lima tahun) 46 · CIDA - PEP II (Private Enterprise Proyek PERFORM (Performance Oriented Regional Participation, Fase Kedua) bertujuan Management) mendukung penguatan kapasitas kelembagaan Pemda Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa untuk membantu pengentasan Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Papua, kemiskinan di Jawa Timur, Bali, khususnya dibidang keuangan daerah, pengadaan jasa Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara perkotaan, dan perencanaan pembangunan partisipatif. dengan (i) menciptakan lingkungan Lihat www.perform.or.id. yang lebih kondusif untuk 47 Wawancara bersama kepaka Bappeda, NTB. pengembangan dan pertumbuhan UKM 48 Universitas Mataram, Lokakarya tentang krisis di dan (ii) melakukan intervensi yang Lombok, Juni 2003. 54 Bab 3: Respon bertujuan untuk mendukung penciptaan wabah SARS. Yogyakarta dan beberapa lapangan kerja melalui UKM. daerah di Lombok tempat pariwisata dan jasa- jasa terkait merupakan lahan mata · Komisi Eropa - Proyek Pembangunan pencaharian dan lapangan kerja yang penting, Berkelanjutan Pertanian Beririgasi di dan berpotensi untuk mendapat dukungan Buleleng dan Karangasem akan lebih lanjut dari pihak donor. memperkenalkan sistem usahatani terpadu yang dapat meningkatkan 135. Koordinasi Donor. UNDP selama ini pendapatan petani secara nyata dengan membantu koordinasi antara donor dengan memperkenalkan bibit unggul dengan pemerintah di tingkat nasional dan provinsi di hasil panen yang tinggi, meningkatkan Bali, Jawa Timur, dan Lombok/NTB. keterlibatan perempuan dalam kegiatan Serangkaian pertemuan dengan Pemda pertanian dan kegiatan produktif kabupaten di Bali dijadikan kesempatan untuk lainnya, dan mengembangkan kapasitas mensosialisasikan respon donor kepada organisasi irigasi dan pertanian Pemda kabupaten. Di Bali telah diadakan setempat.49 serangkaian pertemuan antara donor dan · GTZ - PROFI (Promotion of Small pihak lokal yang berkepentingan tempat Financial Institutions) sejak 1999 diberikannya penerangan ringkas kepada membantu pengembangan lembaga- Pemda provinsi mengenai semua bantuan lembaga keuangan mikro yang layak, donor dan dibahasnya bantuan yang dapat serta penguatan sistem dan kerangka diberikan kepada sektor usaha. Secara kerja di Jawa Timur, Bali, dan NTB. keseluruhan, sumber daya yang tersedia untuk koordinasi donor kurang berhasil · Bank Dunia - Bali Urban Infrastructure memfasilitasi hubungan yang lebih baik Project - pencairan dana sebesar USD 2- antara proyek donor, pemerintah, dan pihak 3 juta melalui Program Pembangunan berkepentingan lainnya, dimana hal ini perlu Berbasis Masyarakat, dilaksanakan dan menjadi prioritas selama bulan-bulan direncanakan di hampir 300 desa adat; mendatang. dukungan untuk konsultasi masyarakat di Kuta; proyek drainase padat karya di Kuta. 3.4 Respon Sektoral untuk Pemulihan dan Bantuan Pembangunan 134. Di sektor Pariwisata di luar Bali, yaitu di Lombok, Jawa Timur dan di daerah lainnya Tanggap Darurat yang terkena imbas dampak peristiwa 12 Oktober 2002, donor menyelenggarakan 136. Diprakarsai lembaga pemerintahan, sejumlah respon tertentu. Meski begitu, IFC, Palang Merah Indonesia (PMI), dan AusAID dan USAID berencana untuk masyarakat Bali, dan dibantu oleh masyarakat menyalurkan bantuan program di Lombok, internasional, operasi tanggap darurat secara dan IFC juga akan aktif di Jawa Timur. besar-besaran dilancarkan selama minggu- Secara keseluruhan, bantuan donor terpusat di minggu pertama tragedi 12 Oktober 2002. Bali dan hal ini perlu ditinjau kembali melihat Palang Merah Australia menyalurkan bantuan krisis yang berlangsung secara awal dan jasa pelacakan (AUS $174.451), berkepanjangan menyusul perang di Irak dan memasok tiga mobil ambulan (AUS $281.000), meluncurkan proyek penyakit TBC (AUS $400.000), menyalurkan bantuan 49 Lihat http://www.delidn.cec.eu.int/develop1.htm. kepada bank darah setempat (AUS $250.000) 55 Bab 3: Respon dan menjalankan proyek kesiapsiagaan pengawasan yang lebih ketat terhadap menghadapi bencana (AUS $2.506.025). penduduk pendatang melalui WHO juga telah meninjau operasi tanggap pemeriksaan KTP dan penerbitan kartu darurat di RS Sanglah. indentitas untuk pendatang (KIPP/KIPEM). Respon Keamanan · Peningkatan keamanan di sarana-sarana pariwisata seperti hotel dan restoran, 137. Peningkatan keamanan merupakan obyek pariwisata, dan tempat umum bagian kunci respon pemerintah terhadap lainnya. Keamanan akan menjadi salah tragedi Kuta yang bertujuan untuk satu faktor yang dipertimbangkan dalam memastikan bahwa serangan teroris yang prosedur klasifikasi hotel dimana Polda menimpa Bali tidak akan terulang sekaligus akan mengawasi langkah kebijakan menjaga keamanan masyarakat. Langkah- keamanan hotel. langkah keamanan yang diambil adalah · Peningkatan jumlah polisi khusus sebagai berikut: pariwisata (tourist police) yang menjaga keamanan tempat-tempat wisata dengan · Peningkatan keamanan di pintu-pintu berpatroli secara teratur. masuk seperti bandara Ngurah Rai, · Pengembangan intelijen polisi dan Gilimanuk50, Benoa, Padang Bai dan kapasitas polisi di bandara udara dan Celukan Bawang melalui pemeriksaan meningkatkan jumlah polisi yang aktif kartu identitas dan barang bawaan. ditingkat masyarakat melalui peran · Bantuan teknis dari World Tourism Polsek dan Badan Pembinaan Organization (WTO) yang Keamanan-Ketertiban Masyarakat mengevaluasi dan mengusulkan langkah (Babinkamtibmas). kebijakan peningkatkan keamanan di Bandara Ngurah Rai, dimana hasil 138. Penanganan permasalahan sosial dan evaluasi tersebut menemukan bahwa tindak kejahatan dengan mengantisipasi langkah kebijakan keselamatan dan dampak sosial ekonomi krisis merupakan keamanan yang telah dijalankan masih bagian dari strategi kebijakan Bali yang dapat ditingkatkan lebih lanjut. bersifat preventif yang bertujuan untuk · Pengadaan perlengkapan keamanan membina kepercayaan publik terhadap polisi. bandara oleh Pemerintah Jepang - Ditingkat desa, polisi bekerjasama dengan perlengkapan tersebut belum beroperasi. kepala desa dalam menangani dampak dan · Penerapan langkah kebijakan keamanan ketegangan sosial dengan cara membantu baru melalui desa adat di Bali yang pemuda dan keamanan lingkungan, namun memberdayakan tenaga pengamanan karena keterbatasan dana hasil yang dicapai adat (pecalang) dan melakukan belum optimal. Polda Bali sudah menerima sejumlah perlengkapan baru, yaitu motor dan mobil, namun menurut Kapolda Bali 50 keduanya belum dapat beroperasi secara aktif Pemda Kabupaten Jembrana membina keamanan di karena keterbatasan dana operasional. Gilimanuk dan telah mengajukan tambahan perlengkapan keamanan untuk pelabuhan tersebut. Kabupaten Jembrana juga mengusulkan agar Pemda 139. Target Kapolda Bali adalah untuk Provinsi yang mengelola keamanan Gilimanuk meningkatkan keamanan di Bali hingga sesuai mengingat status pelabuhan tersebut sebagai titik standar internasional, yang kemudian masuk provinsi. diverifikasi oleh suatu lembaga independen. 56 Bab 3: Respon Kajian keamanan yang dilakukan World Rencana Pemulihan Pariwisata Nasional baru Tourism Organisation menghasilkan lebih yang mulai berjalan per pertengahan 2003 dari 30 rekomendasi yang perlu ditindak- sampai dengan akhir 2004. Rencana tersebut lanjuti. Selain itu, aspek keamanan lainnya di bertujuan untuk memulihkan kepercayaan Bali dapat dikaji dan diverifikasi secara pasar internasional dan domestik selama fase teratur oleh pihak ketiga yang independen. rencana penyelamatan (3 bulan), rehabilitasi Kemajuan riil yang dicapai dalam sistem (4 bulan), normalisasi (6 bulan) dan ekspansi keamanan harus disosialisasi secara efektif ke (6 bulan) yang meliputi promosi domestik dan pihak yang berkepentingan, terutama sektor internasional, kampanye media, bantuan pariwisata. untuk perwakilan-perwakilan pasar, promosi kebudayaan Indonesia, pengembangan produk Pemulihan Pariwisata pariwisata, dan insentif fiskal untuk industri pariwisata. 140. Pokja tingkat nasional untuk bidang promosi dan even telah mengembangkan 142. Dengan terkendalikannya wabah kebijakan-kebijakan pemulihan, mendirikan SARS, negara lain di kawasan Asia pusat media untuk diseminasi informasi ke menggenjot kegiatan promosi sebagai upaya misi-misi Indonesia di luar negeri, untuk memulihkan pendapatan dari sektor mengembangkan kampanye pariwisata pariwisata yang bernilai signifikan itu. Hong nasional, menggelar konser musik di Bali, dan Kong meluncurkan kampanye bertajuk merekrut sejumlah konsultan internasional, 'Looking Ahead' dengan dana USD 128 juta, yaitu Gavin Anderson & Co (Australia) dan Thailand meluncurkan 'Smiles Plus Marketing Garden (Jepang).51 Kegiatan Campaign', dan sebagian besar negara lain promosi di luar negeri meliputi kampanye yang memiliki sektor pariwisata yang cukup iklan di CNN dan promosi lewat pameran- maju seperti Malaysia, Filipina, dan Australia pameran pariwisata yang penting. Salah satu juga menggelar kampanye promosi strategi kunci yang dilakukan adalah promosi pariwisata. Ada keprihatinan bahwa Indonesia Bali kepada wisatawan domestik dan tidak melakukan promosi dan pemasaran penyelenggaraan konferensi dan pertemuan di pariwisata secara efektif untuk bersaing Bali. dengan negara-negara lain di kawasan Asia, yang memiliki implikasi nyata terhadap masa 141. Meski Indonesia tidak terkena dampak depan jangka panjang industri pariwisata dan langsung SARS yang mewabah pada Maret sumber daya manusianya. 