98270




     Maret 2015



Harapan besar
PERKEMBANGAN TRIWULANAN
PEREKONOMIAN INDONESIA
Harapan besar

Maret 2015
Kata Pengantar
                 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly/IEQ)
                 mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan utama perekonomian
                 Indonesia dalam tiga bulan terakhir, dan menempatkan dalam konteks jangka panjang dan global.
                 Berdasarkan perkembangan ini, serta perubahan kebijakan dalam periode tersebut, laporan ini
                 menyediakan perkembangan terkini secara rutin tentang prospek perekonomian dan
                 kesejahteraan sosial Indonesia. Kedua, laporan IEQ ini memberikan penilaian mendalam
                 terhadap isu-isu ekonomi dan kebijakan tertentu, dan analisis terhadap tantangan pembangunan
                 jangka menengah Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak luas termasuk pembuat
                 kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang
                 terlibat dan mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia.

                 IEQ merupakan laporan Bank Dunia di Jakarta dan mendapatkan bimbingan editorial dan
                 strategis oleh dewan editorial yang dipimpin oleh Rodrigo Chaves, Country Director untuk
                 Indonesia. Laporan ini disusun oleh tim Macroeconomic and Fiscal Management Global Practice,
                 dibawah bimbingan Shubham Chaudhuri, Practice Manager, Ndiame Dip, Lead Economist, dan
                 Ashley Taylor, Senior Economist. Tim utama penyusun laporan ini dipimpin oleh Alex Sienaert,
                 Country Economist dan bertanggung jawab di bagian A, pengeditan dan produksi, tim inti terdiri
                 dari Arsianti, Magda Adriani, Masyita Crystallin, Fitria Fitrani, Ahya Ihsan, Yue Man Lee, Elitza
                 Mileva, Bede Moore dan Violeta Vulovic dengan bantuan sebagian pengeditan oleh Peter Milne.
                 Dukungan administrasi diberikan oleh Titi Ananto. Diseminasi dilakukan oleh Indra Irnawan,
                 Jerry Kurniawan, Desy Mutialim dan Nugroho Sunjoyo dibawah bimbingan Dini Sari Djalal.

                 Edisi ini juga mencakup kontribusi dari Ekaterine Vashakmadze (Bagian A, konteks
                 internasional), Monica Wihardja, Taufik Indrakesuma, Matthew Wai-Poi dan Edgar Janz dibawah
                 bimbingan Vivi Alatas (Bagian B.1, harga beras), Della Temenggung dan Connor Spreng (Bagian
                 B.2, OSS), Elitza Mileva (Bagian B.3, Pertumbuhan potensial PDB), Yue Man Lee dan Arvind
                 Nair (Bagian C.1, sektor sumber alam). Data dan masukan utama juga diterima dari Dwi Endah
                 Abriningrum, Dani Nugroho, David Elmaleh, Cindy Paladines, Michaelino Mervisiano, Imam
                 Setiawan, Daim Sukriyah dan Ikuko Uochi. Laporan ini juga mendapat tambahan masukan yang
                 penting dari Mohammad Ikhsan, dan David Nellor (Australia Indonesia Partnership for Economic
                 Governance).

                 Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction and Development Bank Dunia,
                 dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia (Departemen Luar Negeri dan
                 Perdagangan atau Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT) melalui program Support for
                 Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA).

                 Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini
                 tidak mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana
                 Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data
                 yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang
                 digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia
                 mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut.

                 Foto sampul depan merupakan Hak Cipta Bimo Nurendro. Foto-foto untuk bagian lain diambil
                 oleh Puguh Imanto dan Arsianti dan merupakan Hak Cipta Bank Dunia. Semua Hak Cipta
                 dilindungi.
                 Untuk mendapatkan lebih banyak analisis Bank Dunia tentang ekonomi
                 Indonesia:
                 Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke
                 website ini www.worldbank.org/id

                 Untuk mendapatkan publikasi ini melalui e-mail, silakan hubungi madriani@worldbank.org.
                 Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan hubungi
                 asienaert@worldbank.org.
Daftar Isi


RINGKASAN EKSEKUTIF: HARAPAN BESAR ................................................................... I 

A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI ............................................... 1

    1. Pertumbuhan global mengalami percepatan namun penurunan harga komoditas terus
        berlanjut..................................................................................................................................... 1
    2. Pertumbuhan Indonesia telah melemah tanpa tanda peningkatan dalam waktu dekat .......... 3
    3. Perubahan harga BBM bersubsidi sebagai pendorong utama inflasi ...................................... 7
    4. Penurunan harga minyak mendukung neraca perdagangan ...................................................10
    5. Rupiah menguat secara efektif riil ........................................................................................... 14
    6. Realokasi belanja yang besar dan target penerimaan yang ambisius pada APBN-P 2015......17
    7. Membuat kemajuan yang kredibel menuju target fiskal dan pembangunan yang ambisius
        adalah tantangan utama tahun 2015 ........................................................................................ 26 

B. BEBERAPA PERKEMBANGAN TERKINI PEREKONOMIAN INDONESIA .......... 28

    1. Harga beras Indonesia yang tinggi dan bergejolak secara internasional ............................... 28
        a. Pasar beras Indonesia menghadapi tantangan struktural dan belanja Pemerintah belum efektif dalam
            mendukung produktivitas…                                                                                    30
        b. …dan kebijakan stabilisasi harga tidak berperan efektif                                                     32
    2. Mempercepat proses perizinan usaha di Indonesia ............................................................... 35 
        a. Perizinan usaha adalah prioritas reformasi utama dari pemerintah baru…                                      35
        b. …dengan momentum reformasi awal yang kuat                                                                   36
        c. Tantangan berikut: perlunya rencana reformasi yang kredibel dan implementasi yang efektif                   37
    3. Laju pertumbuhan PDB yang berkelanjutan di Indonesia: pandangan yang lebih dekat ..... 40
        a. Harga komoditas mempengaruhi tren dan siklus pertumbuhan …                                                  40
        b. …yang kini berada pada kisaran 5,5 persen…                                                                   41
        c. …yang menunjukkan bahwa percepatan kembali pertumbuhan akan membutuhkan dorongan dari kebijakan
                                                                                                                        42

C. INDONESIA 2016 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN PILIHAN ............................... 45

    1. Memanfaatkan sumber daya alam untuk pembangunan Indonesia ...................................... 45
        a. Evolusi produksi sektor sumber daya alam selama lonjakan harga                                       46
        b. Kontribusi sektor sumber daya alam terhadap hasil sumber daya manusia dan ekonomi makro selama lonjakan
            komoditas                                                                                            47
        c. Pasca masa lonjakan harga: prospek jangka menengah yang menantang                                    52
        d. Memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko dari sumber daya alam                                  55

LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA ................................ 57
DAFTAR GAMBAR
  Gambar 1: Harga komoditas ekspor utama Indonesia terus berangsur turun… ............................ 2
  Gambar 2: …dan impor Cina dari Indonesia mencatat kontraksi yang sangat tajam .................... 2
  Gambar 3: Konsumsi swasta menopang pertumbuhan walau diiringi dengan melemahnya
      investasi dan ekspor bersih .................................................................................................... 4
  Gambar 4: PDB nominal dan penjualan final riil menunjuk ke tekanan penurunan pertumbuhan
      hingga akhir tahun 2014 ......................................................................................................... 4
  Gambar 5: Sektor jasa kini memiliki kontribusi yang lebih besar dalam kegiatan ekonomi… ...... 7
  Gambar 6: …namun perhitungan baru juga menunjukkan sedikit perlambatan pertumbuhan
      PDB dan sektor jasa pada tahun-tahun terakhir ................................................................... 7 
  Gambar 7: Defisit neraca transaksi berjalan sedikit berkurang di kuartal empat namun “neraca
      dasar” melebar ......................................................................................................................10
  Gambar 8: Lemahnya penerimaan ekspor komoditas terus membebani ekspor secara
      keseluruhan… ....................................................................................................................... 11
  Gambar 9: …sementara impor turun tajam di kuartal empat 2014 karena penurunan biaya BBM
      ............................................................................................................................................... 11
  Gambar 10: Ekspor menurun sejak 2011, terutama karena perlemahan penerimaan komoditas…
      ...............................................................................................................................................13
  Gambar 11: …yang tertekan oleh penurunan harga dan volume, kecuali untuk CPO dan
      batubara ................................................................................................................................13
  Gambar 12: Ekspor ke Jepang dan Cina, dua pasar teratas Indonesia, turun tajam sejak 2011… .13
  Gambar 13: …mendorong turunnya lebih dari setengah ekspor agregat pada periode 2011-2014 .13
  Gambar 14: Rupiah turun terhadap dolar AS sejak medio 2014 namun meningkat secara
      tertimbang-perdagangan riil… .............................................................................................15 
  Gambar 15: …dengan apresiasi efektif riil yang signifikan sejak 2013 mendekati tren jangka
      panjang ..................................................................................................................................15
  Gambar 16: Pertumbuhan kredit bank terus melambat, namun persetujuan hutang naik sejak
      medio 2014 .............................................................................................................................17
  Gambar 17: Kredit dalam negeri bagi perusahaan non-finansial meningkat pada kuartal akhir
      2014 ........................................................................................................................................17
  Gambar 18: Realisasi penerimaan tahun 2014 hanya mencapai 94 persen dari target APBN-P
      2014… ....................................................................................................................................19
  Gambar 19: …karena pertumbuhan penerimaan nominal terus turun di 2014, terutama akibat
      lemahnya pertumbuhan PPN ...............................................................................................19 
  Gambar 20: APBN-P 2015 memotong subsidi energi dan meningkatkan belanja infrastruktur…
      ...............................................................................................................................................21
  Gambar 21: …dan meningkatkan anggaran untuk kementerian-kementerian utama yang secara
      signifikan terlibat dalam infrastruktur ..................................................................................21 
  Gambar 22: Kebutuhan pembiayaan bruto lebih tinggi pada 2015 walau dengan anggaran defisit
      fiskal yang lebih rendah ....................................................................................................... 24
  Gambar 23: Harga beras melonjak pada bulan Februari, mengikuti tren kenaikan harga dan
      harga yang tinggi di Indonesia ............................................................................................ 29 
  Gambar 24: Produksi beras menurun pada 2014… ........................................................................31 
  Gambar 25: …berkontribusi terhadap penurunan stok yang signifikan pada akhir 2014 dan awal
      2015 ........................................................................................................................................31
  Gambar 26: Ukuran rata-rata lahan usaha pertanian yang beroperasi di Indonesia lebih rendah
      dibanding Filipina dan Thailand… ..................................................................................... 32 
  Gambar 27: …dan usaha pertanian beras Indonesia masih tetap padat karya ............................. 32
  Gambar 28: OP, impor dan Raskin hanya bagian kecil dari jumlah produksi beras .................... 33
  Gambar 29: PTSP Pusat yang terencana dan direvitalisasi dengan percepatan prosedur
      permohonan perizinan ......................................................................................................... 37
  Gambar 30: Potensi pertumbuhan melambat sejak tahun 2012 .................................................... 42
  Gambar 31: Pertumbuhan potensi produksi di Indonesia mengikuti tren harga komoditas secara
      melekat ................................................................................................................................. 44
  Gambar 32: Pertumbuhan produksi lebih banyak didorong oleh produktivitas dibanding modal
      fisik sejak tahun 2001............................................................................................................ 44
  Gambar 33: Harga komoditas energi dan non-energi dunia meningkat signifikan antara 2002
      dan 2012... ............................................................................................................................. 46
  Gambar 34: …mendorong kenaikan yang signifikan dalam produksi sejumlah komoditas
      Indonesia .............................................................................................................................. 46
  Gambar 35: Sektor sumber daya alam berkontribusi signifikan pada pertumbuhan PDB
      nominal…............................................................................................................................. 49
  Gambar 36: …namun kontribusi sektor sumber daya alam ke pertumbuhan PDB riil tidak besar
      .............................................................................................................................................. 49
  Gambar 37: Kontribusi komoditas ke kenaikan ekspor melampaui kontribusi dari produk
      manufaktur ........................................................................................................................... 49
  Gambar 38: Komoditas, termasuk sumber daya alam, mendukung keseluruhan neraca
      perdagangan......................................................................................................................... 49
  Gambar 39: Indonesia menjadi importir bersih minyak sejak tahun 2004… ................................ 50
  Gambar 40: …dan defisit minyak melebar hingga 2014, didorong oleh kenaikan harga minyak
      mentah.................................................................................................................................. 50
  Gambar 41: Bagian sektor sumber daya alam dalam penerimaan negara mengalami penurunan
      .............................................................................................................................................. 50
  Gambar 42: Daerah kaya sumber daya alam memiliki sumber daya fiskal terbesar berkat bagi
      hasil… ...................................................................................................................................51
  Gambar 43: …namun memiliki hasil layanan publik yang buruk, termasuk akses ke layanan
      dasar ......................................................................................................................................51
  Gambar 44: Harga komoditas menurun sejak tahun 2011 dan diperkirakan tetap rendah hingga
      tahun 2019............................................................................................................................. 52
  Gambar 45: Belanja eksplorasi tetap rendah selama lonjakan harga minyak mentah dan gas alam
      .............................................................................................................................................. 52
  Gambar 46: Produksi minyak dan gas diperkirakan menurun selama jangka menengah ........... 53