2003, beberapa rute penerbangan langsung yang penting (misalnya rute ke Taiwan) dan 143. Satuan Tugas Pemulihan Bali PATA. rute penerbangan tidak langsung (misalnya Pada Desember 2002, Satgas Pemulihan Bali rute ke Singapura) terkena dampak wabah yang dibentuk Pacific Asia Travel penyakit tersebut, dan praktis upaya Association (PATA) mengunjungi Bali dan pemulihan pariwisata Bali 'sirna' dalam memberikan serangkaian rekomendasi yang sekejap. Sejak itu, Kantor Menteri Negara berkaitan dengan upaya pemulihan pariwisata Kebudayaan dan Pariwisata merumuskan Bali dan Indonesia, yaitu: · Semua unsur yang terkait dengan 51 Rencana promosi pariwisata global yang pariwisata Bali harus bersatu untuk dikembangkan Gavin Anderson diserahkan kepada menghasilkan satu agenda kegiatan. Pemerintah Indonesia pada Maret 2003, namun rencana · Mengambil langkah-langkah guna tersebut belum terlaksana. melakukan perencanaan pariwisata 57 Bab 3: Respon secara cermat yang melingkupi Presiden No. 18 tahun 2003 yang permasalahan-permasalahan dibidang menghapuskan sarana Bebas Visa Kunjungan keselamatan dan keamanan. Singkat (BVKS) sebagai bagian dari · Perumusan Rencana Penanganan Krisis komitmen internasional untuk melawan Terpadu untuk Bali. terorisme, perdaganan obat-obatan terlarang, · Membangun kembali dan meluaskan perdagangan perempuan dan anak-anak, dan 'nama' Bali agar mencakup semua bentuk tindak kejahatan internasional kebudayaan dan pusaka budaya. lainnya.52 Menurut rencana peraturan baru · Memasarkan 'nama' Bali melalui pasar- tersebut akan diberlakukan enam bulan sejak pasar kontemporer dan kemitraan pengesahannya, namun menyusul upaya lobi dibidang pemasaran. sektor pariwisata, pemerintah membatalkan rencana untuk menghapus sarana visa 144. Pada intinya, Satgas PATA kunjungan tersebut. Sebagai penggantinya, mengatakan bahwa "organisasi-organisasi pemerintah memberlakukan biaya USD 35 utama yang berkaitan dengan pariwisata untuk visa kunjungan yang berlaku untuk ke- Indonesia gagal menanggapi situasi ini secara 48 negara yang mendapat BVKS yang, efektif dan gagal memberikan kepemimpinan berdasarkan angka kedatangan wisman kelembagaan yang dibutuhkan dalam saat- nasional pada 2001, diprakirakan akan saat seperti ini". Laporan PATA menyoroti menghasilkan USD 140 juta.53 Yang lebih peran penting anjuran perjalanan (travel penting adalah bahwa langkah kebijakan ini, advisory), kampanye promosi, keselamatan seperti kebijakan yang mendahuluinya, dapat dan keamanan, dan program publisitas dan menjadi bumerang terhadap kunjungan komunikasi yang efektif serta kebutuhan wisman ke Bali dan Indonesia. Belum jelas terhadap aktor-aktor daerah dan nasional bagaimana tepatnya 'pajak pariwisata' ini akan untuk bekerjasama menurut satu agenda dan digunakan, dan manfaatnya bagi Indonesia strategi bersama dengan dana operasional perlu ditinjau kembali. yang memadai. Untuk itu Indonesia dapat mencontoh manajemen dan promosi Industri parawisata di banyak negara di kawasan Asia (seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand). 147. Bantuan untuk Koperasi dan UKM. Kantor Menteri Negara Urusan Koperasi dan 145. Respon Pemerintah Pusat terhadap Usaha Kecil Menengah memiliki tiga SARS. Sebagai respon terhadap wabah SARS, kegiatan utama di Bali, dan meski bukan Departemen Kesehatan merumuskan langkah untuk merespon krisis ekonomi yang dialami kebijakan yang melingkupi kegiatan sektor UKM setempat, kegiatan-kegiatan sosialisasi, peningkatan pengawasan di bandara udara, pelabuhan, dan perbatasan negara serta pengembangan kapasitas dalam 52 hal pengawasan epidemiologi radang paru- Wawancara dengan Divisi Perencanaan dan Persiapan, Departemen Kehakiman dan HAM. paru. Indonesia tidak mengalami wabah 53 SARS secara langsung, meski begitu tindak Bisnis Indonesia, 28 Juni 2003. Menurut artikel, pencegahan tetap dilakukan di titik-titik penurunan kedatangan wisatawan sebesar 4,7 persen saja sebagai akibat dari pemberlakukan pajak tersebut masuk dan pusat-pusat kesehatan. akan meniadakan semua manfaatnya, meski begitu tidak jelas cara proyeksi tersebut dihitung dan apakah 146. Peraturan Visa. Pada Maret 2003, yang dimaksud adalah pengeluaran wisatawan atau pemerintah mengeluarkan Keputusan hasil (yield) pajak. 58 Bab 3: Respon tersebut membuka kesempatan kepada pemda nasabah.55 Bank Indonesia mengaku khawatir provinsi untuk mengarahkan dana tersebut Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak mampu kepada UKM yang membutuhkan bantuan. mengimbangi krisis dan menyatakan bahwa Ketiga program tersebut pada 2003 adalah: BPR membutuhkan bantuan teknis dalam hal (1) alokasi dari subsidi BBM sebesar Rp 3,56 restrukturisasi pinjaman. miliar; (2) dana dekonsentrasi sebesar Rp 2,9 miliar yang dialokasi untuk membantu 149. Belakangan ini industri pariwisata Pengembangan Kewirausahaan dan KUKM makin gencar menyerukan penyaluran paket dan dana Rp 1,88 miliar untuk membantu bantuan untuk memulihkan industri tersebut pengembangan sistem informasi usaha kecil menyusul pukulan beruntun berupa bom Bali, dan mikro; dan (3) program Modal Awal perang di Irak, dan wabah SARS.56 Negara- Padanan yang dialokasi untuk membantu negara lain di kawasan Asia telah klaster usaha kecil dan mikro yang meluncurkan paket pemulihan untuk diidentifikasi oleh Pemda. membantu industri pariwisata masing- masing.57 Pada Juni 2003, Pokja untuk bidang 148. Respon Fiskal dan Insentif bagi insentif anggaran sedang mengembangkan Industri Pariwisata dan Jasa-Jasa Terkait. serangkaian insentif yang memungkinkan Pemerintah pusat belum memberikan konsesi industri pariwisata dan jasa-jasa terkait untuk pajak kepada usaha-usaha yang terkena melanjutkan usaha mereka. dampak bom Bali. Sebagai respon terhadap kesulitan yang dihadapi usaha-usaha tersebut dalam melunasi pinjaman, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan pada Desember 2002 yang meminta agar bank melakukan restrukturisasi pinjaman.54 Selain itu, Satgas Prakarsa Jakarta (JITF, Jakarta Initiative Task 55 Force) telah mengadakan serangkaian Presentasi BRI - Perbankan Bali dan Tragedi Bali 12 Oktober 2002. pertemuan dan konferensi pada Maret 2003 56 bersama bank dan pengusaha di Bali untuk Bali Discovery Tours News, 14 Juli 2003, 'Calls Mount for Tourism Supports: State Ministry Supports memuluskan restrukturisasi pinjaman antara Calls for Scheme of Supports and Relief for Damaged debitor dan kreditor. JITF menemukan bahwa Tourism Sector'. Lihat http://www.balidiscovery.com. bank sudah mengambil langkah kebijakan 57 Malaysia, misalnya, meluncurkan paket stimulus yang memungkinkan debitor menangguhkan ekonomi pada Mei 2003 guna membantu biro pembayaran bunga dan menunda pembayaran perjalanan dan operator tur selama enam bulan pokok, namun disamping itu juga ditemukan kedepan. Paket tersebut menawarkan (i) dana Special tidak adanya kebijakan yang mampu Relief Guarantee Facility senilai RM 1 milyar untuk menangani krisis yang ternyata berlangsung operator sektor pariwisata, (ii) insentif biaya listrik sebesar lima persen bagi pemilik hotel dari Juni sampai lebih parah dan lebih lama dari waktu yang Desember 2003, (iii) potongan lima puluh persen pajak semula diprakirakan hanya enam bulan itu. jalan selama enam bulan bagi taksi, (iv) pembebasan BRI aktif dalam melakukan restrukturisasi dari pajak jasa untuk hotel dan restoran dari Juni pinjaman di Bali sejak Oktober 2002, dan sampai Desember 2003, (v) penghapusan pajak jasa sampai sekarang sudah merestrukturisasu yang dikenakan terhadap kamar gratis di hotel mulai Juni 2003, (vi) penundaan angsuran PPh untuk operator pinjaman Rp. 20 milyar milik 1.500 tur dari Juni sampai Desember 2003, (vii) restrukturisasi dan penjadwalan kembali pinjaman oleh lembaga keuangan untuk gaji pekerja yang dikenakan 54 Peraturan BI No. 4/11/PBI/2002 tertanggal 20 potongan gaji akibat lesunya iklim usaha. Sumber: Desember 2002 (lihat http://www.bi.go.id). Tourism Malaysia, Mei 2003. 59 Bab 3: Respon Kesejahteraan Sosial Koordinasi antara pemerintah dan lembaga- lembaga tersebut dapat ditingkatkan sehingga 150. Dukungan bagi Mereka yang Terkena pihak yang berkepentingan dapat memiliki Dampak Langsung Bom Bali. Sejumlah besar informasi yang lebih jelas tentang kemajuan bantuan dari luar maupun dalam negeri proyek dan target yang ingin dicapai. mengalir untuk keluarga korban bom Bali dengan nilai total lebih dari USD 10 juta. 3.5 Prioritas dan Respon Masyarakat Bantuan yang diberikan berupa bantuan keuangan, obat-obatan, konseling, dan 153. Respon Masyarakat dan Desa Adat. beasiswa bagi anak-anak serta proyek-proyek Modal sosial dan kebudayaan Bali menjadi jangka panjang yang meliputi proyek bantuan aset yang vital selama krisis. Di tengah untuk RS Sanglah dan pembangunan rumah masyarakat lokal, yaitu ditingkat keluarga, sakit memorial. Meski sudah diupayakan banjar, dan desa adat, terdapat suatu untuk mengkoordinir semua respon tersebut, mekanisme penanganan krisis yang berkucurnya donasi dan dukungan dari membantu keluarga pada masa-masa sulit. beragam sumber telah menyulitkan upaya Lebih dari setengah (51 persen) responden tersebut.58 Pengembangan mekanisme yang menyatakan bahwa desa adat memiliki sistem lebih baik untuk mengelola penggunaan tradisionil yang membantu keluarga dalam private funds yang digalang untuk Bali menghadapi kesulitan perekonomian dan melalui kegiatan program