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR
  Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB ...................................................................................... 57 
  Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran ...................................................... 57 
  Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi ............................................................ 57 
  Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor ............................................................ 57 
  Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen.................................................................................... 57 
  Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri ......................................................................... 57 
  Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran .................................................................................... 58 
  Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan ......................................................................... 58 
  Lampiran Gambar 9: Ekspor barang ............................................................................................. 58
  Lampiran Gambar 10: Impor barang ............................................................................................. 58
  Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus masuk modal .................................................. 58 
  Lampiran Gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter ................................................................... 58 
  Lampiran Gambar 13: Rincian bulanan IHK ................................................................................ 59 
  Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa negara ...................................................... 59 
  Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional .................................................. 59
  Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran ................................................... 59 
  Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional .............................................................................. 59 
  Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS .................................................................................. 59 
  Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5-tahunan dalam mata uang lokal......... 60
  Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS pemerintah EMBI ............................................. 60
  Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, pedesaan dan deposito .......................... 60
  Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan....................................................................... 60 
  Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah ..................................................................................... 60 
  Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri ...................................................................................... 60 

DAFTAR TABEL
  Tabel 1: Dalam skenario dasar (baseline), pertumbuhan PDB diproyeksikan sebesar 5,2 persen
       pada tahun 2015 .................................................................................................................... IV
  Tabel 2: Skenario dasar (base case), PDB diperkirakan akan tumbuh ke 5,2 persen pada 2015,
       dan 5.5 persen pada 2016 ........................................................................................................ 9
  Tabel 3: Defisit neraca transaksi berjalan diproyeksikan 3,0 persen dari PDB pada tahun 2015 ..14
  Tabel 4: Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,5 persen dari PDB untuk tahun
       2015 ....................................................................................................................................... 25
  Tabel 5: Harga eceran dan grosiran beras telah meningkat dengan cepat selama tahun lalu ..... 29
  Tabel 6: Sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk petani, adalah konsumen bersih beras 29
  Tabel 7: Jumlah pertumbuhan produksi beras tetap lambat, didorong oleh kenaikan
       produktivitas yang rendah ................................................................................................... 30
  Tabel 8: Sumber daya alam berkontribusi secara signifikan kepada ekspor, penerimaan dan
       produksi (output) ................................................................................................................. 45 

DAFTAR LAMPIRAN TABEL
  Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemerintah ....................................................61
  Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran .........................................................................................61
  Lampiran Tabel 3: Indikator utama makro-ekonomi Indonesia .................................................. 62 
  Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator pembangunan Indonesia .................................................... 63 

DAFTAR KOTAK
  Kotak 1: Perubahan tahun dasar dan revisi PDB Indonesia ........................................................... 6
  Kotak 2: Berakhirnya lonjakan ekspor Indonesia ..........................................................................12 
  Kotak 3: Reformasi harga BBM telah menurunkan biaya subsidi, namun realisasi manfaat
       sepenuhnya akan membutuhkan implementasi yang transparan dan konsisten................ 22
  Kotak 4: Prakarsa reformasi pada masa lalu untuk mengembangkan PTSP Pusat dan
       menyederhanakan izin usaha............................................................................................... 39 
  Kotak 5: Memperkirakan hasil potensi pertumbuhan di Indonesia ............................................. 43
 Harapan besar                                                    Perkembangan Triwulanan
                                                                   Perekonomian Indonesia



  Ringkasan eksekutif: Harapan besar




Reformasi besar        Sejak tanggal 1 Januari 2015, pemerintah Indonesia yang baru mengambil langkah
subsidi BBM dan        tegas dengan menerapkan sistem harga BBM yang baru, yang secara drastis
anggaran yang          menurunkan beban subsidi bensin dan solar. Kebijakan ini membuka jalan bagi
ambisius               anggaran pertama pemerintah baru, yang disetujui pada bulan Februari, untuk
meningkatkan           mengarahkan belanja kepada prioritas-prioritas pembangunan, terutama bidang
harapan dan            infrastruktur, dengan alokasi sebesar dua kali lipat dari realisasi pada tahun 2014.
menempatkan fokus      Namun keberhasilan pelaksanaan visi anggaran yang berani ini akan membutuhkan
pada implementasi      upaya penyelesaian hambatan administratif terhadap belanja dan meningkatkan
                       kinerja pendapatan secara drastis. Keberhasilan dalam mencapai hal tersebut, dan
                       manfaat yang mengalir dari percepatan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan
                       kemiskinan, tampaknya akan membutuhkan waktu, terutama dengan perlambatan
                       laju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang sebagian disebabkan oleh
                       penurunan harga-harga komoditas. Di luar sektor fiskal, reformasi-reformasi yang
                       diambil pada bulan-bulan awal masa pemerintahan di bidang-bidang utama seperti
                       perizinan investasi juga menghadapi tantangan yang rumit agar dapat beroperasi
                       dengan baik. Pemerintah mengisyaratkan tekad reformasinya yang kuat, dan
                       meningkatkan harapan. Kemajuan awal kini harus dikonsolidasi dengan pelaksanaan
                       reformasi besar secara efektif dan perbaikan strukturanggaran, dengan latar belakang
                       ekonomi global yang masih menantang bagi Indonesia.

Kondisi ekonomi        Tren-tren perekonomian dunia utama yang mempengaruhi prospek Indonesia masih
global terus           secara umum serupa dengan yang dilaporkan pada Triwulanan yang lalu. -
membaik, namun         Perekonomian negara berpenghasilan tinggi menguat, didukung oleh pemulihan
penurunan              berkelanjutan di AS, percepatan kegiatan secara bertahap di daerah Euro, dan
permintaan dari Cina   kembalinya pertumbuhan di Jepang. Kondisi ekonomi lintas negara-negara
mengurangi ekspor      berkembang lebih bervariasi. Sebagai contoh, India mencatat pertumbuhan produksi
Indonesia…             yang kuat pada kuartal akhir tahun 2014, namun ekonomi-ekonomi utama lainnya
Maret 2015                                               THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                          I
 Harapan besar                                                        Perkembangan Triwulanan
                                                                       Perekonomian Indonesia

                         mencatat kontraksi atau pertumbuhan yang sangat lambat. Prospek pertumbuhan
                         dunia diperkirakan terus meningkat pada kuartal-kuartal yang akan datang, namun
                         hanya pada level moderat dari rata-rata 2,5 persen pada tahun 2012-14 menjadi 3,2
                         persen pada tahun 2015-17. Pertumbuhan perdagangan dunia diperkirakan akan
                         tetap lambat, yang menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan ekspor
                         Indonesia, yang terhambat dengan kembalinya apresiasi nilai tukar efektif riil sejak
                         pertengahan tahun 2014, dan lemahnya permintaan komoditas (terutama dari Cina),
                         akan tetap menjadi tantangan.

…berkontribusi           Rendahnya harga-harga komoditas dunia telah menekan penerimaan ekspor
terhadap defisit         Indonesia, defisit neraca berjalan secara keseluruhan masih terus bertahan, sekitar
neraca transaksi         2,8 persen dari PDB pada kuartal akhir tahun 2014. Satu pengecualian adalah
berjalan yang sulit      turunnya harga minyak dunia sejak bulan Juni 2014, yang merupakan hal positif bagi
berubah, walau           neraca perdagangan Indonesia karena besarnya jumlah impor bersih (23,9 miliar
penurunan harga          dolar AS, atau 2,7 persen dari PDB, pada tahun 2014). Namun harga minyak dunia
minyak dunia             yang lebih rendah juga diperkirakan akan membebani penerimaan ekspor Indonesia
membawa sejumlah         yang berasal dari gas alam (12,1 miliar dolar AS pada tahun 2014), yang membatasi
keringanan               perbaikan neraca berjalan dari penurunan harga minyak sejauh ini menjadi di bawah
                         0,5 persen dari PDB. Impor masih tetap lemah, turun 9,8 persen (year-on-year, yoy)
                         dalam dolar AS secara rata-rata bergerak 3-bulanan selama bulan Januari, terutama
                         yang termasuk barang-barang modal (-14,0 persen), yang secara historis adalah
                         indikator awal yang baik untuk investasi tetap.

Pertumbuhan PDB          Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,0 persen tahun-ke-tahun yoy pada kuartal
turun menjadi 5,0        akhir tahun 2014, dan juga sebesar 5,0 persen untuk setahun penuh, yang
persen pada kuartal      meneruskan tren pertumbuhan moderat sejak tahun 2012. Badan Pusat Statistik
terakhir, lemahnya       telah menghitung ulang tahun dasar PDB dari 2000 menjadi 2010, dan merevisinya
ekspor masih             menurut standar-standar internasional terbaru, yang menghasilkan pengukuran output
membebani                yang lebih besar sekitar 35 miliar dolar AS pada tahun 2014 dibanding angka
ekonomi, dan tanda-      sebelumnya (kenaikan PDB nominal sebesar 5,3 persen), dan penurunan kecil dalam
tanda berlanjutnya       perkiraan tingkat riil pertumbuhan ekonomi pada beberapa tahun terakhir (rata-rata
tekanan dari             sebesar 0,1 poin persentase per tahun untuk periode tahun 2011-2014). Sementara
turunnya permintaan      pertumbuhan permintaan dalam negeri merayap naik menjadi 4,4 persen yoy pada
                         kuartal akhir 2014, pertumbuhan riil investasi tetap, pada 4,3 persen yoy, tetap relatif
                         lemah, dan perbedaan statistik yang besar antara PDB yang diukur menurut dasar
                         produksi dan pengeluaran (naik masing-masing 5,0 dan 2,4 persen yoy) mempersulit
                         penarikan kesimpulan. Permintaan luar negeri terus menjadi rintangan yang jelas
                         terhadap pertumbuhan, dengan pertumbuhan ekspor bersih tahun-ke-tahun
                         menurun sebesar 2,0 poin persentase. Perlemahan yang signifikan ini sebagian
                         disebabkan oleh sangat tingginya dasar perbandingan dengan melonjaknya ekspor
                         mineral menjelang penutupan tahun 2013 (sebelum berlakunya pelarangan ekspor
                         sebagian bahan mineral mentah pada bulan Januari 2014), namun melihat tahun
                         2014 secara keseluruhan, volume ekspor meningkat hanya sebesar 1 persen. Data
                         kegiatan ekonomi berfrekuensi tinggi tetap lemah pada awal tahun 2015.

Dengan perlambatan       Reformasi sistem harga BBM Indonesia telah memungkinkan perubahan harga ke-
kredit dan inflasi, BI   ekonomian BBM (non-subsidi) yang lebih rendah bisa lebih cepat dirasakan oleh
menurunkan BI Rate       konsumen, yang telah mengalami kenaikan signifikan rata-rata harga bensin dan
sebesar 25 basis poin    solar sebesar 34 persen pada bulan November 2014. Karenanya, deflasi harga yang
pada bulan Februari      jarang dijumpai terjadi selama dua bulan berturut-turut pada Januari dan Februari,
                         menurunkan inflasi IHK menjadi 6,3 persen yoy, dari 8,4 persen yoy pada bulan
                         Desember. Tekanan inflasi yang mendasari juga tampaknya dapat dikendalikan,
Maret 2015                                                  THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                              II
 Harapan besar                                                     Perkembangan Triwulanan
                                                                    Perekonomian Indonesia

                        dengan IHK inti tetap berada sedikit di bawah 5,0 persen yoy pada bulan-bulan
                        melewati Februari, sementara pertumbuhan kredit terus melemah, kira-kira setengah
                        dari nilai puncaknya pada tahun 2013, menjadi 11,4 persen yoy pada bulan Desember
                        2014. Bank Indonesia (BI) menurunkan fasilitas FASBI dan BI Rate sebesar 25 basis
                        poin pada tanggal 17 Februari.

Walaupun inflasi        Walau inflasi mengalami moderasi secara keseluruhan, harga beras melonjak pada
rendah secara           bulan Februari, dengan harga eceran meningkat 12 persen yoy, didorong oleh
keseluruhan, harga      penurunan yang signifikan dalam persediaan secara keseluruhan. Musim panen
beras naik pada         diperkirakan akan membantu memutarbalikkan kenaikan ini, namun bahkan bila
bulan Februari          kenaikan itu hanya sementara, kenaikan itu mengikuti tren yang konsisten sejak
                        tahun 2004 bahwa harga-harga beras Indonesia meningkat dengan laju yang lebih
                        cepat dibanding harga di pasar internasional. Sebagian besar penduduk Indonesia
                        adalah konsumen bersih beras dan karenanya terpengaruh oleh kenaikan harga
                        beras. Faktor-faktor struktural secara negatif mempengaruhi produksi beras
                        Indonesia, termasuk penurunan ukuran sawah yang berproduksi, tingginya
                        penggunaan tenaga kerja, buruknya infrastruktur, tingginya biaya logistik, dan
                        rendahnya penggunaan teknologi dan aliran informasi. Selain itu, sementara belanja
                        publik untuk pertanian telah meningkat secara keseluruhan, pentargetan belanja
                        belum efisien, sebagai contoh untuk subsidi pupuk daripada untuk irigasi, atau untuk
                        penelitian atau perluasan lahan. Informasi yang terbatas dan tidak akurat tentang
                        produksi, konsumsi dan persediaan akan meningkatkan ketidakpastian pasar tentang
                        kondisi permintaan dan penawaran pada suatu waktu, sehingga meningkatkan
                        gejolak harga. Peningkatan kualitas data pasar beras merupakan kebutuhan yang
                        mendesak. Akhirnya, operasi-operasi pemerintah untuk menjaga stabilitas harga juga
                        menimbulkan ketidakpastian tentang persediaan yang sesungguhnya dan mendistorsi
                        pasar, sebagai contoh, isyarat terbaru dari pemerintah yang tidak akan melakukan
                        impor beras.

Pada skenario dasar     Melihat ke depan, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan PDB tahun 2015 akan
(baseline),             mencapai 5,2 persen, dan kemudian meningkat tipis menjadi 5,5 persen pada tahun
pertumbuhan PDB         2016 (Tabel 1, keduanya tidak berubah dari proyeksi yang lalu pada Triwulanan
diperkirakan tetap      edisi bulan Desember 2014). Proyeksi dasar (baseline) tersebut disusun berdasarkan
mendekati 5 persen      asumsi laju pertumbuhan konsumsi swasta yang relatif stabil, bersama-sama dengan
pada kuartal-kuartal    percepatan dalam investasi tetap ke lebih dari 6 persen pada kuartal pertama tahun
mendatang, dan          2016. Volume ekspor diperkirakan akan pulih secara bertahap namun impor juga
sedikit meningkat ke    akan meningkat karena proyeksi penguatan investasi, termasuk peningkatan belanja
5,5 persen pada         infrastruktur. Secara bersama-sama, ekspor dan impor (ekspor bersih) diperkirakan
tahun 2016…             tidak akan berkontribusi pada pertumbuhan menurut proyeksi hingga tahun 2016.

…tetapi risiko-risiko   Risiko-risiko menunjukkan pada penurunan prospek pertumbuhan, dengan tekanan
menunjukkan pada        penurunan yang terus berlangsung terhadap belanja rumah tangga dan pertumbuhan
penurunan               investasi dari relatif ketatnya kredit dan tekanan margin keuntungan dapat
                        mempengaruhi kegiatan ekonomi. Sumber utama risiko kenaikan adalah percepatan
                        investasi yang naik lebih cepat dari perkiraan, namun bila hal itu tidak disertai
                        dengan kenaikan peningkatan ekspor, rintangan-rintangan pertumbuhan yang
                        berasal dari pembiayaan luar negeri dapat kembali mengetat dengan cepat. Walau
                        dengan penurunan bersih biaya impor minyak, harga-harga komoditas yang relatif
                        lemah, yang diikuti dengan kenaikan permintaan impor, diperkirakan akan tetap
                        membuat defisit neraca berjalan mendekati 3,0 persen dari PDB secara rata-rata.


Maret 2015                                                THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                        III
 Harapan besar                                                                Perkembangan Triwulanan
                                                                               Perekonomian Indonesia

                 Tabel 1: Dalam skenario dasar (baseline), pertumbuhan PDB diproyeksikan sebesar 5,2
                 persen pada tahun 2015
                                                                                             2013     2014       2015p   2016p
                     PDB riil                             (Persen perubahan tahunan)          5,6      5,0         5,2     5,5
                     Indeks harga konsumen                (Persen perubahan tahunan)           6,4      6,4        6,5     5,1
                     Saldo neraca transaksi berjalan      (Persen dari PDB)                   -3,2     -3,0       -3,0    -3,2
                  Saldo anggaran*                         (Persen dari PDB)                     -2,2  -2,2        -1,9     n.a
                 Catatan: * Angka pemerintah – realisasi (2013), realisasi sementara (2014) dan APBN-P (2015).
                 Sumber: BI; BPS; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia


Perbaikan efisiensi      Mencerminkan agenda reformasi pemerintah yang baru, APBN-P 2015 yang
alokasi APBN-P 2015      disetujui pada bulan Februari menyertakan realokasi belanja yang besar dari subsidi
merupakan hal yang       BBM ke prioritas pembangunan utama, terutama infrastruktur, dan juga program-
sangat positif,          program pertanian dan sosial. Realokasi menuju belanja yang produktif ini
namun target             merupakan perkembangan yang positif. Namun pelaksanaan anggaran yang efektif
penerimaan yang          akan membutuhkan pemecahan tantangan-tantangan administratif terhadap belanja
terlalu besar akan       dan meningkatkan kinerja pengumpulan penerimaan secara drastis. Menimbang
membutuhkan              kondisi ekonomi makro, terutama lebih rendahnya pertumbuhan nominal PDB dan
penyesuaian              harga minyak, tampaknya penerimaan akan mencatat kekurangan. Karenanya,
pengeluaran              pelaksanaan anggaran yang baru secara penuh akan membutuhkan waktu, dan
                         sepanjang tahun 2015 pihak yang berwenang tampaknya akan menghadapi
                         tantangan dalam penyesuaian belanja untuk merealisasikan penerimaan. Karenanya
                         proyeksi dasar (baseline) Bank Dunia adalah bahwa aturan yang membatasi defisit
                         fiskal pemerintah pusat untuk tidak melampaui 2,5 persen dari PDB akan mengikat
                         pada tahun 2015, dan bahwa defisit akan dibatasi pada tingkat tersebut dengan
                         membatasi pengeluaran melalui pemotongan anggaran atau rendahnya pencairan
                         anggaran pada beberapa bidang, termasuk belanja modal.

Terdapat                 Realokasi anggaran pemerintah menuju belanja modal, dan juga peningkatan belanja
momentum yang            infrastruktur oleh BUMN (yang menerima suntikan modal Rp 70,4 triliun pada
kuat untuk               APBN-P 2015), akan memberikan dorongan yang diharapkan bagi belanja investasi.
mereformasi              Pemerintah memproyeksikan partisipasi sektor swasta yang signifikan dalam
perizinan usaha di       mendorong belanja infrastruktur yang lebih besar, dan untuk mencapai
Indonesia…               pertumbuhan investasi tetap, lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih
                         cepat secara keseluruhan. Namun salah satu rintangan terhadap investasi adalah
                         kenyataan bahwa proses-proses bagi perusahaan untuk mendaftarkan kegiatan-
                         kegiatannya dan memperoleh izin-izin yang diperlukan merupakan hal yang rumit,
                         mahal dan menghabiskan waktu; Indonesia kini berada pada peringkat 114 dari 189
                         negara dalam hal kemudahan berusaha (ease of doing business), seperti diukur oleh Bank
                         Dunia. Pemerintah yang baru telah kembali menempatkan peningkatan perizinan
                         pada bagian atas agenda reformasi, dengan kuatnya momentum reformasi awal,
                         termasuk pelaksanaan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bawah Badan
                         Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada bulan Januari. Namun implementasi
                         reformasi yang rumit masih dibutuhkan untuk mencapai perizinan usaha yang lebih
                         terpadu (termasuk lintas tingkat nasional dan daerah) dan efisien, membutuhkan
                         penyederhanaan dan pemetaan proses perizinan, peningkatan teknologi komunikasi
                         dan informasi, dan perubahan organisasi dan koordinasi di BKPM dan kementerian-
                         kementerian lainnya.




Maret 2015                                                        THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                           IV
 Harapan besar                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                  Perekonomian Indonesia

…yang akan            Tantangan meningkatkan investasi dan pertumbuhan semakin penting dengan
membantu              berlanjutnya perlemahan ekonomi yang didorong oleh penurunan harga komoditas
meningkatkan          dunia. Proyeksi Bank Dunia untuk pertumbuhan PDB potensial (potential output)
investasi dan         Indonesia, dengan memperhitungkan penurunan harga komoditas, saat ini adalah
mendorong             sekitar 5,5 persen per tahun. Laju ini mengikuti pertumbuhan potensial selama satu
pertumbuhan           dekade terakhir yang mencapai 6 persen atau lebih. Bagian besar dari perlambatan
berkelanjutan yang    ekonomi yang belakangan terjadi, menjadi 5,0 persen pada kuartal akhir 2014, dapat
lebih cepat, yang     berasal dari penurunan laju pertumbuhan potensial, sebagian disebabkan oleh
diperkirakan akan     penurunan harga-harga komoditas, dan bukan hanya penurunan pertumbuhan yang
turun ke 5,5 persen   bersifat sementara (cyclical). Oleh karena itu, para pembuatkebijakan tidak dapat
per tahun, sebagian   mengharapkan bahwa pertumbuhan akan kembali meningkat dengan mudah ke laju
karena lemahnya       yang lebih tinggi seperti pada periode tahun 2010-2012. Akan dibutuhkan reformasi
harga komoditas       kebijakan dan implementasi yang signifikan, termasuk dalam bidang perizinan
                      investasi yang dibahas di atas, karena jumlah dan kualitas belanja investasi
                      merupakan faktor penentu yang sangat penting bagi pertumbuhan berkelanjutan.