yang efektif dapat yang menangani permasalahan sosial. Dalam menghasilkan keluaran yang lebih beragam menghadapi permasalahan sosial ekonomi, dan bermanfaat. masyarakat Bali cenderung memperoleh bantuan pertama dari pihak keluarga, 151. Jaring Pengaman Sosial. Pokja untuk kemudian tokoh masyarakat dan teman, lalu bidang JPS tengah mengembangkan rencana kepala desa (Tabel 25). Hal ini mencerminkan penyaluran paket bantuan ke daerah-daerah peran penting yang dimainkan tokoh adat dan yang terkena dampak kelesuan pariwisata banjar dalam menanggapi kebutuhan nasional, namun rencana tersebut masih harus kesejahteraan sosial. Banyak desa adat disetujui. Sekarang ini belum ada program memiliki pendapatan yang berasal dari JPS nasional di Bali, tapi sejumlah Pemda Lembaga Perkreditan Desa (LPD) serta dana kabupaten menyediakan pendidikan gratis lain yang dikumpulkan dari kontribusi usaha- (misalnya Jembrana), pelayanan kesehatan usaha lokal dan warga masyarakat, dimana dasar gratis (misalnya Denpasar) atau dana-dana tersebut berpotensi untuk program kerja padat-karya terbatas (misalnya dimanfaatkan untuk kepentingan warga Tabanan). lokal.59 152. Dana Masyarakat. Dana masyarakat 154. Prioritas Masyarakat untuk Respon. disalurkan oleh Proyek Pembangunan International Republic Institute (IRI), dengan Kecamatan (Bank Dunia), Program dukungan USAID, membantu pemerintah Pembangunan Berbasis Masyarakat (Bank daerah dalam melakukan polling pendapat Dunia-BUIP), dan Program Pemulihan Keberdayaan Masyarakat (UNDP). 59 LPD di Kuta, salah satu LPD yang paling 58 menguntungkan di Bali, meraih laba bersih Rp. 2 Lihat www.balirecoverygroup.com. miliar pada 2002 namun tidak ada perincian mengenai penggunaan laba tersebut. 60 Bab 3: Respon Tabel 25. Penyedia Bantuan Setempat 3.6 Ikhtisar Respon Pemerintah dan selama Krisis di Bali Lembaga Donor Kelompok Peringkat Rata-rata 155. Secara umum, respon terhadap krisis Bali dirancang berdasarkan prakiraan awal Families 1,67 mengenai lama waktu yang dibutuhkan sektor Kelian Adat 2,38 pariwisata untuk pulih serta tingkat keparahan Sahabat 2,43 dampak sosial ekonomi. Sudah jelas bahwa Kepala Desa 2,70 Tokoh Agama 3,49 krisis ternyata berlangsung lebih parah dan Bidan Desa 4,08 lama daripada yang semula diprakirakan, Dokter 4,36 yang makin menekankan pentingnya respon PKK 4,65 yang efektif. Respon pemulihan yang Sumber: Universitas Udayana, Survei Responden diluncurkan lembaga donor dan pemerintah Kunci. belum berdampak nyata di lapangan karena hal-hal sebagai berikut: (a) sulitnya umum tentang prioritas program pemulihan. melakukan penargetan secara efektif, (b) Polling berlangsung pada Desember 2002. penundaan dalam pencairan dana, (c) respon Kajian IRI menemukan bahwa langkah hanya terarah pada kesejahteraan, (d) kebijakan keamanan lingkungan (termasuk koordinasi yang buruk, (e) sinergi yang buruk administrasi kependudukan), bantuan untuk antara respon pemerintah dan donor, (f) masyarakat golongan miskin seperti persepsi bahwa Bali adalah provinsi yang kesehatan dan pendidikan, dan bantuan untuk kaya, (g) terbatasnya kegiatan promosi UKM merupakan prioritas. Pada Mei 2003, pariwisata, dan (h) asumsi-asumsi pemulihan prioritas tertinggi adalah bantuan untuk sektor pariwisata. Pada Mei 2003, tercacat masyarakat golongan miskin yang terarah hanya 13 persen responden kunci di Bali yang pada pengangguran dan dampak krisis, yang mengetahui mengenai kegiatan respon memperoleh 57 persen suara responden kunci. terhadap krisis. Jelas bahwa respon krisis Prioritas berikutnya adalah penguatan polisi belum bergaung, yang menandakan perlu (24 persen dari responden kunci), promosi ditingkatkannya kegiatan humas dan pariwisata (21 persen), bantuan kepada sektor komunikasi tentang prakarsa pemulihan di UKM (15 persen), bantuan kepada sektor Bali. Namun yang lebih penting adalah pertanian (14 persen), dan peningkatan kenyataan bahwa hal ini mencerminkan administrasi kependudukan (13 persen). bahwa banyak respon belum berjalan atau Prioritas untuk program sosial ekonomi tidak berdampak. meliputi akses terhadap pelayanan kesehatan dasar (35 persen), bantuan kredit untuk UKM 156. Kelemahan utama respon pemulihan (31 persen), pendidikan (26 persen), bantuan Bali terletak pada proses perencanaan. kredit untuk petani (24 persen), community Respon yang diberikan cenderung terpenggal grants (21 persen), prasarana dan sarana (14 dan golongan masyarakat yang paling rentan persen), bantuan non kredit untuk UKM kurang diperhatikan. Hal ini lantas diperparah seperti promosi perdagangan, dsb. (13 oleh terbatasnya data yang dapat memberi persen), rumah sakit (11 persen), bantuan gambaran tentang sektor pariwisata dan dana untuk subak (11 persen), bantuan ternak informasi mengenai dampak krisis yang (10 persen), dan bantuan non kredit untuk relevan bagi pembuat kebijakan. Karena itu, usahatani (11 persen). respon cenderung diberikan tanpa pandangan yang jelas mengenai situasi yang dihadapi. Pemerintah daerah memiliki pemahaman 61 Bab 3: Respon yang terbaik tentang situasi namun belum informasi dalam kajian ini dan sumber berhasil menggalang respon yang efektif lainnya perlu dimanfaatkan dalam karena kendala keuangan maupun kendala merencanakan pemanfaatan sumber daya lainnya. secara efektif yang dialokasi untuk pemulihan Bali, memprakarsai respon baru untuk 157. Yang perlu dilakukan pemerintah menanggulangi dampak krisis yang lebih kabupaten, provinsi, dan pusat adalah serius, dan mengembangkan rencana memanfaatkan informasi yang ada mengenai perekonomian jangka panjang yang dapat situasi sosial ekonomi Bali dan daerah terkait, memajukan pertumbuhan dan pembangunan termasuk informasi yang terdapat dalam yang berkelanjutan. Konsultasi yang efektif di kajian ini, untuk kemudian bersama-sama Bali dan daerah lainnya adalah penting agar dengan lembaga donor merumuskan suatu suara masyarakat dan pihak berkepentingan program pemulihan yang komprehensif dan lainnya yang terkena dampak krisis terkoordinir. Di minggu-minggu mendatang, diperhatikan. 62 BAB 4: KESIMPULAN DAN SARAN 158. Dampak sosial ekonomi bom Bali, kalangan industri dan donor untuk tetap yang diperparah perang di Irak dan wabah berpegang pada agenda jangka panjang SARS, makin memprihatinkan sejak Januari pariwisata dan pembangunan berkelanjutan di 2003. Jumlah kedatangan wisatawan secara Bali dan daerah lainnya. Seperti yang dapat langsung ke Bali hanya naik menjadi diatas dilihat di Bab 1, kebanyakan pertumbuhan 3.000 per hari pada pertengahan Juni 2003 , pariwisata Bali dan Lombok terjadi secara angka yang ditetapkan pemerintah sebagai spontan dan tumbuh diluar kerangka 'titik impas' ekonomi Bali.60 Menurut skenario perencanaan kebijakan. Proses ini sewaktu- yang optimistis sekalipun, jika tidak ada waktu memicu resistensi masyarakat setempat bencana baru yang menghadang, tampaknya karena kepentingan mereka tidak terwakili tidak mungkin tingkat kunjungan kembali secara memadai dalam proses pengambilan normal sebelum 2004, yang tentu keputusan. Pariwisata merupakan industri memperparah dampak krisis. Dari segi positif, yang rumit yang melibatkan banyak aktor, volume ekspor dari Bali berhasil dan tantangan bagi pemerintah adalah untuk dipertahankan, yang paling tidak merupakan mengembangkan proses dan pendekatan yang pelipur lara bagi perekonomian pulau menyediakan kesempatan bagi masyarakat tersebut. Lepas dari itu, sektor UKM tetap setempat untuk ikut menentukan masa depan menderita dibawah dampak krisis dimana pembangunan, ikut mempengaruhi langkah lembaga-lembaga keuangan melaporkan kebijakan pemerintah, dan ikut menetapkan makin banyak kasus kredit macet. prioritas program yang akan dijalankan. Kesengsaraan melanda masyarakat di daerah- Selain itu, Bali perlu mengembangkan sektor daerah tertentu di Bali dan Lombok yang diluar pariwisata, terutama sektor pertanian menandakan gagalnya mekanisme yang dan industri kecil. diterapkan masyarakat untuk bertahan menghadapi krisis. Pemeliharaan keselarasan 160. Sejumlah besar respon yang dan keamanan sosial tetap menjadi dijalankan sejak sejak enam bulan lalu belum permasalahan kunci, terutama dalam membuahkan hasil nyata di lapangan, dan kaitannya dengan pengangguran dan pemuda ternyata tidak mampu untuk memenuhi yang terkena dampak krisis. berbagai kebutuhan bagi mereka yang terkena dampak krisis di Bali, Lombok, dan daerah 159. Meski dampak krisis terhadap lainnya. Respon donor selama ini belum tentu pariwisata tidak dapat dikesampingkan, menangani kebutuhan-kebutuhan prioritas, adalah sangat penting bagi pemerintah, cenderung lamban dalam mencairkan dana, dan tidak memiliki mekanisme penargetan yang efektif, yang sebagian disebabkan oleh 60 Tingkat kedatangan wisman secara langsung per ketiadaan informasi tentang dampak krisis. hari selama periode puncak (Juni sampai September) Respon pemerintah cenderung lemah dalam antara 1997 sampai 2001 mencapai rata-rata 4.140 hal koordinasi, disarankan lebih proaktif dan kunjungan per hari. Informasi mengenai angka dengan strategi komunikasi yang lebih efektif. kedatangan wisman secara tidak langsung dan angka kedatangan domestik yang digabungkan dengan Baik untuk jangka pendek dan panjang kebiasaan belanja pengunjung diperlukan untuk diperlukan pendekatan-pendekatan baru yang mengkaji status ekonomi pariwisata Bali secara tuntas. Bab 4: Kesimpulan dan Saran dapat mempertemukan pemerintah, sektor