Dengan berakhirnya    Indonesia memiliki kekayaan alam dalam hidrokarbon (batubara, minyak dan gas
lonjakan harga        alam), bahan mineral (logam dasar dan logam mulia) dan juga komoditas pertanian
komoditas dunia,      yang berlimpah. Kenaikan harga komoditas yang signifikan dari tahun 2002 hingga
dibutuhkan            2012 menyebabkan sektor sumber daya alam memberikan kontribusi yang positif
manajemen yang        terhadap pertumbuhan nominal, ekspor dan investasi selama tahun 2000an. Namun
efektif bagi sektor   dampak sektor tersebut terhadap hasil-hasil pertumbuhan riil, penerimaan negara
sumber daya alam      dan pembangunan daerah ternyata lebih terbatas. Pada jangka menengah, prospek
Indonesia untuk       bagi sektor sumber daya alam lebih menantang – dengan berlanjutnya moderasi
meminimalkan risiko   harga-harga dan proyeksi penurunan produksi, terutama untuk minyak mentah.
dan memaksimalkan     Karenanya sangatlah penting bagi pemerintah untuk menyusun dan menerapkan
manfaat dari sektor   kebijakan-kebijakan sektoral untuk mengelola kerentanan yang berasal dari
tersebut              perlambatan sektor tersebut dan untuk memaksimalkan keuntungan, untuk
                      mengoptimalkan kekayaan sumber daya alam Indonesia dalam mendukung sasaran-
                      sasaran pembangunan.




Maret 2015                                             THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                       V
 Harapan besar                                                  Perkembangan Triwulanan
                                                                 Perekonomian Indonesia



  A. Perkembangan ekonomi dan fiskal terkini




               1. Pertumbuhan global mengalami percepatan namun penurunan harga
                  komoditas terus berlanjut
Ekonomi negara        Indikator-indikator utama perekonomian dunia yang berpengaruh terhadap prospek
berpenghasilan        ekonomi Indonesia hanya mengalami sedikit perubahan dari yang dilaporkan di
tinggi membaik        laporan Triwulanan edisi bulan Desember 2014. Ekonomi negara-negara
sementara gambaran    berpenghasilan tinggi menguat, didukung oleh pemulihan berkelanjutan di AS dan
perekonomian          percepatan aktivitas perekonomian secara bertahap di daerah Euro. Sementara
negara berkembang     Jepang juga kembali mencatat pertumbuhan positif pada kuartal akhir 2014. Kondisi
lebih beragam…        ekonomi lintas negara berkembang lebih bervariasi. Sebagai contoh, India mencatat
                      pertumbuhan PDB yang kuat sebesar 7,5 persen tahun-ke-tahun di kuartal akhir
                      tahun 2014, namun beberapa negara utama lain, seperti Brasil, Rusia dan Afrika
                      Selatan mencatat kontraksi atau mengalami pertumbuhan yang sangat lambat.

...yang terpengaruh   Harga minyak dunia jatuh dengan tajam selama paruh kedua tahun 2014 dan
oleh penurunan        berlanjut ke bulan Januari 2015 sebelum kembali naik, dan pada bulan Februari
harga minyak yang     harganya mencapai 40 persen di bawah tingkat yang tercatat pada medio 2014.
tajam…                Penurunan yang drastis ini mendukung perekonomian global dalam jangka
                      menengah tetapi juga berkontribusi pada pelebaran kinerja ekonomi antar eksportir
                      dan importir minyak bersih. Di antara negara-negara berkembang pengimpor
                      minyak yang besar, gabungan dampak terjaganya inflasi searah dengan sasaran
                      kebijakan, membaiknya neraca berjalan dan melemahnya pertumbuhan telah
                      memungkinkan sejumlah bank sentral untuk memotong tingkat suku bunga sejak
                      awal tahun. Namun untuk negara-negara pengekspor minyak bank sentral harus
                      menyeimbangkan kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan dan menjaga inflasi
                      yang stabil dan kepercayaan investor di tengah tekanan valuta. Bagi Indonesia, yang
Maret 2015                                              THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                            1
 Harapan besar                                                           Perkembangan Triwulanan
                                                                          Perekonomian Indonesia

                             merupakan pengimpor bersih minyak dengan defisit migas bersih sebesar 11,8 miliar
                             dolar AS pada tahun 2014 (1,3 persen dari PDB), penurunan harga minyak secara
                             signifikan telah meningkatkan nilai tukar perdagangannya (terms-of-trade) dan
                             mendorong terjadinya reformasi harga BBM sebagaimana yang sangat dibutuhkan.
                             Namun demikian, seperti dibahas pada Bagian 6 dan Bagian C, rendahnya harga
                             minyak juga menurunkan penerimaan pemerintah dan menciptakan tantangan bagi
                             sektor energi yang besar.

…dengan harga-               Selain minyak, lemahnya harga-harga komoditas terus membebani penerimaan
harga komoditas              ekspor Indonesia. Harga produk ekspor utama Indonesia terus menurun pada dua
bukan minyak terus           bulan pertama tahun 2015 (Gambar 1) dengan batubara turun sebesar 1,3 persen,
melemah                      tembaga turun sebesar 11,11 persen. Secara keseluruhan, nilai tukar perdagangan
                             (terms of trade) untuk komoditas utama Indonesia diproyeksikan akan turun perlahan
                             sebesar 1,3 persen selama dua bulan pertama tahun 2015. Indeks tersebut telah
                             kembali meningkat dari nilai rendahnya pada bulan September 2014, berkat
                             penurunan harga minyak, namun pada bulan Februari indeks tersebut masih tetap
                             40 persen di bawah nilai puncaknya pada 4 tahun yang lalu. Penurunan permintaan
                             impor Cina dari Indonesia, terutama untuk barang-barang komoditas, menjadi
                             sumber penurunan yang terus berlangsung (Kotak 2). Walau pertumbuhan PDB
                             Cina hanya turun tipis sejak tahun 2012 hingga akhir tahun 2014, impor Cina dari
                             Indonesia telah turun sangat tajam dalam nilai dolar AS (Gambar 2). Kebijakan
                             moneter yang akomodatif di Zona Euro dan Jepang bersama-sama dengan inflasi
                             yang rendah juga memberikan kontribusi yang semakin besar pada melemahnya
                             permintaan impor dan persaingan ekspor dari negara-negara tersebut.

Gambar 1: Harga komoditas ekspor utama Indonesia Gambar 2: …dan impor Cina dari Indonesia mencatat
terus berangsur turun…                                       kontraksi yang sangat tajam
(Indeks harga acuan dunia dalam dolar AS, Februari 2011=100) (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen)
                 Coal             Gas           Palm oil              PDB riil Cina (RHS)
  160                                                        120                                                         16
                 Crude oil        Rubber        Copper
                                                                                                Impor Cina dari
  140                                                        100                                Indonesia (LHS)          14
                                                              80
  120                                                                                                                    12
                                                              60
  100                                                                                                                    10
                                                              40
   80                                                                                                                    8
                                                              20
   60                                                                                                                    6
                                                                0
   40                                                                                      Total impor                   4
                                                              -20                          Cina (RHS)
   20                                                         -40                                                        2

    0                                                         -60                                                       0
    Feb-11     Feb-12        Feb-13    Feb-14    Feb-15         Dec-05           Dec-08           Dec-11           Dec-14
Sumber: Bank Dunia                                         Catatan: Impor dalam dolar AS; seluruh rangkaian pada frekuensi
                                                           kuartalan.
                                                           Sumber: CEIC


Ekonomi global               Pertumbuhan global diproyeksikan meningkat perlahan pada kuartal-kuartal
diproyeksikan akan           selanjutnya, dari rata-rata 2,5 persen pada tahun 2012-14 menjadi 3,2 persen pada
membaik, namun               tahun 2015-17, diikuti oleh lemahnya pertumbuhan perdagangan. Lambatnya laju
lambatnya                    pertumbuhan perdagangan dunia menunjukkan peningkatan m ekspor Indonesia
pertumbuhan                  secara signifikan kemungkinan tidak dapat dicapai kecuali Indonesia berhasil
perdagangan dan              memperbesar pangsa pasar dunianya pada produk-produk yang ada atau memasuki
Maret 2015                                                     THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                             2
 Harapan besar                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                  Perekonomian Indonesia

semakin ketatnya        pasar-pasar baru. Hal-hal penting lain dalam rangka pemulihan kelesuan ekonomi
kondisi keuangan        yang sedang berlangsung adalah dengan dilakukannya kebijakan-kebijakan moneter
tampaknya akan          yang akomodatif di negara-negara utama dan kemungkinan besar bertahannya
membawa tantangan       perlemahan harga-harga komoditas, walau kondisi finansial akan berangsur-angsur
                        mengetat. Dengan kebijakan moneter yang mulai mengetat di Amerika Serikat, aliran
                        modal ke negara-negara berkembang akan mengalami perlambatan. Aliran itu akan
                        melambat secara tidak merata lintas negara, di mana para investor akan lebih
                        menyoroti kelemahan-kelemahan spesifik tiap negara dengan menganalisa perbedaan
                        dalam prospek pertumbuhan dan kebijakan ekonomi, politik dan moneter. Untuk
                        Indonesia, pergeseran aliran modal tersebut merupakan sebuah tantangan yang
                        signifikan di tahun 2015 dan selanjutnya.
                2. Pertumbuhan Indonesia telah melemah tanpa tanda peningkatan dalam
                   waktu dekat
Pertumbuhan PDB         Pada kuartal akhir tahun 2014, PDB riil Indonesia meningkat 5,0 persen secara
di kuartal akhir 2014   tahun-ke-tahun (yoy), setara dengan kuartal ketiga yang mencatat peningkatan
dan tahun 2014          sebesar 4,9 persen – menurut PDB Indonesia yang baru direvisi dan disesuaikan
secara keseluruhan      (lihat Kotak 1). Pertumbuhan PDB selama 2104 secara keseluruhan mencapai 5,0
adalah 5,0 persen…      persen, turun dari 5,6 persen pada tahun 2013 dan menandai pertumbuhan tahunan
                        yang paling lambat sejak tahun 2009, ketika ekonomi tumbuh 4,7 persen di tengah-
                        tengah krisis keuangan global tahun 2008/9.

…didukung oleh          Permintaan dalam negeri terus menopang pertumbuhan, dengan kenaikan 4,4 persen
permintaan dalam        yoy pada kuartal akhir 2014, setara dengan 4,3 persen yoy pada kuartal sebelumnya.
negeri, terutama        Komponen utama dari pengeluaran, yaitu konsumsi swasta, naik 4,9 persen yoy,
konsumsi…               sehingga kontribusinya mencapai 2,8 poin persentase dari pertumbuhan kuartal
                        keempat, sama seperti pada kuartal yang lalu. Konsumsi pemerintah naik sebesar 2,8
                        persen yoy pada kuartal keempat, naik dari pertumbuhan yang hanya meningkat 1,3
                        persen yoy pada kuartal yang lalu, dan menambah 0,4 poin persentase ke
                        keseluruhan pertumbuhan PDB. Investasi tetap meningkat sebesar 4,3 persen yoy
                        pada kuartal akhir 2014, naik dari peningkatan sebesar 3,9 persen yoy pada kuartal
                        ketiga namun masih berada pada tingkat yang lemah, dan menambahkan 1,4 poin
                        persentase terhadap pertumbuhan PDB.

…sementara              Volume ekspor barang-barang dan jasa-jasa lebih rendah secara signifikan sebesar
permintaan bersih       4,5 persen pada kuartal akhir 2014 dibanding kuartal yang sama pada 2013.
luar negeri             Perbandingan ini menarik dengan adanya lonjakan naik volume ekspor sejak kuartal
membebani               akhir 2013 karena para produsen memperbesar ekspor sebelum berlakunya larangan
pertumbuhan pada        ekspor sebagian mineral mentah pada bulan Januari 2014 (lihat Triwulanan edisi
kuartal akhir 2014      bulan Maret 2014). Namun, melihat tahun 2014 secara keseluruhan, ekspor hanya
                        naik sebesar 1,0 persen. Sebaliknya volume impor mencatat gerakan yang lebih
                        merata pada kuartal keempat, meningkat sebesar 3,2 persen yoy, sebagian karena
                        kenaikan sementara dari naiknya impor BBM menjelang kenaikan harga subsidy
                        bulan November 2014. Karenanya permintaan luar negeri yang lemah sangat
                        membebani ekonomi pada kuartal akhir 2014, mengurangi pertumbuhan PDB
                        sebesar 2,0 poin persentase secara tahun-ke-tahun.

Pada sisi produksi,     Dari sudut pandang produksi, pertumbuhan produksi sektor primer melemah pada
hal yang menarik        kuartal keempat, dengan pertumbuhan pertanian yang rendah sebesar 2,8 persen yoy
pada kuartal akhir      dibanding 3,6 persen pada kuartal ketiga, dan kenaikan produksi pertambangan dan
2014 adalah kuatnya     penggalian yang juga masih lemah (naik 2,2 persen yoy). Pada sektor sekunder,
Maret 2015                                               THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                        3
 Harapan besar                                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                                  Perekonomian Indonesia

pertumbuhan sektor           pertumbuhan manufaktur melemah menjadi 4,2 persen yoy pada kuartal akhir 2014,
konstruksi                   turun dari 5,0 persen yoy pada kuartal yang lalu, sementara konstruksi mencatat
                             pertumbuhan yang kuat sebesar 7,7 persen yoy pada kuartal keempat, dibanding
                             dengan 6,5 persen yoy pada kuartal ketiga. Di antara sektor-sektor jasa, perlemahan
                             terpusat pada sektor-sektor perdagangan ritel dan perkulakan dan perbaikan, yang
                             meningkat sebesar 3,5 persen yoy dibanding pertumbuhan sebesar 4,8 persen pada
                             kuartal ketiga 2014, dan pada akomodasi, makanan dan minuman (naik 4,9 persen
                             yoy dibanding 5,9 persen yoy pada kuartal ketiga).

Walaupun                     Secara keseluruhan, laporan terakhir neraca nasional tahun 2014 meneruskan pola
pertumbuhan PDB              kuartal-kuartal terakhir dengan melemahnya pertumbuhan PDB secara bertahap
riil cukup stabil            karena lemahnya pertumbuhan investasi, yang sebagian mencerminkan kelemahan
selama paruh kedua           sektor ekspor dan komoditas dan tanggapan kebijakan untuk mengelola stabilitas
2014, hal lainnya            ekonomi makro. Walaupun pertumbuhan PDB riil mencapai tingkat 5,0 persen
dalam neraca                 selama paruh kedua tahun 2014, ada indikasi bahwa tekanan turun terhadap
nasional                     pertumbuhan permintaan tetap bertahan hingga akhir tahun. Pada kuartal akhir
menunjukkan                  2014, deflator PDB, pengukuran harga-harga paling luas di dalam ekonomi, hanya
perlemahan yang              sedikit meningkat ke 3,7 persen yoy, turun dari 5,1 persen pada kuartal ketiga.
sedang berlangsung           Diukur dengan harga saat ini, PDB meningkat 8,9 persen yoy, turun dari 10,3 persen
dalam pertumbuhan            yoy pada kuartal ketiga. Akhirnya, pertumbuhan PDB dari sisi produksi mencatat
permintaan…                  angka yang cukup besar, 2,5 poin persentase lebih tinggi dari pengukuran pada sisi
                             pengeluaran (tidak menyertakan perubahan catatan pada persediaan). Perbedaan
                             yang signifikan karena kesulitan pengukuran bukanlah sesuatu yang aneh, namun
                             besarnya perbedaan di kuartal empat juga tampaknya konsisten dengan penawaran
                             yang terhambat permintaan, sampai sejauh mana penjualan akhir riil tidak mencapai
                             output, yang akan menjadi rintangan bagi pertumbuhan output yang akan datang.

Gambar 3: Konsumsi swasta menopang pertumbuhan                    Gambar 4: PDB nominal dan penjualan final riil
walau diiringi dengan melemahnya investasi dan                    menunjuk ke tekanan penurunan pertumbuhan
ekspor bersih                                                     hingga akhir tahun 2014
(kontribusi ke pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun, poin persentase)   (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen)
   5                                                                16
   4                                                                                                   PDB nominal
                        Konsumsi swasta                             14
   3
                                                                    12
   2
                                                                    10
   1                 Investasi
                                                                      8
   0
                                                                      6                                               PDB riil
  -1
                                 Ekspor bersih
  -2                                                                  4
                                                                                                         Penjualan final riil
  -3                                                                  2

  -4                                                                  0
   Dec-10      Dec-11       Dec-12         Dec-13     Dec-14          Dec-10       Dec-11       Dec-12       Dec-13        Dec-14

Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia                          Catatan: Penjualan final riil = jumlah konsumsi+investasi+ekspor
                                                                  bersih
                                                                  Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia


…sementara                   Indikator-indikator ekonomi berfrekuensi tinggi juga memperlihatkan perlemahan
indikator kegiatan           yang berkelanjutan, yang berlanjut ke bulan-bulan awal tahun 2015. Penjualan
                             kendaraan dan sepeda motor mengalami kontraksi sebesar 15,6 dan 9,7 persen
Maret 2015                                                            THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                     4
 Harapan besar                                                  Perkembangan Triwulanan
                                                                 Perekonomian Indonesia

ekonomi juga tetap    secara rata-rata bergerak tiga-bulanan (3mma) dibandingkan dengan nilai di periode
lemah secara umum     yang sama satu tahun yang lalu sampai bulan Januari, dirintangi oleh kredit yang
                      relatif ketat dan, pada beberapa hal, antisipasi kenaikan harga BBM bersubsidi pada
                      bulan November 2014. Penjualan ritel secara keseluruhan seperti diukur oleh BI
                      meningkat 9,2 persen 3mma yoy, lebih rendah dari 14,4 persen yang tercatat pada
                      medio 2014. Penjualan semen selama 3 bulan hingga Januari memperlihatkan
                      perkembangan yang mendatar dibanding tahun yang lalu, sementara pada sektor
                      manufaktur, indeks pembelian manajer (purchasing managers index, PMI) yang disusun
                      oleh HSBC turun menjadi 47,5 pada bulan Februari, menandai kontraksi selama
                      empat bulan berturut-turut, dan angka paling rendah selama hampir 4 tahun
                      terakhir. Impor barang-barang modal, suatu indikator investasi tetap yang umumnya
                      dapat diandalkan, turun sebesar 14,0 persen 3mma yoy pada bulan Januari.

Pada skenariobase     Melihat ke depan, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 5,2
case pertumbuhan      persen untuk tahun 2015, dan sedikit meningkat ke 5,5 persen pada tahun 2016
PDB diperkirakan      (Tabel 2, kedua proyeksi itu tidak berubah dari proyeksi yang lalu dalam Triwulanan
akan sedikit          edisi bulan Desember 2014). Proyeksi dasar (baseline) tersebut adalah berdasarkan
meningkat ke 5,2      pertumbuhan konsumsi swasta yang relatif stabil, bersama-sama dengan percepatan
persen pada tahun     dalam belanja investasi tetap menjadi diatas 6 persen pada kuartal pertama tahun
2015 dan 5,5 persen   2016. Volume ekspor diperkirakan akan mencatat pemulihan bertahap namun impor
pada tahun 2016       juga akan meningkat karena proyeksi penguatan investasi, termasuk kenaikan belanja
                      infrastruktur. Secara gabungan, ekspor dan impor (ekspor bersih) tidak
                      diproyeksikan memberikan tambahan kepada pertumbuhan selama masa proyeksi
                      hingga tahun 2016. Risiko-risiko terhadap proyeksi pertumbuhan dasar (baseline)
                      menunjukkan pada penurunan pertumbuhan, karena tekanan yang sedang
                      berlangsung terhadap pertumbuhan investasi dan belanja rumah tangga dari tekanan
                      margin keuntungan dan kredit yang ketat dapat terus mempengaruhi kegiatan
                      ekonomi. Sumber utama kenaikan adalah bila terjadi investasi yang lebih cepat dari
                      yang diperkirakan, namun bila tidak diikuti oleh pertumbuhan ekspor, maka
                      rintangan-rintangan luar negeri terhadap pertumbuhan dapat mengetat dengan
                      cepat.




Maret 2015                                             THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                        5
Harapan besar                                                             Perkembangan Triwulanan
                                                                           Perekonomian Indonesia


Kotak 1: Perubahan tahun dasar dan revisi PDB Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) telah menerbitkan laporan statistik neraca nasional pada tanggal 5 Februari. Selain
memberikan data kuartal akhir 2014, laporan ini juga menyertakan dua perubahan yang signifikan terhadap data statistik
PDB Indonesia: pertama, dasar perhitungan diubah dari tahun 2000 ke tahun 2010 dan, kedua, laporan itu
menggunakan pembaruan yang signifikan pada metodologi dan penyajian data statistik, memperbaharui neraca nasional
Indonesia dari Sistem Neraca Nasional ( System of National Accounts, SNA) tahun 1993 menjadi SNA 2008.

Karena perubahan itu, ekonomi Indonesia tampak lebih besar secara signifikan, dan mencatat pertumbuhan yang sedikit
lebih lambat, dibanding laporan sebelumnya. Total produksi (output) pada harga sekarang sekitar 4,4 persen lebih besar
dari yang diperkirakan sebelumnya pada tahun 2014 (dan 5,2 persen lebih besar secara rata-rata selama periode tahun
2010-2014). Perubahan itu merupakan perubahan yang signifikan, menambah Rp 448 triliun, atau sekitar 35 miliar dolar
AS pada nilai tukar pasar yang sekarang berlaku, kepada proyeksi ukuran ekonomi tahun 2014. Sekitar sepertiga dari
tambahan pengukuran produksi tersebut berasal dari penyertaan jenis-jenis kegiatan ekonomi baru sesuai dengan SNA
2008, dan sekitar dua per tiga berasal dari pengukuran yang lebih akurat dari jenis-jenis produksi yang sebelumnya
pernah diukur menurut BPS. Walau peningkatan pengukuran hasil produksi tersebut menghasilkan tingkat PDB yang
lebih tinggi, pengukuran itu juga menghasilkan pengukuran tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah secara
signifikan sejak tahun 2011, sebesar 0,3 poin persentase untuk tahun 2011, sekitar 0,2 poin persentase untuk tahun 2012
dan 2013, dan hanya 0,04 poin persentase untuk tahun 2014.

PDB adalah satuan pengukur yang sangat penting bagi persediaan-persediaan dan aliran-aliran ekonomi utama. Sebagai
akibat dari revisi tersebut, dan dalam hal data fiskal ketersediaan PDB kuartal empat 2014, perubahan-perubahan
terhadap rasio yang penting termasuk:
 • Defisit neraca berjalan (atau surplus belanja investasi dibanding tabungan): 26,2 miliar dolar AS pada tahun 2014,
   sebelumnya setara dengan 3,1 persen dari PDB, kini lebih kecil menjadi 3,0 persen dari PDB.
• Hutang luar negeri: 293,6 miliar dolar AS pada bulan Desember 2014 (menurut Bank Indonesia), sebelumnya setara
   dengan 34,7 persen dari PDB untuk tahun 2014, kini lebih kecil menjadi 33,0 persen
• Defisit fiskal, pada Rp 227,4 triliun pada 2014, sebelumnya adalah 2,3 persen dari PDB, kini lebih kecil menjadi 2,2
   persen. Penerimaan pajak, pada Rp 1.143 triliun pada tahun 2014, sebelum setara dengan 11,4 persen dari PDB, kini
   menyusut menjadi 10,8 persen dari PDB.