berubah, ekonomi Bali yang berbasis swasta, dan masyarakat secara lebih efektif. pariwisata itu tetap rapuh. Hanya saja, tidak adanya informasi dan data yang komprehensif tentang sektor pariwisata Bali menciptakan 161. Pemerintah Indonesia, baik ditingkat kesenjangan pengetahuan yang harus pusat maupun daerah, dan pihak donor dijembatani guna memungkinkan perumusan diharapkan untuk mempertimbangkan langkah kebijakan secara efektif. Bab 1 dan 2 kesimpulan dan saran kajian ini dalam mengatakan bahwa hanya kedatangan wisman merencanakan respon baru dan menyesuaikan secara langsung ke Bali yang dapat dijadikan respon lama yang tengah berjalan dengan sebagai indikator utama yang efektif untuk tujuan menanggulangi krisis dan merangsang sektor ini. Indikator untuk kedatangan pembangunan jangka panjang yang wisman secara tidak langsung, wisnus yang berkelanjutan di daerah-daerah yang terkena menginap, dan tingkat pengeluaran jauh lebih dampak krisis. Yang perlu dicatat adalah buruk dari segi keterandalan dan ketepatan bahwa upaya untuk memulihkan Bali ke waktu. keadaan pra bom Bali bukan pilihan yang tepat. Trend masa kini dan skenario masa 'Back to Bali': Mendukung Pemulihan Sektor depan pariwisata global dalam kaitannya Pariwisata Indonesia dengan Bali membuat kebutuhan untuk suatu agenda jangka panjang yang menumbuhkan 163. Upaya pemulihan perekonomian yang kembali Bali sebagai tujuan wisata dan yang berbasis pariwisata merupakan langkah mendiversifikasi ekonomi Bali, makin kebijakan jangka pendek yang terbaik. mendesak. Perumusan dan pelaksanaan Comprehensive Multi-Stakeholder Tourism Recovery Plan yang mempertimbangkan kepentingan jangka 4.1 Menangani Krisis dan Memajukan panjang, merupakan langkah kebijakan Pemulihan pemulihan jangka pendek dan pemeliharaan kesejahteraan sosial yang paling hemat biaya. 162. Untuk jangka pendek, Bali dan Pengalaman yang dipetik dari krisis daerah-daerah terkait akan tetap berada dalam pariwisata lainnya menunjukkan bahwa suatu krisis, yang baru akan berhenti pada saat rencana yang terkoordinir dan yang secara tingkat kedatangan wisatawan mengalami konsisten mengirim pesan kepada pasar kenaikan sedemikian rupa sehingga mengenai keprihatinan terhadap keselamatan perekonomian daerah tersebut dapat terbebas dan keamanan adalah pendekatan yang dari krisis. Sementara waktu perlu dijalankan terefektif. Sekarang ini sejumlah kegiatan suatu agenda jangka pendek yang memajukan promosi tengah berjalan dan sektor swasta pemulihan berbasis pariwisata dan yang pun melakukan respon secara terpisah, tapi menanggulangi dampak krisis. Belum dapat hal ini belum dapat dikatakan sebagai respon dipastikan kapan krisis akan berlalu, namun terhadap krisis yang komprehensif dan secara umum diprakirakan bahwa krisis akan terkoordinir. berakhir paling cepat pada akhir kuartal keempat 2003, atau pada 2004. Meski tingkat 164. Pertumbuhan pariwisata tidak dapat kedatangan wisatawan mengalami dikendalikan menurut pendekatan `dari atas peningkatan pada Juni dan Juli 2003, dimana ke bawah' (top down). Karena itu, prakarsa hotel, restoran, dan pengecer menawarkan yang dijalankan harus mempertimbangkan potongan harga besar-besaran pada saat profil kepentingan jangka panjang masyarakat dan dan kebiasaan belanja pengunjung sudah 64 Bab 4: Kesimpulan dan Saran pihak berkepentingan lainnya, dan suatu secara nasional. Bali merupakan pintu solusi kreatif harus dicari untuk menyalurkan gerbang bagi wisatawan yang ingin manfaat pariwisata secara efektif. Rencana melanglang ke tujuan-tujuan lain di Indonesia yang tetap mengandalkan pendekatan lama seperti Lombok dan Yogyakarta. Keputusan- tak akan memberikan hasil yang diharapkan, keputusan strategis mengenai langkah dan penting disini untuk melibatkan pihak kebijakan pengembangan 'produk pariwisata berkepentingan dalam mengembangkan satu Indonesia,' perumusan kembali 'nama' Bali, strategi dan rencana tindak yang dan pelaksanaan pembangunan yang komprehensif. Untuk itu perlu dibentuk suatu memperhatikan tujuan-tujuan lain di mekanisme multi-stakeholder yang Indonesia perlu dilakukan sedemikian rupa mengkoordinir kegiatan perencanaan dan sehingga menghasilkan tujuan-tujuan wisata pelaksanaan dengan pelibatan perwakilan dari yang baru dan menarik yang memperhatikan berbagai pihak berkepentingan di Bali. Selain pasar wisata kontemporer. Untuk jangka itu, dalam proses otonomi daerah menjadi menengah, hal ini membutuhkan strategi tantangan dalam melakukan upaya koordinasi pariwisata yang baru bagi Bali dan tujuan pengelolaan pariwisata dan fungsi-fungsi wisata lainnya di Indonesia melalui suatu terkait secara efektif. Pariwisata Bali dapat proses yang berjenjang (nasional, provinsi, dikatakan merupakan aset provinsi, sehingga dan kabupaten) dan multi-stakeholder dalam konteks UU No. 22 tahun 1999 (meliputi partisipasi masyarakat luas dan tanggungjawab atas pariwisata, perencanaan pihak berkepentingan lainnya). Kegiatan yang tata ruang dan manajemen lingkungan akan dapat dilakukan perlu diarahkan pada terlaksana lebih efektif seandai diserahkan perencanaan tata ruang, manajemen kepada provinsi. lingkungan, tata pemerintahan, penyaluran bantuan kepada lembaga dan masyarakat 165. Pada Juli 2003, pihak lokal yang lokal agar dapat memetik manfaat dari berkepentingan (polisi, pemerintah, sektor pariwisata berbasis masyarakat serta kegiatan swasta, dan aktor non pemerintah) di Bali lainnya yang terarah pada kebudayaan dan bertemu untuk mengembangkan satu agenda pusaka budaya. tunggal yang bertujuan untuk memulihkan tingkat kedatangan wisatawan ke Bali. Sebagai tindak-lanjut, pihak yang Usaha Kecil Menengah berkepentingan di Jakarta dan Bali perlu menjalin koordinasi secara ketat dalam 167. Sejumlah besar UKM di Bali merumuskan dan melaksanakan suatu rencana memerlukan bantuan untuk menyelamatkan tindak. Strategi yang dikembangkan Gavin usaha dengan prospek jangka panjang yang Anderson & Co, yang dikontrak Badan menjanjikan. Pemerintah dan donor perlu Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata mengarahkan perhatian pada prakarsa yang (BP Budpar), yang menangani permasalahan- membantu kondisi keuangan UKM secara permasalahan utama promosi pariwisata di langsung melalui restrukturisasi pinjaman dan Bali di sejumlah pasar kunci, layak ditinjau kebijakan fiskal lainnya, pelatihan manajemen untuk dijadikan komponen kunci upaya bisnis dalam situasi krisis, serta membantu pemerintah dalam menangani krisis. mereka menembus pasar baru dengan produk yang ada dan pengembangan produk baru. 166. Bali merupakan "permata mahkota" industri pariwisata Indonesia dan prospek pariwisata Pulau Dewata berpengaruh langsung terhadap masa depan sektor tersebut 65 Bab 4: Kesimpulan dan Saran A. Saran untuk Pemulihan Pariwisata 1. Lembaga pemerintah, dengan kemungkinan bantuan dari UNDP/Bank Dunia, disarankan untuk mengkonsolidasi pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang berkaitan dengan pariwisata Bali guna memperkokoh landasan perumusan langkah kebijakan. Pada khususnya, BPS Bali dan Dinas Pariwisata Bali perlu mengkonsolidasi data mereka dan memanfaatkan upaya Dinas Pariwisata Bali dalam mendistribusikannya ke pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Pemerintah dan donor disarankan untuk mendukung pelaksanaan rencana tindak yang dirumuskan dalam pertemuan pada Juli 2003 dan menyalurkan bantuan serupa bagi tujuan- tujuan wisata lainnya seperti Lombok dan Yogyakarta. Pembatalan biaya USD 35 untuk visa kunjungan merupakan permasalahan kunci untuk dipertimbangkan. 3. Pemda Provinsi Bali, NTB, dan tujuan-tujuan wisata lainnya disarankan untuk membentuk Kelompok Pemulihan Pariwisata yang melingkupi berbagai pihak yang berkepentingan (pemerintah, polisi, industri, perwakilan masyarakat) yang melaksanakan strategi pemulihan pariwisata yang komprehensif yang secara efektif mengkoordinir Pokja Pemulihan Pariwisata Nasional dan aktor ditingkat provinsi. Kelompok tersebut lantas akan menghasilkan dokumen strategi dengan kerangka waktu, tahapan pencapaian proyek (milestone), dan sumber daya pelaksanaan yang jelas. Donor dapat ikut berperan dengan menyalurkan bantuan teknis. 4. Pemerintah, dengan kemungkinan bantuan dari pihak donor, disarankan untuk memastikan bahwa langkah kebijakan keamanan yang baru (misalnya kajian ulang keamanan bandara WTO) benar-benar terlaksana dan bahwa sistem keamanan ditingkatkan dan diverifikasi menurut standar internasional. Penempatan Police Advisors, seperti yang pernah dilakukan UNHCR di daerah lain di Indonesia, akan membantu pihak kepolisian dalam meningkatkan keamanan di Bali dan daerah lainnya. 5. Pemerintah disarankan untuk mengintensifkan kegiatan kampanye promosi internasional dan diseminasi informasi pada waktu-waktu tertentu di pasar-pasar kunci sebagai bagian dari strategi umum pemulihan pariwisata. Pemerintah perlu meninjau strategi yang diusulkan Gavin Anderson & Co sebagai bagian dari upaya tersebut. 6. Pemerintah disarankan untuk meninjau kebutuhan terhadap dan opsi yang ada untuk langkah kebijakan fiskal untuk mendukung industri pariwisata yang berada dalam krisis. Donor dapat mendukung pemerintah melalui bantuan teknis dalam memilih opsi respon kebijakan fiskal. 