Seperti ditunjukkan pada contoh-contoh di atas, besarnya perubahan rasio PDB di Indonesia tidak cukup kuat untuk
mendorong perkiraan ulang akan kondisi-kondisi dan risiko-risiko ekonomi. Sebaliknya, sejumlah revisi historis dan
metodologi di negara lain menghasilkan perbedaan yang jauh lebih besar. Sebagai contoh, pada bulan April 2014, revisi
PDB Nigeria meningkatkan ukuran ekonomi yang diukur hampir dua kali lipat, sehingga menjadi yang terbesar di Afrika
dan melampaui ekonomi Afrika Selatan.

Diatas perubahan garis besar PDB dan sejumlah rasio utama, angka-angka yang direvisi juga menandai suatu langkah
maju yang penting dalam proses berkelanjutan untuk meningkatkan pencatatan statistik ekonomi Indonesia yang besar
dan cepat berubah. Berkat metodologi baru itu, kini tersedia data sektoral yang lebih rinci, dengan jumlah sektor-sektor
utama meningkat dari 9 ke 17. Penggunaan sektor-sektor yang lalu sebagai dasar perbandingan memperlihatkan bahwa,
dengan menggunakan cara yang baru, sektor jasa secara bersama-sama memberikan sumbangan produksi terukur yang
lebih besar (Gambar 5), sementara rata-rata pertumbuhan dari sektor jasa pada beberapa tahun terakhir ternyata sedikit
lebih lambat dibanding pengukuran sebelumnya, kecuali untuk keuangan dan real estate (Gambar 6).




Maret 2015                                                       THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                       6
 Harapan besar                                                              Perkembangan Triwulanan
                                                                             Perekonomian Indonesia

 Gambar 5: Sektor jasa kini memiliki kontribusi                Gambar 6: …namun perhitungan baru juga
 yang lebih besar dalam kegiatan ekonomi…                      menunjukkan sedikit perlambatan pertumbuhan PDB
 (bagian PDB pada harga tahun 2014 menurut PDB yang direvisi   dan sektor jasa pada tahun-tahun terakhir
 dan dengan dasar baru, persen)                                (rata-rata laju pertumbuhan tahun pada harga konstan, 2011-
                                                               2014, persen)
                       2000 base      2010 base and revised
   25                                                             12.0       2000 base      2010 base and revised
   20                                                             10.0
   15                                                              8.0
   10                                                              6.0
     5                                                             4.0
     0                                                             2.0
                                                                   0.0




 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia                      Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia


                  3. Perubahan harga BBM bersubsidi sebagai pendorong utama inflasi
Inflasi meningkat           Kenaikan harga bensin dan solar rata-rata sebesar 34 persen pada bulan November
tajam pada akhir            2014 mendorong kenaikan inflasi yang tajam, menjadi 8,4 persen yoy pada bulan
2014, karena                Desember, naik dari 4,8 persen yoy pada bulan Oktober. Kenaikan ini, walau besar,
kenaikan harga              mencerminkan pengaruh langsung dan cakupan dari biaya masukan (input) harga
BBM bersubsidi              BBM terhadap keseluruhan tingkat indeks harga konsumen (IHK), daripada
pada bulan                  kenaikan tingkat harga lainnya sepanjang waktu. Hal ini konsisten dengan pengaruh
November 2014,              inflasi dari kenaikan harga BBM bersubsidi yang lalu, di bulan Juni 2013, yang
namun dasar                 mempunyai dampak yang besar pada tingkat harga-harga. Perbedaan besar terjadi
tekanan inflasi tetap       dengan membandingan inflasi tahun-ke-tahun di bulan Juli dan di bulan Agustus
terkendali…                 2014, di mana inflasi tahun-ke-tahun turun dari 6,7 persen di bulan Juni 2014
                            menjadi 4,0 persen di bulan Agustus 2014. Diluar dampak kenaikan harga BBM
                            bulan November tersebut, hal-hal yang mendasari tekanan inflasi masih tetap
                            terkendali. Bila harga BBM tidak berubah hingga akhir tahun 2014, IHK umum
                            tampaknya akan meningkat sebesar 0,4 poin persentase selama bulan November dan
                            Desember, menutup tahun dengan inflasi yang datar sebesar 4,9 persen.

…dan penurunan              Setelah reformasi harga BBM yang efektif pada 1 Januari 2015 (lihat Kotak 3),
harga BBM pada              harga-harga bensin RON88 yang sebelumnya disubsidi, dan solar, diturunkan
bulan Januari telah         sebesar rata-rata 18,1 persen dari harganya pada bulan November 2014,
mendorong deflasi           mencerminkan harga BBM yang lebih rendah. Hal ini berkontribusi pada penurunan
harga                       IHK umum sebesar 0,2 persen bulan-ke-bulan (month-on-month, mom) pada bulan
                            Januari, menurunkan inflasi menjadi 7,0 persen tahun-ke-tahun, dan penurunan
                            lebih lanjut sebesar 0,4 persen mom pada bulan Februari, sehingga menurunkan
                            inflasi tahun-ke-tahun menjadi 6,3 persen. Inflasi inti, yang mengukur inflasi dengan
                            tidak menyertakan harga-harga yang cepat berubah seperti bahan pangan dan bahan
                            bakar, bertahan sedikit di bawah 5,0 persen sejak bulan Desember. Namun harga
                            beras melonjak pada bulan Februari, seperti dibahas pada Bagian B.1.


Maret 2015                                                        THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                        7
 Harapan besar                                                    Perkembangan Triwulanan
                                                                   Perekonomian Indonesia

Momentum inflasi        Prospek inflasi sangat bergantung kepada perubahan harga ritel BBM di masa depan,
diperkirakan akan       yang pada gilirannya bergantung pada harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah.
tetap moderat,          Harga bensin premium RON88 naik tipis sebesar Rp 200 per liter mulai tanggal 1
dengan inflasi IHK      Maret, sementara harga solar masih tetap tidak berubah (lihat Kotak 3). Menurut
yang tidak              asumsi-asumsi dasar (baseline), inflasi diproyeksikan akan turun hingga di bawah 5,0
melampaui batas         persen yoy pada akhir tahun 2015. Hal ini mendorong inflasi rata-rata tahunan 2015
rata-rata sebesar 6,5   menjadi 6,5 persen, yang mencerminkan dasar momentum inflasi yang stabil dan
persen untuk tahun      dengan mengabaikan bagian kenaikan harga yang besar di November 2014 dari
2015                    perbandingan tahunan tersebut. Risiko-risiko terhadap prospek inflasi bersifat
                        seimbang. Tekanan sisi permintaan harus dibatasi dengan laju pertumbuhan yang
                        moderat relatif terhadap yang telah berlangsung di Indonesia pada tahun-tahun
                        terakhir, walau kini hanya dengan kesenjangan produksi (output gap) yang kecil (lihat
                        Bagian B.3.). Risiko-risiko inflasi yang lebih tinggi umumnya berasal dari
                        berlanjutnya depresiasi rupiah, maupun kenaikan harga BBM di masa depan.
                        Pengaruh depresiasi rupiah terhadap inflasi belum terlihat sejauh ini (dan perkiraan
                        regresi menunjukkan bahwa 10 persen depresiasi rupiah hanya menyebabkan
                        kenaikan harga sekitar 0,3 poin persentase). Namun pengaruh (pass-through) nilai
                        tukar diperkirakan akan lebih kuat setelah harga solar dan bensin yang sebelumnya
                        disubsidi, menjadi bergantung kepada harga keekonomian dalam denominasi rupiah.




Maret 2015                                                THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                           8
Harapan besar                                                                       Perkembangan Triwulanan
                                                                                     Perekonomian Indonesia

Tabel 2: Skenario dasar (base case), PDB diperkirakan akan tumbuh ke 5,2 persen pada 2015, dan 5.5 persen pada 2016
(persentase perubahan, kecuali dinyatakan lain)
                                                                                                Tahun-ke-tahun pada kuartal                 Revisi
                                                              Tahunan
                                                                                                          empat                            tahunan
                                                2013      2014        2015         2016        2013     2014       2015       2016    2015      2016
 1. Indikator ekonomi utama
 Jumlah pengeluaran konsumsi                      5,6       4,8         4,5          4,9         5,7        4,5         4,5    4,9     -0,3      -0,1
   Pengeluaran konsumsi swasta                    5,4       5,3         4,7          5,2         5,7        4,9         4,8    5,3     -0,2      0,0
   Konsumsi pemerintah                            6,9       2,0         3,8          3,2         6,1        2,8         3,2    3,2     -0,6      -0,1
 Pembentukan modal tetap bruto                    5,3       4,1         5,2          6,1         4,7        4,3         5,9    6,1      0,3      0,0
 Ekspor barang dan jasa                           4,2       1,0         2,6          5,7         3,2        -4,5        5,1    5,7     -1,5      -0,6
 Impor barang dan jasa                            1,9       2,2         4,0          6,1         5,0        3,2         4,8    6,6      1,0      0,2
 Produk Domestik Bruto                            5,6       5,0         5,2          5,5         5,1        5,0         5,4    5,5      0,0      0,0
 2. Indikator luar negeri
 Neraca pembayaran (AS$ miliar)                  -7,1      17,4         9,0          8,9            -   -          -                   -0,7      -2,5
  Saldo neraca transaksi berjalan (AS$
          miliar)                               -29,1     -26,2       -29,1        -34,5            -   -          -                   -2,0      -5,3
      Sebagai bagian dari PDB (persen)           -3,2      -3,0         -3,0        -3,2            -   -          -                   -0,2      -0,4
      Neraca perdagangan (AS$ miliar)            -6,2      -3,6         -3,9        -4,6            -   -          -                   -3,7      -5,8
   Saldo neraca keuangan (AS$ miliar)           22,0       43,6        38,0        43,2             -   -          -                    1,2      2,6
 3. Indikator Fiskal
    Penerimaan pem. pusat (% dari
 PDB)                                           15,1       14,6        12,8                         -   -          -                   -1,7          -
   Belanja pem. pusat (% dari PDB)              17,3       16,7        15,4                         -   -          -                   -1,1          -
   Neraca fiskal (% dari PDB)                    -2,2      -2,2         -2,5                        -   -          -                   -0,5          -
   Neraca primer (% dari PDB)                    -1,0      -0,9         -1,2                        -   -          -                   -0,5          -
 4. Pengukuran ekonomi lainnya
 Indeks harga konsumen                            6,4       6,4         6,5          5,1         8,0        6,5         5,3    5,3     -1,0      -0,1
 Deflator PDB                                     4,7       5,4         4,1          5,3         7,8        3,7         4,7    5,3     -3,5      0,0
 PDB nominal                                    10,6       10,7         9,4        11,1         12,0        8,9        10,4   11,1     -3,8      0,0
 5. Asumsi ekonomi
 Nilai tukar (Rp/AS$)                          10563    11800      12600       12600              -        -        -                 500,0 500,0
 Harga minyak mentah Indonesia
                                                                                                                                       -30,0    -29,0
 (AS$/barel)                                      106       98         55          57             -        -        -
 Catatan: Angka ekspor dan impor merujuk kepada volume dari neraca nasional. Semua angka-angka, termasuk rasio fiskal, berdasarkan PDB yang
 direvisi dan diuba dasarnya. Nilai tukar dan harga minyak mentah adalah asumsi berdasar rata-rata terbaru. Revisi-revisi adalah relatif dibanding
 proyeksi pada Triwulanan edisi bulan Desember 2014.
 Sumber: Kemenkeu; BPS; BI; CEIC; proyeksi staf Bank Dunia