7. Pemda Provinsi Bali, Lombok, dan tujuan wisata kunci lainnya disarankan untuk bekerjasama dengan Pemda tingkat kabupaten serta masyarakat untuk mengidentifikasi proyek-proyek revitalisasi yang layak bagi tempat wisata yang dapat dijalankan masyarakat setempat dengan dana pemerintah atau donor sebagai bagian dari pendekatan pariwisata berbasis masyarakat yang akan membuka lapangan kerja yang sangat dibutuhkan sekarang ini. Donor perlu mempertimbangkan untuk mendukung lembaga-lembaga publik-swasta seperti Bali Heritage Foundation. 8. UNDP dan lembaga donor lainnya disarankan untuk mendukung Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata dalam merumuskan rencana pariwisata nasional dan daerah, termasuk untuk Bali. Kemitraan swasta/publik, seperti Bali Heritage Trust yang baru terbentuk itu, yang dilandasi SK Gubernur pada Februari 2003, membuka kesempatan untuk menggiatkan penyaluran bantuan dalam konteks ini. 9. Pemerintah agar meninjau manajemen pariwisata, perencanaan tata ruang, dan manajemen lingkungan di Bali dengan mempertimbangkan UU No. 22 tahun 1999. 66 Bab 4: Kesimpulan dan Saran B. Saran untuk Membantu Usaha Kecil 10. Pemerintah dan Bank Indonesia di Bali dan Lombok disarankan untuk melakukan musyawarah peninjauan langkah kebijakan, dengan bantuan donor jika perlu, untuk mengidentifikasi respon fiskal yang tepat bagi usaha-usaha di Bali, Lombok, dan mungkin juga di daerah lainnya yang terkena dampak krisis. Hasil musyawarah tersebut perlu dipublikasi dan disosialisasi secara efektif kepada kalangan pengusaha sebelum ditempuhnya langkah kebijakan apapun. 11. Pemda Provinsi, Bank Indonesia, persatuan usaha (seperti Kadin, Asita, Hipmi, Iwapi, dsb.), lembaga keuangan (misalnya BRI, BPR, LPD), dan donor disarankan untuk bekerjasama dalam membentuk dan mengkonsolidasi mekanisme-mekanisme lokal untuk membantu negosiasi ulang pinjaman antara debitor dan kreditor. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah Small Business Roadshow, bantuan teknis kepada lembaga keuangan dan persatuan usaha, dan pelatihan usaha kecil melalui jaringan yang sudah terbentuk. 12. Pemda tingkat provinsi dan kabupaten disarankan untuk mengembangkan strategi dan mendukung proyek percontohan bersama kalangan pengusaha dan koperasi (misalnya Puskowanjati di Jawa Timur) (termasuk kemungkinan bantuan donor dari IFC, AusAID, Jepang, dan USAID) dalam mengembangkan dan melaksanakan prakarsa-prakarsa baru dibidang pemasaran dan promosi perdagangan, dan untuk jangka menengah mengembangkan produk baru di Bali, Lombok, Jawa Timur serta daerah lain yang terkena dampak krisis. 13. UNDP dan/atau IFC disarankan untuk membentuk mekanisme koordinasi yang efektif antara donor, pemerintah, Bank Indonesia, lembaga keuangan, dan persatuan usaha serta aktor lainnya di Bali dan Lombok. 68. 168. Restrukturisasi pinjaman sudah LPD, dalam menentukan langkah kebijakan dirampungkan untuk sejumlah industri yang harus diambil (menerima kerugian atau pariwisata Bali dan jasa-jasa terkait, namun menagih setoran penyelesaian), terutama yang skala permasalahan ternyata terlalu besar menyangkut kredit konsumsi. untuk kapasitas yang ada, terutama bagi usaha-usaha kecil. JITF mengusulkan langkah 169. Sejumlah perusahaan dan aktor bisnis kebijakan sebagai berikut: (a) melanjutkan menganjurkan skema kredit murah kegiatan monitoring terhadap situasi, (b) (subsidized credit). Walau akses terhadap memudahkan mekanisme negosiasi kredit lunak dapat cukup bermanfaat bagi restrukturisasi pinjaman, (c) membantu UKM sebagian usaha, namun melihat situasi dalam perencanaan manajemen sederhana, perekonomian yang tidak pasti seperti penyiapan arus kas serta ketrampilan sekarang, kredit lunak bukan merupakan manajemen keuangan lainnya guna membantu intervensi yang tepat karena dapat debitur mengelola usaha dan merundingkan menimbulkan kesulitan keuangan yang lebih dengan kreditor syarat-syarat pelunasan yang parah bagi usaha-usaha yang tengah bergelut realistis, dan (d) mendukung lembaga- melawan krisis. Permasalahan ini perlu lembaga keuangan, terutama lembaga dianalisa secara cermat, namun pemberian keuangan berskala kecil seperti BPR dan pinjaman melalui penambahan dana modal 67 Bab 4: Kesimpulan dan Saran kerja secara kasus per kasus dapat luar negeri dan sarana promosi perdagangan memberikan manfaat jangka panjang yang dalam melakukan kegiatan pemasaran. cukup penting. Kesejahteraan Sosial 170. Akses pasar merupakan permasalahan utama yang dihadapi usaha kecil yang terkena 171. Dampak krisis terhadap kesejahteraan imbas dampak krisis. Dampak krisis terasa sosial makin memburuk sejak Januari 2003 sampai jauh di luar Bali dan untuk itu dan sekarang Bali benar-benar mulai diperlukan upaya pemasaran dan promosi mengalami krisis sosial ekonomi seperti yang perdagangan yang lebih baik guna diramalkan akan terjadi menyusul tragedi mendukung usaha-usaha yang bermasalah Kuta. Pihak pemerintah dan donor perlu akibat krisis. Penyediaan informasi secara menjalankan program JPS yang terarah guna efektif, kerjasama antara provinsi dan, jika membantu mereka yang terkena imbas perlu, penggunaan teknologi informasi dan terparah krisis. Sedapat mungkin program JPS media massa dapat menghemat biaya kegiatan memanfaatkan respon masyarakat setempat promosi. Pemda dan persatuan-persatuan dan menghindari terciptanya ketergantungan, usaha perlu melibatkan misi-misi Indonesia di yang dapat terjadi, misalnya, melalui pembagian uang tunai. Instrumen kebijakan C. Saran Langkah Kebijakan Pemeliharaan Kesejahteraan Sosial 14. ADB dan Bank Dunia, dengan bantuan pemerintah Belanda, disarankan untuk memutuskan bersama Pemda lokal dan provinsi apakah dana sekolah terarah perlu disalurkan di daerah-daerah yang paling menderita akibat dampak krisis (yang diidentifikasi oleh survei sekolah baru-baru ini) pada saat awal tahun ajaran baru. 15. Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan Pemda, jika perlu dengan bantuan ADB, disarankan untuk memastikan terdapatnya mekanisme yang efektif untuk menyalurkan Kartu Sehat kepada keluarga-keluarga yang memenuhi syarat dan bahwa Puskesmas dan rumah sakit memiliki dana yang cukup untuk merawat pasien yang memiliki Kartu Sehat tersebut. 16. Penyaluran dana masyarakat melalui KDP, BUIP dan CRP disarankan untuk dikoordinir secara lebih baik dengan pemerintah dan diarahkan kepada masyarakat yang paling menderita akibat krisis. Mekanisme-mekanisme ini perlu dikoordinir secara efektif dengan program pemulihan lainnya, jika memungkinkan. 17. UNDP dengan kemungkinan bantuan dari ILO dan lembaga lainnya (seperti KDP, AusAID) disarankan untuk membantu pelaksanaan kajian cepat bursa tenaga kerja dan pencari kerja bersama Pemda di daerah-daerah kunci. Hasil kajian dapat membantu merumuskan program dan insentif yang konkrit dalam menciptakan lapangan kerja yang dikaitkan ke pengembangan UKM dan diversifikasi perekonomian lokal, kesempatan untuk mengikuti pelatihan kejuruan, lembaga pelatihan kejuruan, program kerja padat-karya, dan pendekatan yang lebih baik dalam menangani masalah pengangguran. 18. Sub Tim Provinsi untuk Bidang Pemulihan Sosial Perekonomian disarankan untuk menjalin koordinasi secara efektif dengan proyek-proyek donor terkait. 68 Bab 4: Kesimpulan dan Saran utama yang dapat dipakai donor adalah dana 175. Menurut informasi terkini, semenjak sekolah dan dana/kredit masyarakat. krisis, jam kerja dan gaji ratusan ribu pekerja dipangkas untuk waktu yang tidak terbatas, 172. Pendidikan dan kesehatan merupakan sementara banyak lainnya kehilangan dua sektor kunci yang perlu diperhatikan oleh pekerjaan dan mata pencaharian. program perlindungan sosial. Yang perlu Pengangguran, dan yang lebih penting lagi dipastikan adalah bahwa anak tidak putus pengangguran terselubung, muncul sebagai sekolah dan bahwa mutu pendidikan tidak salah satu permasalahan kunci yang perlu menurun akibat lesunya industri pariwisata ditangani, dan menyoroti perlunya penyaluran Bali. Akses terhadap pelayanan kesehatan respon dalam hal (a) bantuan dalam hubungan dasar dan rumah sakit perlu dijaga dan dan mediasi pegawai / majikan, (b) mereka yang memenuhi syarat untuk penciptaan lapangan kerja, (c) bantuan untuk mendapat Kartu Sehat perlu diidentifikasi. pencari kerja / ketrampilan yang efektif / program pembelajaran ketrampilan baru, dan 173. Kualitas dan kuantitas pendidikan di (d) kaitan dengan pengembangan UKM bagi Bali terus menurun. Monitoring kualitatif dan wiraswastawan dengan gagasan dan konsep kuantitatif sangat penting dalam menentukan usaha baru.61 sejauh mana sekolah terkena dampak krisis. Survei lanjutan perlu dilakukan guna mengkaji perubahan-perubahan dalam Menangani Dampak Ekonomi Sosial dan komposisi sekolah setelah memasuki tahun Ketegangan Sosial ajaran baru. 176. Pemeliharaan keamanan dan 174. Penyaluran dana masyarakat penanganan ketegangan sosial yang timbul merupakan cara yang efektif untuk akibat krisis memainkan peran kritis dalam merangsang perekonomian lokal pada saat respon di Bali. Meski masyarakat setempat krisis. Dana yang disalurkan secara terarah dan pecalang memainkan peran penting dalam untuk sektor pendidikan dapat menanggulangi keamanan lingkungan, aktor keamanan kunci dampak krisis pada sekolah, sekaligus yang diidentifikasi di Bali adalah pihak menjaga angka pendaftaran murid. Respon kepolisian. Donor dan pemerintah dapat donor yang melibatkan dana masyarakat membantu polisi dan pihak terkait lainnya adalah Proyek Pembangunan Kecamatan dan yang bertanggungjawab atas keamanan Program Pemulihan Keberdayaan dengan memastikan bahwa kebijakan Masyarakat, dan kepada pemerintah pusat keamanan terlaksana dan Bappeda Bali telah mengajukan usulan dioperasionalisasikan, kebijakan standar kegiatan dibidang pemulihan dimana operasi dan profesionalisme terpenuhi, dan pengadaan dana masyarakat merupakan bagian kunci. Saat ini pengadaan dana 61 AusAID Bali Rehabilitation Fund telah masyarakat masih terbatas karena kekurangan menyelenggarakan kajian kebutuhan pelatihan untuk dana atau tidak adanya mekanisme Bali dan Lombok. Dalam kajian tersebut, penduduk operasional. Diseminasi skema penyaluran Bali mengidentifikasi hanya sejumlah kecil kesempatan dana masyarakat dapat membantu untuk bekerja diluar industri pariwisata, meski banyak menentukan sejauh mana program-program yang ingin memperoleh mata pencaharian diluar sektor tersebut. Pelatihan yang tidak dikaitkan dengan tersebut menangani dampak sosial langsung kesempatan kerja dan penciptaan lapangan kerja akan yang ditimbulkan kelesuan pariwisata di Bali. sia-sia. Sebaliknya, pelatihan yang diberikan perlu diarahkan pada penempatan kerja, program magang, dan penciptaan lapangan kerja diluar sektor pariwisata. 69 Bab 4: Kesimpulan dan Saran D. Saran untuk Menjaga Keamanan Lokal dan Menangani Ketegangan Sosial 19. Pemerintah dan pihak donor lainnya disarankan untuk membantu Polda dalam pengadaan perlengkapan dan dana operasional yang memadai guna meningkatkan keamanan dan kinerja polisi Bali. Donor dapat membantu polisi dalam mengembangkan pemolisian masyarakat yang efektif dan profesional melalui peran Police Advisors. 20. Pemerintah dan kalangan donor disarankan untuk mengembangkan respon preventif berbasis wilayah di kecamatan-kecamatan yang mengalami ketegangan sosial yang tinggi akibat krisis. Respon tersebut dapat berupa bantuan kepada lembaga lokal dan forum masyarakat maupun kegiatan program yang menangani akar permasalahan ketegangan sosial seperti pengangguran dan tindak kejahatan. kepercayaan terhadap polisi ditingkatkan diversifikasi ekonomi dengan tujuan melalui pemolisian masyarakat dan langkah membantu pertumbuhan dan pembangunan kebijakan lainnya. kabupaten tempat pariwisata tidak memainkan peran nyata dalam perekonomian. 177. Beberapa daerah di Bali tetap prihatin UKM di Bali, Jawa Timur, Lombok, dan bahwa dampak krisis dan ketegangan sosial daerah lainnya yang menggantungkan diri dapat mengancam keamanan setempat. pada pasar Bali perlu dibantu agar dapat Keprihatinan tersebut sebagian besar dipicu mengurangi tingkat ketergantungan pada permasalahan pemuda dan pengangguran, tingkat kedatangan wisatawan dan namun penyebab dan konteks spesifik menciptakan perekonomian yang lebih berbeda-beda antara satu tempat dengan yang berkelanjutan. Mengingat eratnya kaitan lain. Untuk itu kerjasama dengan pihak lokal antara Bali, Jawa Timur, dan Lombok, biaya yang berkepentingan perlu tetap dibina dalam pemasaran produk dapat dihemat jika merumuskan pendekatan dan tindakan untuk melibatkan kerjasama antara mereka. menangani akar permasalahan ketegangan sosial tersebut. Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang 4.2 Dari Pemulihan sampai ke 179. Pariwisata merupakan pilar utama Pembangunan dan Pertumbuhan ekonomi Bali dan terpusat di kawasan selatan Berkelanjutan pulau tersebut. Untuk masa mendatang, Bali perlu menyeimbangkan strategi 178. Masa depan pariwisata kian tak pembangunannya agar (i) penyaluran manfaat menentu menyusul sejumlah peristiwa yang pariwisata dapat berlangsung secara lebih terjadi di dalam dan luar negeri, yang makin merata, (ii) dikembangkannya lingkungan menyoroti risiko bawaan yang melekat pada yang kondusif untuk penanaman modal, (iii) sektor ini dan pada industri pariwisata secara terbantunya sektor lainnya sehingga risiko keseluruhan. Hal ini lantas diperburuk bawaan yang melekat pada sektor pariwisata stagnasi pertumbuhan pariwisata Bali, dimana dapat ditanggulangi, dan (iv) menciptakan target jangka panjang untuk merevitalisasi kebijakan pembangunan pedesaan yang Pulau Dewata sebagai tujuan wisata unggulan efektif yang menguntungkan mereka yang membutuhkan perencanaan strategis. tidak memperoleh manfaat langsung dari Daripada terus mengandalkan pariwisata di pariwisata. masa mendatang, Bali perlu melakukan 70 Bab 4: Kesimpulan dan Saran E. Saran untuk Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang di Bali 21. Donor disarankan untuk membantu kabupaten-kabupaten yang terkena dampak krisis dengan mengembangkan rencana pengembangan ekonomi baru yang terarah pada sektor pedesaan. Disarankan untuk, bersama perguruan tinggi lokal dan pihak berkepentingan lainnya, mengkoordinir perumusan strategi pembangunan ekonomi jangka panjang untuk kabupaten-kabupaten di Bali dan Lombok. 22. Pemerintah dan donor disarankan untuk membantu pengkajian ulang kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan penanaman modal dan skema insentif guna menarik minat penanam modal kecil di Bali dan Lombok. 23. Pemda disarankan untuk memanfaatkan informasi dalam kajian ini serta sumber informasi lainnya dengan pengarahan dari pihak lokal yang berkepentingan dan proyek-proyek donor dalam rangka mengembangkan dan mengoperasionalisasikan strategi hasil revisi untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. 180. Pemda tingkat kabupaten di Bali dan pasar untuk memetik hasil yang lebih menyinggung perlu dikembangkannya besar dari sektor-sektor baru dengan nilai rencana pembangunan ekonomi yang tambah yang lebih tinggi. Hal ini memerlukan komprehensif, terutama untuk sektor respon jangka panjang, yaitu: pedesaan. Pengembangan kebijakan dan program pembangunan ekonomi pedesaan a. Analisa Pasar dan Riset dan yang efektif akan berdampak nyata terhadap Pengembangan Produk golongan penduduk termiskin dan sekaligus b. Lembaga Pengembangan Bisnis membantu terciptanya peluang-peluang c. Akses terhadap Modal realistis yang dapat mengurangi arus migrasi d. Promosi Dagang ke daerah perkotaan. e. Pengembangan Kapasitas dan Ketrampilan UKM 181. Meski tengah mengalami krisis, Bali f. Jaringan dan Informasi Perdagangan tetap memiliki potensi penamanan modal yang besar. Penanam modal asing membawa 183. Pemerintah dan donor dapat (i) serta ketrampilan dan pengalaman yang dapat mengidentifikasi dan menguatkan klaster mengembangkan industri bernilai tambah ekonomi, industri desa, UKM, dan sistem lebih tinggi. dagang / jaringan yang adil, (ii) memberi bantuan teknis dalam hal pengembangan disain, inovasi, produksi, pemasaran, dan Usaha Kecil: Membangun Sektor Swasta pengelolaan produk serta strategi bisnis, (iii) yang Kokoh membantu pendidikan dan pelatihan kejuruan 182. Banyak produk Indonesia yang untuk pekerja yang tidak terlatih sehingga memanfaatkan Bali sebagai ruang pamer. menjadi terlatih dan membantu lembaga- Namun pada saat Indonesia pada umumnya lembaga kejuruan, (iv) memanfaatkan menghadapi persaingan yang makin ketat dari teknologi informasi dan alat multimedia untuk negara-negara lain di pasar ekspor, maka membantu, mencari, dan merebut pasar-pasar untuk jangka panjang Bali, Jawa Timur, dan baru, (v) menyediakan informasi dan Lombok perlu memupuk inovasi, daya saing, pelatihan bagi usaha kecil dan koperasi 71 Bab 4: Kesimpulan dan Saran F. Saran untuk Peningkatan Koordinasi dan Perencanaan Respon 24. UNDP dan pemerintah disarankan untuk mendiseminasi hasil kajian kepada pihak yang berkepentingan ditingkat nasional, provinsi, dan lokal. 25. Pemerintah ditingkat pusat, provinsi, dan kabupaten disarankan untuk bekerjasama dalam melaksanakan suatu proses perencanaan yang komprehensif namun cepat dengan bantuan pengarahan dari pihak sektor swasta dan non-pemerintah lokal yang berkepentingan dengan tujuan mendefinisikan dan mengarahkan respon pemulihan yang spesifik. Proses ini dapat dipimpin oleh Tim Provinsi untuk Bidang Pemulihan Sosial Ekonomi, dan pihak donor dapat membantu dalam hal ini. 26. Pemerintah, UNDP, dan donor lainnya disarankan untuk bekerjasama dalam menyelenggarakan pertemuan publik di Bali, Jawa Timur, dan Lombok yang membahas temuan-temuan laporan ini. 27. Pemanfaatan sumbangan masyarakat dan individu dapat diikoordinir secara lebih baik dengan respon donor dan pemerintah sehingga sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara lebih efektif dalam memenuhi berbagai kebutuhan. mengenai teknologi yang dapat diterapkan, Koordinasi dan Perencanaan (vi) mengkonsolidasi informasi tentang potensi perekonomian sehingga memudahkan 185. Belum ada kerangka kerja pemulihan akses terhadap informasi tersebut oleh UKM, Bali yang komprehensif dan terprioritaskan. koperasi, dan penanam modal kecil. East Kajian ini merupakan kesempatan bagi Indonesia Small Business Facility milik IFC, pemerintah ditingkat pusat, provinsi, dan dengan kantor di Denpasar, akan memainkan kabupaten untuk bekerjasama dalam peran kunci dalam mengembangkan beberapa merumuskan respon krisis jangka pendek diantara pendekatan tersebut di atas dalam (misalnya melalui mekanisme penanganan rangka membangun sektor swasta yang kuat, krisis pemerintah dan bantuan donor) dan dimana IFC perlu membagi pengalamannya respon pembangunan jangka panjang secara efektif dengan pihak berkepentingan (misalnya melalui APBD/APBN). lainnya. 186. Koordinasi antara bantuan donor dan respon pemerintah perlu ditingkatkan agar 4.3 Pemberlanjutan Pengawasan dan tidak tumpang-tindih dan untuk membina Koordinasi Donor sinergi antar respon. Sejumlah besar sumber daya telah dikerahkan melalui donasi private. 