Maret 2015                                                               THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                       9
 Harapan besar                                                         Perkembangan Triwulanan
                                                                        Perekonomian Indonesia

               4. Penurunan harga minyak mendukung neraca perdagangan
Defisit neraca           Dinamika neraca pembayaran Gambar 7: Defisit neraca transaksi berjalan sedikit
transaksi berjalan tak   Indonesia didominasi oleh       berkurang di kuartal empat namun “neraca dasar”
banyak berubah dan       aliran masuk modal              melebar
“neraca dasar”           portofolio yang sangat kuat     (miliar dolar AS)
kembali melebar di       pada tahun 2014, yang              20                      Current account
                                                                                    Direct investment
kuartal akhir 2014…      menjaga keseluruhan neraca                                 Portfolio
                         pembayaran dalam keadaan           15
                         surplus walau defisit neraca       10
                         transaksi berjalan hanya
                         mencatat penurunan yang              5
                         kecil. “Neraca dasar”, yang
                                                              0
                         merupakan ukuran
                         ketergantuangan terhadap            -5
                         aliran investasi yang mudah
                         berubah dalam memenuhi            -10
                         kebutuhan pembiayaan neraca
                                                           -15
                         transaksi berjalan, meningkat          Dec-11       Dec-12           Dec-13         Dec-14
                         ke 3,6 miliar dolar AS di
                                                         Catatan: Neraca dasar = saldo neraca transaksi berjalan +
                         kuartal keempat tahun 2014,     bersih
                         mendekati ke rata-rata tiga-    Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia
                         tahunnya yang persisten sebesar 3,2 miliar dolar AS per kuartal. Ke depan,
                         penurunan harga minyak diperkirakan akan menurunkan defisit perdagangan bersih
                         minyak, namun melemahnya harga berbagai komoditas, dan juga kenaikan
                         permintaan impor barang modal, termasuk karena kenaikan investasi infrastruktur,
                         akan tetap membuat neraca berjalan dalam keadaan defisit selama tahun 2015.

… penurunan harga        Defisit neraca transaksi berjalan menyusut ke 6,2 miliar dolar AS pada kuartal akhir
minyak                   tahun 2014 (2,8 persen dari PDB), dari 7,0 miliar dolar AS (3,0 persen dari PDB)
berkontribusi            pada kuartal yang lalu. Defisit perdagangan migas, pada 2,8 miliar dolar AS, sedikit
terhadap penurunan       menyusut sebesar 354 juta dolar AS dibanding kuartal yang lalu. Surplus
kecil defisit neraca     perdagangan non-migas meningkat sebesar 526 juta dolar AS, menjadi 4,9 miliar
berjalan menjadi 2,8     dolar AS, sebagian besar karena peningkatan dalam penerimaan ekspor sementara
persen dari PDB          impor tetap relatif datar. Data bea cukai bulan Januari menunjukkan surplus
                         perdagangan yang besar sejumlah 709 juta dolar AS, atau naik dari 187 juta dolar AS
                         pada bulan Desember, terutama akibat turunnya biaya impor minyak mentah. Ke
                         depan, biaya impor bersih minyak diperkirakan akan semakin menyusut sejalan
                         dengan pengaruh dari penurunan harga minyak dunia dibandingkan harga tahun
                         2014 kepada harga bahan bakar pasca penyulingan. Namun manfaat terhadap defisit
                         neraca transaksi berjalan secara keseluruhan diperkirakan akan diimbangi sebagian
                         dengan penurunan penerimaan ekspor gas alam karena pengaruh kontraksi harga
                         yang mengikuti penurunan harga patokan minyak dunia (lihat Bagian C untuk
                         pembahasan prospek sektor migas). Sub neraca lain neraca berjalan terus stabil
                         antara kuartal ketiga dan keempat 2014; defisit perdagangan jasa meningkat sebesar
                         190 juta dolar AS ke 2,79 miliar dolar AS di kuartal keempat, dan defisit penerimaan
                         menyusut sebesar 170 juta dolar AS ke 5,76 miliar dolar AS.

Tekananterhadap          Ekspor di kuartal terakhir 2014 berjumlah 43,2 miliar dolar AS, 10,1 persen lebih
penerimaan ekspor        rendah dibanding satu tahun yang lalu, merupakan angka yang terendah sejak kuartal
komoditas berlanjut      ketiga tahun 2010. Penerimaan ekspor terkait komoditas, terutama migas, termasuk
di kuartal empat 2014    batubara dan produk-produk mineral lainnya, mengalami penyusutan sebesar 29,1
Maret 2015                                                   THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                 10
 Harapan besar                                                                         Perkembangan Triwulanan
                                                                                        Perekonomian Indonesia

                                 persen yoy, yang mendorong penurunan (Gambar 8). Penurunan penjualan
                                 komoditas ke Cina dan Jepang merupakan salah satu sumber utama penurunan
                                 ekspor Indonesia (Kotak 2). Ekspor manufaktur meningkat 5.2 persen tahun-ke-
                                 tahun ke 19,8 miliar dolar AS di kuartal empat tahun 2014, dan ini sedikit meredam
                                 kontraksi ekspor secara keseluruhan sebesar 2,0 poin persentase, namun tanpa
                                 momentum kenaikan yang berkelanjutan.

Impor tetap lemah,               Impor turun sebesar 5,9 persen yoy di kuartal akhir tahun 2014. Hal ini terutama
terutama karena                  disebabkan oleh menurunnya biaya impor BBM, namun semua kelompok impor
turunnya biaya                   utama—barang-barang konsumen, bahan mentah dan barang-barang modal—masih
impor minyak                     tetap lebih rendah secara signifikan dibanding tingkat harganya satu tahun yang lalu
                                 (Gambar 9). Impor barang-barang konsumen turun sebesar 10,3 persen yoy, yang
                                 mendorong keseluruhan impor sebesar 0,7 poin persentase, sementara impor barang
                                 modal dan bahan mentah secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 1,5
                                 poin persentase kepada keseluruhan kontraksi impor pada kuartal empat dibanding
                                 tingkatnya satu tahun yang lalu. Berlanjutnya perlemahan impor, walau dengan
                                 tanda-tanda stabilisasi impor barang modal belakangan ini, masih konsisten dengan
                                 indikator-indikator lain yang menunjuk kepada kondisi permintaan dalam negeri
                                 yang lemah sepanjang akhir tahun 2014 (lihat Bagian 2).

Gambar 8: Lemahnya penerimaan ekspor komoditas                        Gambar 9: …sementara impor turun tajam di kuartal
terus membebani ekspor secara keseluruhan…                            empat 2014 karena penurunan biaya BBM
(kontribusi kepada pertumbuhan tahun-ke-tahun, poin persentase)       (kontribusi kepada pertumbuhan tahun-ke-tahun, poin persentase)
                  Oil and gas                    Coal                                           Consumer goods
                  Mining                         Palm oil                12                     Fuel
 10               Rubber                         Manufacturing
                                                                         10                     Raw materials net of fuel
                  Other                          Total exports                                  Capital
                                                                          8                     Imports
  5
                                                                          6
                                                                          4
  0
                                                                          2

 -5                                                                       0
                                                                         -2

-10                                                                      -4
                                                                         -6
-15                                                                      -8
    Dec-12                    Dec-13                         Dec-14           Dec-12                  Dec-13                    Dec-14
Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia                               Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia


Aliran masuk bersih              Aliran masuk modal turun signifikan pada sisi modal dan finansial neraca
PMA dan portofolio               pembayaran pada kuartal empat, menjadi 7,8 miliar dolar AS dari 14,7 miliar dolar
lebih lemah pada                 AS pada kuartal ketiga. Investasi langsung turun ke 2,6 miliar dolar AS dari 6,0 miliar
kuartal empat                    dolar AS pada kuartal ketiga, terutama karena penurunan investasi ke dalam negeri
dibanding empat                  (pada 5,5 miliar dolar AS pada kuartal empat, turun dari 8,2 miliar dolar AS pada
kuartal sebelumnya               kuartal ketiga). Sejalan dengan itu, setelah aliran masuk modal portofolio yang sangat
                                 kuat selama tiga kuartal (yang berjumlah 24,2 miliar dolar AS selama kuartal satu
                                 hingga tiga tahun 2014) yang didorong oleh pembelian bersih sekuritas pemerintah
                                 oleh investor asing, aliran masuk modal portofolio turun ke 1,6 miliar dolar AS.
                                 Aliran masuk investasi “lain” meningkat sebesar 1,4 miliar dolar AS dari kuartal yang
                                 lalu menjadi 3,7 miliar dolar AS, terutama didorong oleh kenaikan hutang swasta
                                 (naik dari 3,0 miliar dolar AS pada kuartal ketiga menjadi 4,4 miliar dolar AS).


Maret 2015                                                                 THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                         11
Harapan besar                                                                        Perkembangan Triwulanan
                                                                                      Perekonomian Indonesia