184. Dengan berlanjutnya krisis dan Meski ada mekanisme koordinasi masyarakat dibutuhkannya respon yang lebih kuat, maka madani, penyaluran dana untuk korban kasus kegiatan pengawasan perlu dilanjutkan, bom Bali belum terkoordinir dengan koordinasi perlu ditingkatkan dan mengalirnya donasi dari berbagai sumber. perencanaan secara bersama perlu Untuk itu perlu ada koordinasi yang lebih dilaksanakan. baik agar dana yang digalang dapat disalurkan kepada mereka yang terkena dampak - baik langsung maupun tidak - tragedi Kuta. 72 Bab 4: Kesimpulan dan Saran Monitoring dan Evaluasi pemerintah dan donor tentang kinerja pelaksanaan dan tingkat efektivitas respon. 187. Kegiatan monitoring dan pengkajian Sistem seperti itu akan bermanfaat selama 12 perlu dilanjutkan karena krisis belum bulan ke depan dalam memberikan evaluasi berakhir. Selain itu, tidak ada sistem secara berlanjut mengenai mekanisme respon. monitoring dan evaluasi yang independen yang dapat memberikan umpan-balik kepada G. Saran untuk Kegiatan Monitoring dan Evaluasi di Masa Mendatang 28. ADB atau Bank Dunia disarankan untuk mengulang survei sekolah pada November 2003 yang dilaksanakan oleh Universitas Udayana. Perluasan survei tersebut ke daerah-daerah lain, termasuk Jawa Timur, harus dipadu dalam suatu sistem monitoring sekolah pasca desentralisasi yang bersifat lebih umum. 29. Bank Dunia disarankan untuk mengulang survei responden kunci pada November 2003 yang dilaksanakan oleh Universitas Udayana. 30. IFC Bali Facility disarankan untuk mengulang survei industri pada November 2003 yang dilaksanakan oleh Universitas Udayana. 31. Bank Dunia disarankan untuk menyediakan informasi monitoring melalui jaringan fasilitator KDP di 47 kecamatan dan sebuah survei yang dilaksanakan oleh Universitas Udayana. 32. Bank Dunia bekerjasama dengan GTZ PROFI dalam melakukan monitoring terhadap lembaga-lembaga keuangan lokal. 33. Pemerintah dan donor disarankan untuk mempertimbangkan untuk mendukung suatu mekanisme monitoring dan evaluasi yang terbatas yang dapat mengumpan-balik informasi tentang kendala dan tingkat efektivitas program pemulihan Bali. 73 Lampiran 1: Program Pengelolaan Pengaruh Tragedi Bali yang dilakukan oleh berbagai Departemen, Kementrian, Badan Non-Departemen, dan Pemerintah Daerah ANGGARAN ANGGARAN DILUAR NO PROGRAM NASIONAL DAERAH ANGGARAN TOTAL (TF003) (FY 2003) NASIONAL A. (Sumber: BAPPENAS, Mei 2003). Departemen, Kementrian, Badan Non-Departemen, dan Pemerintah Daerah 1 Kantor Menkopolkan 8,969,367,000 8,969,367,000 2 Kantor Menkokesra 40,000,000,000 40,000,000,000 3 Departemen Perhubungan 2,400,000,000 122,000,000,000 124,400,000,000 4 Departemen Dalam Negeri 3,650,000,000 46,500,000,000 50,150,000,000 5 Departemen Keuangan 22,659,158,000 22,659,158,000 6 Departemen Perindustrian dan Perdagangan 2,005,386,000 2,005,386,000 7 Departemen Kesehatan 69,472,770,040 48,369,000,000 117,841,770,040 8 Kantor Menteri Negara Koperasi dan PPK 23,746,000,000 23,746,000,000 9 Departemen Pendidikan Nasional 260,214,450,000 260,214,450,000 10 Departemen Kimpraswil 72,369,160,000 72,369,160,000 11 Badan Pengembangan Budaya dan Pariwisata 180,000,000,000 180,000,000,000 12 Departemen Luar Negeri 13 Departemen Tenaga Kerja 14 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 15 Departemen Agama 16 BAPPENAS 17 Kantor Menteri Negara BUMN Sub-Total (Pemerintah Pusat) 652,770,924,040 249,584,367,000 902,355,291,040 B. Pemerintah Daerah 1 Propinsi Bali 207,193,810,700 35,097,012,000 748,466,300,000 990,757,122,700 2 Propinsi Jawa Timur 15,750,000,000 15,750,000,000 3 Propinsi Sulawesi Selatan 8,195,000,000 3,200,500,000 11,395,500,000 4 Propinsi Jawa Tengah 5 Propinsi DI Yogyakarta 6 Propinsi NTB Sub-Total (Pemerintah Daerah) 231,138,810,700 38,297,512,000 748,466,300,000 1,017,902,622,700 Total (Pemerintah) 883,909,734,740 38,297,512,000 998,050,667,000 1,920,257,913,740 74 Lampiran 2: Matriks Pemulihan Pemerintah Propinsi Bali untuk (A) Darurat, (B) Pemulihan jangka pendek, (C) Pemulihan jangka menengah, dan (D) Pemulihan jangka panjang. A. Fase Darurat Tindakan Instansi Waktu Pemulihan sosial Pembentukan dan lokakarya tim nasional dan 1 Bappenas / Bappeda Minggu ke-4 Oktober 2002 daerah Pemulihan imej I: Roadshow, media asing and November 2002 - 2 Deplu, Pemprop Bali, Dep. Budpar, BTB kegiatan luar negeri Januari 2003 Pemulihan citra positif pariwisata Bali melalui November 2002 3 pendekatan kemanusiaan (keagamaan, dukungan Dep. Agama, Deplu, Pemprop Bali, Dep. Budpar, BTB bagi korban) 4 Pengembangan paket-paket pariwisata ASITA, PHRI, Maskapai penerbangan, DIPARDA November 2002 5 Konsolidasi dengan investor besar di Bali KADIN, BTB, BTDC, Dep. Budpar, DIPARDA November 2002 Peningkatan pelayanan dan keamanan (hotline Polisi, badan pariwisata dan perhubungantourism, pemerintah daerah dan 6 polisi, peralatan, keamanan lingkungan, sistem November 2002 masyarakat domisili, polisi pariwisata, penjagaan pintu masuk) Pembersihan lokasi bom dan perencanaan Pemda Bali/ Dinas PU 7 November 2002 monumen Penilaian pengaruh sosio-ekonomi (kelompok Institusi/Tim Koordinasi Pemulihan Kondisi Sosial Ekonomi Pasca Tragedi November 2002 - 8 miskin, pengusaha kecil, dll.) Kuta Januari 2003 Insentif (biaya penerbangan dan paket pariwisata 9 PT. Angkasa Pura, M. Culture & Tourism domestik) 10 Pelayanan rumah sakit Dinas Kesehatan November 2002 Perbaikan sistem air bersih, jalan, drainase, dan Dinas PU 11 Desember 2002 trotoar 12 Keamanan pangan Dinas Pertanian Oktober 2002 Pelaporan dan akuntabilitas publik dan pemilihan Institusi / Tim koordinasi Pemulihan Kondisi social Ekonomi Pasca 13 Januari 2003 sosio-ekonomi di Bali Tragedi Kuta 75 B. Pemulihan Jangka Pendek Tindakan Instansi Waktu B1. Pemulihan Sosial Pelaksanaan program pembangunan sosio-ekonomi berbasis masyakarat di 1 Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali Februari - April 2003 desa-desa adat miskin (KDP, CBD dll.) Pelayanan sosial dasar untuk kelompok miskin dan korban (kesehatan dan 2 Dinas Kesehatan Februari-April 2003 pendidikan) Pengembangan prasarana sosio-ekonomi masyarakat di lokasi bom, Kuta- 3 Dinas PU Februari - April 2003 Legian (air bersih, drainase, jalan, perumahan) Institusionalisasi forum antar-agama di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, 4 Biro Tata Pem Balimas April 2003 dan propinsi untuk meningkatkan kohesi masyarakat 5 Pengaturan dan keamanan di titik masuk ke Bali Polisi, pemerintah daerah Februari - April 2003 6 Perbaikan kesejahteraan sosial (dukungan bagi korban) Dinas Sosial 7 Pengembangan usaha dan dukungan bagi pengusaha kecil dan menengah Dinas Kop, PK&M 2003 8 Kredit untuk koperasi termasuk melalui subsidi BBM Dinas Kop. PK&M 2003 Pemberdayaan sumber daya manusia dan penguatan institusi koperasi serta 9 Dinas Kop, PK&M 2003 pengusaha kecil dan menengah B2. Kampanye Bali Damai 1 Pemulihan imej II: Roadshow, media asing and kegiatan luar negeri Deplu, Pemprop Bali, Dep. Budpar, BTB Februari-April 2003 2 Pelaporan dan akuntabilitas publik dari pemulihan sosio-ekonomi Bali Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali April 2003 B3. Economic Recovery 1 Restructuring credit of SMEs Tim Koordinasi Pemulihan Bali Februari - April 2003 2 Supporting business through subsidised credit, tax breaks etc. Tim Koordinasi Pemulihan Bali Februari - April 2003 Programme to facilitate the intensification and diversification of SMEs in job 3 Tim Koordinasi Pemulihan Bali Februari - April 2003 creation, production skills, marketing, credit, trading house Kebijakan ekonomi nasional dan lokal yang kondusif bagi pemulihan 4 Tim Koordinasi Pemulihan Bali Februari - April 2003 ekonomi 5 Pengembangan rute penerbangan internasional Merpati Nusantara Pengembangan usaha agribisnis perikanan, pengelolaan dan pengembangan 6 Dinas Perikanan 2003 sumber daya laut serta perikanan 7 Penyediaan hewan peternakan bagi masyarakat Dinas Pertenakan 2003 Pengembangan keamanan pangan (keamanan pangan, agribisnis, 2003 8 Dinas Pertanian hortikultura, pemberdayaan pekerja pertanian) Pengembangan agribisnis perkebunan (kredit, pengembangan, pengelolaan, 9 Dinas Perkebunan 2003 pemasaran, prasarana) 10 Pelayanan teknis di bidang produksi Dinas Perindag 2003 11 Pelayanan teknis serta promosi perdagangan domestik dan luar negeri Dinas Perindag 2003 76 C. Pemulihan Jangka Menengah Tindakan Instansi Waktu C1. Pemulihan Sosial 1 Reorientasi program pembangunan daerah agar pro-miskin Tim Koordinasi Pemulihan Bali dan DPRD 2003 Pelaksanaan program pembangunan sosio-ekonomi berbasis masyakarat di desa- 2 Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali 2003 - 2005 desa adat miskin (KDP, CBD dll.) Pelayanan sosial dasar untuk kelompok miskin dan korban (kesehatan dan 3 Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali 2003 - 2005 pendidikan) Pengembangan prasarana sosio-ekonomi masyarakat di lokasi bom, Kuta-Legian 4 2003 - 2005 (air bersih, drainase, jalan, perumahan) Institusionalisasi forum antar-agama di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan 5 Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali 2003 - 2005 propinsi untuk meningkatkan kohesi masyarakat 6 Normalisasi pengaturan dan keamanan di pintu masuk Polda Bali, Pemda Bali 2003 - 2005 Perbaikan pelayanan dan keamanan (asuransi untuk pekerja bidang pariwisata, 7 keamanan bandara, plang petunjuk) C2. Kampanye Bali Damai Pemulihan imej III: Roadshow, media asing and kegiatan luar negeri Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali; 1 2003 - 2005 Diparda Pelaporan dan akuntabilitas publik dari pemulihan sosio-ekonomi Bali/tata 2 Tim Koordinasi Pemulihan Bali 2003 - 2005 pemerintahan yang baik 3 Pendidikan masyarakat dan peningkatan Gerakan Disiplin Nasional Polri, Instansi terkait, Industri Pariwisata C3. Pemulihan Ekonomi 1 Restrukturisasi credit usaha kecil dan menengah Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali 2003 - 2005 2 Dukungan usaha melalui kredit tersubsidi, pengurangan pajak, dll. Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali 2003 -2005 Program untuk memfasilitasi intensifikasi dan diversifikasi UKM di bidang 3 Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali 2003 - 2005 penciptaan lapangan kerja, keahlian produksi, pemasaran, kredit, perdagangan 4 Kebijakan ekonomi nasional dan lokal yang kondusif bagi pemulihan ekonomi Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali 2003 - 2005 Program pengembangan Pariwisata Bali yang berwawasan lingkungan dan 5 Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali 2003 - 2005 pertumbuhan yang pro-miskin 6 Pengembangan `Wisata Bahari'(pembangunan Pelabuhan Benoa dan marina) Pemda Bali, Pelindo, Dephub, Gahawisri 7 Program untuk memperkuat sektor ekonomi yang non-pariwisata Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Bali 2003 - 2005 8 Insentif keuangan (pengurangan tarif, pembaharuan pajak, dll.) PT. PLN, Meneg BUMN, Dep.Keu Pemasaran dan hubungan masyarakat (keikutsertaan perusahaan profesional Pata Annual Conf. Host Committee, 9 untuk melakukan humas, keamanan; undang pelaksana tur; pembuatan film; Kementerian & BP Budpar, Pemda Bali, BTB, 2003 Konferensi PATA; kerjasama ASEAN; malam dana dengan artis internasional) Tourism Associations Promosi paket pariwisata domestik BP Budpar, BTB, Industri Par, Asosiasi Par, 10 Pemda Bali 77 D. Pemulihan Jangka Panjang Tindakan Instansi Waktu D1. Pemulihan Sosial Tim Koordinasi Pemulihan Kondisi sosial ekonomi 1 Membuat perencanaan skenario bagi masa depan Bali 2004 - 2005 Pasca Tragedi Kuta dan DPRD Institusionalisasi forum antar-agama di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, Institusi /Tim Koordinasi Pemulihan Kondisi sosial 2 2003 dan propinsi untuk meningkatkan kohesi masyarakat Ekonomi Pasca Tragedi Kuta Tourism Associations, Depkes, Ditjen Imigrasi Perbaikan pelayanan dan keamanan (asuransi untuk pekerja bidang maskapai Penerbangan, Dephub, PT. Angkasa Pura, 3 pariwisata, fasilitas kesehatan darurat di daerah pariwisata, pelayanan maskapai Penerbangan, Dep Kimpraswil, Pemda keimigrasian, keamanan bandara, plang petunjuk, dll.) Bali, Kabupaten /Kota D2. Diplomasi untuk Bali Damai Institusi / tim Koordinasi Pemulihan Kondisi sosial 1 Pembentukan badan untuk mempromosikan Bali 2005 ekonomi Pasca Tragedi Kuta Pelaporan dan akuntabilitas publik dari pemulihan sosio-ekonomi Bali/tata Institusi / tim Koordinasi Pemulihan Kondisi sosial 2 2003 ­ 2005 pemerintahan yang baik Ekonomi pasca Tragedi Kuta D3. Economic Recovery Program untuk memfasilitasi intensifikasi dan diversifikasi UKM di bidang Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Kondisi sosial 1 penciptaan lapangan kerja, keahlian produksi, pemasaran, kredit, 2003 Ekonomi Pasca Tragedi Kuta perdagangan Kebijakan ekonomi nasional dan lokal yang kondusif bagi pemulihan Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Kondisi Sosial 2 2005 ekonomi Ekonomi pasca Tragedi Kuta Pembentukan Program Pengembangan Pariwisata yang menekankan pada Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Kondisi sosial 3 2005 pelestarian lingkungan dan pertumbuhan pro-miskin Ekonomi Pasca Tragedi Kuta Institusi / Tim Koordinasi Pemulihan Kondisi Sosial 4 Program untuk memperkuat sektor ekonomi yang non-pariwisata 2005 Ekonomi Pasca Tragedi Kuta 5 Kampanye media internasional BP Budpar, BTB 6 Pembangunan monumen tragedi Bali Dep. Kimpraswil, Pemda Bali Instansi terkait Industri Par, LSM, Deperindag, Dept. Pendidikan masyarakat dan peningkatan Gerakan Disiplin Nasional (Sadar 7 pertanian, Dep. kelautan & Perikanan, Instansi pariwisata di tingkat desa, pelatihan pengembangan produk non-pariwisata) terkait 78 Lampiran 3: Tanggapan terhadap Krisis di Bali dari Pemerintah-pemerintah Kabupaten. Daftar ini berdasarkan pertemuan dengan para pemerintah kabupaten yang dilakukan oleh UNDP pada Juni 2003, serta merupakan tanggapan yang diutarakan oleh para pejabat pada pertemuan-pertemuan tersebut. Kabupaten Tanggapan Rencana dan Kebutuhan Masa Depan · Hotel diberikan masa tenggang pembayaran pajak (PHR) dari bulan · Peningkatan keamanan tingkat masyarakat. Oktober 2002. · Dana bergulir untuk industri yang banyak · Meminta hotel untuk menghindari kelebihan staf dan melakukan menciptakan lapangan kerja. pertemuan dengan para serikat pekerja dan asosiasi hotel. Denpasar · Penyediaan pelatihan bagi yang tidak mempunyai pekerjaan. · Pengaturan kejelasan domisili yang dilakukan atas kerjasama dengan Forum Kepala Desa dan Forum Pimpinan Adat. · Pembentukan Badan Koordinasi Keamanan di Sanur. · Pelayanan gratis di pusat kesehatan bagi semua warga. · Hotel diberikan masa tenggang pembayaran pajak (PHR) dari bulan · Mempertahankan dan memperbaiki upaya Oktober 2002. keamanan. · Distribusi PHR ke Kabupaten lainnya (kecuali Gianyar dan · Dukungan jangka pendek guna (i) Denpasar) dikurangi dari 30% ke 22%. mengembangan ekonomi pedesaan, (ii) Badung · Penyediaan pelatihan bagi yang tidak mempunyai pekerjaan. meningkatkan SDM, (iii) meningkatkan · Identifikasi pengalaman kerja dan penempatan bagi yang tidak investasi skala kecil. mempunyai pekerjaan. · Dukungan asistensi teknis jangka panjang · Pengaturan kejelasan domisili. untuk pengembangan rencana dasar pembangunan ekonomi. · Promosi pariwisata dengan agen perjalanan lokal dengan fokus pada · Mendukung upaya menanggapi pengaruh turis domestik. ekonomi secara cepat. · Promosi kerajinan tangan. · Bantuan fasilitas keamanan. Gianyar · Pengaturan kejelasan domisili dan pengembalian individu tanpa · Dukungan untuk pembangunan dan KTP. perencanaan pariwisata. · Asistensi teknis untuk mendukung pengembangan strategi mengatasi krisis. · Penyediaan pelatihan bagi yang tidak mempunyai pekerjaan dan · Mendukung upaya peningkatan keamanan; penciptaan lapangan kerja baru. program-program sosial. · Pemberian kredit usaha kecil bagi masyarakat melalui skema desa · Asistensi teknis jangka panjang untuk Klungkung adat. mendukung pengembangan rencana dasar · Pengaturan kejelasan domisili. pembangunan ekonomi. · Peningkatan keamanan tingkat masyarakat. 79 Kabupaten Tanggapan Rencana dan Kebutuhan Masa Depan · Promosi kerajinan tangan dilakukan, namun hasilnya terbatas. · Mendukung upaya peningkatan keamanan; · Penyediaan pelatihan bagi yang tidak mempunyai pekerjaan. program-program sosial. Bangli · Asistensi teknis untuk pengembangan potensi ekonomi daerah. · Asistensi pengembangan usaha. · Penurunan anggaran pemerintah sekitar 10% semakin membatasi · Pemeliharaan keamanan melalui asistensi teknis kemampuan memberi tanggapan. dan peralatan. · Promosi kesempatan kerja luar negeri/TKI (mis. Korea Selatan). · Mendukung pembentukan industri berbasis · Program padat karya dicanangkan di empat desa. masyarakat guna menciptakan kesempatan kerja · Dukungan ekonomi lokal di beberapa kecamatan, termasuk bantuan yang luas. Tabanan penyedian hewan ternak, modal dan peralatan. · Asistensi teknis untuk mendukung strategi · Kredit untuk petani untuk mendukung keamanan pangan di 8 kecamatan. pembangunan ekonomi setelah bom bulan Oktober. · Proyek percontohan di Kecamatan Kediri untuk membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). · Pembangunan pasar desa di satu kecamatan. · Kredit bergulir untuk perbaikan rumah bagi keluarga miskin. · Melakukan aktifitas promosi. · Asistensi teknis untuk menyusun rencana · Pembangunan pasar seni. pengembangan pariwisata di Jembrana. TA to · Rp. 15 milyar untuk program kemiskinan melalui kredit bergulir. develop tourism development plan in Jembrana. Jembrana · Pelatihan untuk pekerja di luar negeri (TKI). · Asistensi teknis dan pelayanan bagi usaha kecil. · Pembentukan forum lintas-agama, koordinasi dengan polisi dan upaya pencegahan konflik. · Upaya keamanan dan pengecekan KTP di pintu masuk pelabuhan · Rencana kerja yang dikaitkan dengan Padangbai. pembangunan jalan untuk menjangkau desa-desa Karangasem · Menghimpun dan mengidentifikasi perubahan komposisi keluarga pra- terisolasi. sejahtera (PRA KS) akibat pengaruh dari tragedi bom. · Asistensi teknis untuk mendukung pengembangan · Kredit bergulir untuk perbaikan rumah bagi keluarga miskin. rencana pembangunan ekonomi kabupaten. · Program promosi pariwisata dengan mengikuti kegiatan seni nasional dan · Asistensi teknis untuk mengembangkan rencana internasional. pembangunan pariwisata di Singaraja. · Program padat karya dicanangkan di empat desa. · Asistensi teknis untuk mendukung pengembangan Buleleng · Dana bergulir untuk sektor informal, seperti penjaja di pasar tradisional rencana ekonomi kabupaten. /petani. Dukungan untuk memfasilitasi koordinasi antar · Meningkatkan alokasi anggaran kabupaten untuk promosi pariwisata dan kabupaten dan dengan propinsi. kerajinan tangan. 80