Kotak 2: Berakhirnya lonjakan ekspor Indonesia1
 Indonesia mencatat lonjakan ekspor pada periode 2003-2011, dengan nilai ekspor dalam dolar AS meningkat hampir tiga kali
 lipat. Penerimaan ekspor turun pada tahun 2009 karena krisis keuangan dunia, namun pertumbuhannya kembali pulih dengan
 cepat, dan mencapai puncaknya pada tahun 2011. Ekspor komoditas2 mendorong pertumbuhan ini, dan meningkat dari 52
 persen dari jumlah penerimaan ekspor pada tahun 2001 menjadi 68 persen pada tahun 2011, dengan ekspor manufaktur dan
 lain-lain tumbuh pada laju yang lebih lambat dan mengalami kontraksi sebagai bagian ekspor dari 48 ke 32 persen. Namun
 ekspor mulai turun sejak tahun 2011. Ekspor barang dagangan, yang berkontribusi 24,1 persen dari PDB pada tahun 2011,
 turun menjadi 21,1 persen dari PDB pada tahun 2014. Ekspor mengalami kontraksi dalam tiga tahun terakhir, dengan
 penurunan sebesar 13,4 persen dalam dolar AS pada tahun 2014 bila dibandingkan dengan nilai puncaknya pada tahun 2011,
 yang besar penurunannya dapat dibandingkan dengan penyusutan sebesar 15,1 persen yang terjadi pada krisis keuangan dunia
 tahun 2009, walau penurunan tersebut terjadi dalam periode yang jauh lebih panjang (Gambar 10).
 Seperti kenaikan ekspor sebelum tahun 2011, penurunan ekspor pada tiga tahun terakhir disebabkan oleh ekspor yang
 berhubungan dengan komoditas. Penerimaan ekspor komoditas berada pada kisaran seperlima lebih rendah (-21,7 persen)
 pada tahun 2014 dibanding 2011, yang menurunkan bagian ekspor komoditas menjadi 62 persen dari keseluruhan ekspor pada
 tahun 2014. Ekspor non-komoditas, terutama komoditas, meningkat dengan sangat perlahan selama periode tersebut, sebesar
 5 persen lebih tinggi pada tahun 2014 dibanding 2011, dengan rata-rata 65 miliar dolar AS per tahun selama periode 2011-2014
 (Gambar 10 dan Gambar 11).
 Penurunan tajam harga-harga komoditas global mendorong sebagian besar penurunan dalam penerimaan ekspor komoditas
 Indonesia. Indeks harga-harga patokan dunia untuk enam komoditas ekspor utama Indonesia, dengan tertimbang menurut
 porsi penerimaan ekspor, adalah 40 persen lebih rendah pada bulan Februari 2015 dibanding puncak bulanannya pada
 Februari 2011 (Gambar 12). Selain itu, ekspor komoditas Indonesia juga terpengaruh oleh penurunan permintaan batubara
 dari Cina (walau sebagian diimbangi oleh peningkatan permintaan dari India, dengan volume ekspor batubara sedikit
 meningkat secara keseluruhan), penurunan produksi migas, dan penghentian ekspor yang dipengaruhi oleh larangan ekspor
 untuk sebagian bahan mineral mentah pada bulan Januari 2014 (lihat Bagian C). Pertumbuhan volume yang kuat telah
 mengimbangi penurunan harga untuk minyak kelapa sawit (CPO), dengan dukungan peningkatan permintaan dari Pakistan,
 beberapa negara Eropa, dan penambahan 25 pasar ekspor baru (negara-negara tujuan ekspor CPO) dari tahun 2011 ke 2014
 (Gambar 11).
 Ekspor Indonesia ke Jepang dan Cina sebagai dua negara tujuan utama belakangan ini menjadi sumber penurunan. Kenaikan
 ekspor sejak krisis keuangan dunia tahun 2009 hingga tahun 2011 sangat terkait dengan peningkatan permintaan dari kedua
 negara tersebut. Ekspor ke Cina meningkat dua kali lipat dari tahun 2009 menjadi sekitar 23 miliar dolar AS pada tahun 2011,
 mendorong Cina menjadi negara tujuan ekspor utama, melampaui AS, Eropa dan Singapura, dan hanya setingkat di belakang
 Jepang sejak tahun 2011 (Gambar 12). Namun selama tiga tahun terakhir, penjualan ekspor ke Cina dan Jepang telah
 mengalami penurunan yang tajam, yang menjadi sebab utama penurunan dalam jumlah ekspor. Produksi minyak dan gas yang
 lebih rendah bersamaan dengan kejatuhan harga minyak belakangan ini menjadi penyebab utama turunnya ekspor ke Jepang,
 yang 31,2 persen lebih rendah di tahun 2014 dibanding tahun 2011. Ekspor ke Cina turun sebesar 23,5 persen dari tahun 2011
 hingga 2014, dengan sebagian besar penurunan terjadi pada tahun yang lalu dengan berlanjutnya perlambatan ekonomi Cina,
 penurunan harga dan permintaan mineral yang terkait, dan larangan ekspor mineral pada bulan Januari 2014 mengikis ekspor
 sebesar 22,3 persen yoy. Ekspor batubara ke Cina mengalami penurunan sebesar 23 persen menjadi 4 miliar dolar AS pada
 tahun 2014 dari 5,6 miliar dolar AS pada tahun 2011, sementara ekspor bahan mineral dan karet turun masing-masing sebesar
 70 persen dan 64 persen pada periode yang sama, yang menyebabkan ekspor bagi masing-masing komoditas tersebut
 berjumlah kurang dari 800 juta dolar AS pada tahun 2014 dibanding lebih dari 1,7 miliar dolar AS pada tahun 2011. Secara
 bersama-sama, ekspor komoditas yang lebih lemah ke Jepang dan Cina memberikan kontribusi sebesar 7,3 poin persentase
 kepada penurunan ekspor secara total dari tahun 2011 hingga 2014 (Gambar 13).
 Ekspor tampaknya memiliki prospek yang menantang, karena harga komoditas dan aliran perdagangan dunia secara umum
 tidak diproyeksikan akan meningkat dengan tajam. Peningkatan ekspor Indonesia secara signifikan merupakan hal yang sulit
 dicapai kecuali Indonesia berhasil memperluas pangsa pasar dunia untuk produk-produknya yang telah ada atau masuk ke
 pasar-pasar baru, yang pada gilirannya akan membutuhkan peningkatan dalam daya saing internasional Indonesia.




                            1   Lihat Bagian C untuk analisis mendetil tentang dampak lonjakan komoditas dalam evolusi sektor sumber daya
                                alam Indonesia, dampak dari perubahan pada sektor sumber daya alam pada ekonomi makro (pertumbuhan,
                                sektor luar negeri dan penerimaan) dan hasil-hasil pembangunan sumber daya manusia dari tahun 2002 hingga
                                2013, dan pengelolaan kerentanan yang timbul dari proyeksi penurunan dalam produksi dan harga komoditas.
                            2   Pada kotak ini komoditas termasuk sektor-sektor sumber daya alam (migas dan pertambangan) dan juga
                                komoditas pertanian seperti CPO dan karet. Pembahasan pada Bagian C memfokuskan pada sektor-sektor
                                sumber daya alam (migas dan pertambangan).
Maret 2015                                                                THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                            12
Harapan besar                                                                     Perkembangan Triwulanan
                                                                                   Perekonomian Indonesia

 Gambar 10: Ekspor menurun sejak 2011, terutama                   Gambar 11: …yang tertekan oleh penurunan harga
 karena perlemahan penerimaan komoditas…                          dan volume, kecuali untuk CPO dan batubara
 (miliar dolar AS)                                                (perubahan nilai ekspor karena perbedaan dalam volume dan
                                                                  harga, Jan-Okt 2011 ke Jan-Okt 2014, persen)
                                                                  50                         price     volume        value
 210                                    Total ekspor
                                                                  30
 180
                                            ¨2011-14:             10
                                            -13,4%
 150
                                                                 -10
        Produk yang terkait
 120    komoditas                                                -30
                            ¨2008-09:
        Produk
  90                        -15,0%                               -50
        manufaktur
                                                                 -70
  60

  30


    2000 2002 2004 2006 2008 2010                2012   2014
Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia                         Catatan: Angka dalam kurung adalah bagian persentase ekspor
                                                                 tahun 2014; mineral termasuk tembaga, nikel, bauksit, timah dan
                                                                 biji besi.
                                                                 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia

 Gambar 12: Ekspor ke Jepang dan Cina, dua pasar                  Gambar 13: …mendorong turunnya lebih dari
 teratas Indonesia, turun tajam sejak 2011…                       setengah ekspor agregat pada periode 2011-2014
 (ekspor ke tujuan utama, miliar dolar AS; indeks harga,          (rincian pertumbuhan nilai ekspor menurut negara dan produk,
 ‘08= 100)                                                        Jan-Okt 2011 ke Jan-Okt 2011, persen)
  60                                                       120                        China          Japan      Other countries
         Indeks harga komoditas utama (kec.
         minyak), (rhs)                                                Manuf.
  50                                                       100
                                                                         CPO

  40                                                       80             Oil
                          Jepang
                                                                         Coal
  30                                                       60
                              Cina                                       Gas

  20                                 Singapura             40          Rubber
             Eropa
                                                        USA
                                                                   Minerals
  10                                                      20
              India                                                 Exports
   0                                                       0
      2008 2009 2010 2011 2012             2013    2014                         -14    -12     -10      -8      -6     -4    -2   0   2
Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia                         Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia




Maret 2015                                                             THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                      13
 Harapan besar                                                        Perkembangan Triwulanan
                                                                       Perekonomian Indonesia

Neraca transaksi       Defisit neraca transkasi Tabel 3: Defisit neraca transaksi berjalan diproyeksikan
berjalan               berjalan diproyeksikan      3,0 persen dari PDB pada tahun 2015
diproyeksikan tak      akan sedikit melebar        (miliar dolar AS kecuali dinyatakan lain)
                                                                                             2013 2014 2015 2016
akan banyak            dalam dolar AS pada
                                                    Keseluruhan neraca pembayaran             -7,1  17,4   9,0   8,9
berubah di tahun       tahun 2015 dan                                                         -0,8   2,0   0,9   0,8
                                                          Sebagai % dari PDB
2015 dan melebar di    berlanjut ke tahun           Neraca transaksi berjalan                -29,1 -26,2 -29,1 -34,5
tahun 2016 karena      2016, dan akan tetap               Sebagai % dari PDB                  -3,2  -3,0  -3,0  -3,2
melemahnya harga-      berada pada kisaran 3,0         Neraca perdagangan barang               5,8   6,9   6,6   6,1
harga komoditas dan    persen dari PDB untuk            Neraca perdagangan jasa              -12,1 -10,5 -10,5 -10,7
kenaikan investasi     tahun 2015 secara                Penerimaan                           -27,1 -27,8 -30,8 -35,5
                       keseluruhan, sedikit             Transfer                               4,2   5,2   5,7   5,8
                                                    Neraca keuangan dan modal                 22,0  43,6  38,0  43,2
                       melebar menjadi 3,2
                                                          Sebagai persen dari PDB              2,4   4,9   4,0   4,1
                       persen pada tahun                Investasi langsung                    12,3  15,3  15,5  17,0
                       2016. Penurunan harga           Investasi portofolio                   10,9  25,8  20,0  23,5
                       minyak sejak bulan Juni         Investasi lain                         -1,2   2,5   2,5   2,7
                       2014, dengan semua hal Catatan:
                       lain diasumsikan sama,           Neraca dasar                         -16,8 -11,0 -13,5 -17,4
                       diperkirakan akan            Sebagai     % dari PDB                    -1,8  -1,2  -1,4  -1,6
                                                   Catatan: Neraca dasar = saldo neraca berjalan + PMA bersih
                       menurunkan defisit          Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia
                       neraca transaksi
                       berjalan hingga sebesar 0,5 persen dari PDB. Namun, memasuki tahun 2016,
                       percepatan belanja investasi diperkirakan akan mendorong naik impor dan defisit
                       neraca berjalan. Dibandingkan dengan Triwulanan edisi bulan Desember 2014,
                       proyeksi saldo neraca berjalan tetap tidak berubah untuk tahun 2015 dan telah
                       direvisi turun sebesar 0,4 poin persentase untuk tahun 2016, yang mencerminkan
                       harga komoditas yang lebih rendah dan proyeksi peningkatan belanja investasi.
               5. Rupiah menguat secara efektif riil
Sementara              Sejak bulan Juli 2014, rupiah mencatat depresiasi terhadap dolar AS, sebesar 10,2
mengalami              persen (sampai 13 Maret 2015). Hal ini harus dilihat dari sudut pandang menguatnya
depresiasi terhadap    dolar terhadap tidak hanya rupiah, namun juga terhadap sebagian besar mata uang
dolar AS, rupiah       dunia. Indeks umum dolar AS meningkat sebesar 17,2 persen selama periode Juli
mencatat apresiasi     2014-Februari 2015, yang secara historis merupakan peningkatan yang sangat besar.
secara efektif riil…   Hal ini dapat dikaitkan terhadap kenaikan relatif dalam pertumbuhan ekonomi di
                       AS, dan perbedaan kebijakan moneter antara AS (dengan Bank Sentral AS
                       diperkirakan akan mulai meningkatkan suku bunga pada tahun 2015), zona Euro
                       (dengan Bank Central Eropa, ECB memulai program “pembelian sekuritas” besar
                       sejak bulan Januari) dan Jepang. Mempertimbangkan kinerja rupiah dibanding mata
                       uang asing lainnya (Gambar 14), rupiah lebih kuat pada bulan Januari sebesar 3,9
                       persen yoy berdasarkan perhitungan perdagangan tertimbang (efektif) (seperti diukur
                       oleh Bank International for Settlement, BIS). Secara riil (yaitu menyesuaikan dengan
                       inflasi dalam negeri Indonesia yang relatif lebih tinggi), kurs tukar dengan
                       tertimbang perdagangan telah menguat sejak bulan Juni 2014, dan meningkat
                       sebesar 10,0 persen yoy menurut perkiraan BIS yang terakhir tersedia, yaitu untuk
                       bulan Januari. Karenanya sampai bulan Januari rupiah hanya 3,2 persen berada di
                       bawah tren 10-tahunnya, dibandingkan dengan 12,2 persen di bawah tren pada akhir
                       tahun 2013, mengikuti penyesuaian mata uang yang besar pada tahun tersebut
                       (Gambar 15).




Maret 2015                                                   THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                   14
 Harapan besar                                                                      Perkembangan Triwulanan
                                                                                     Perekonomian Indonesia

Gambar 14: Rupiah turun terhadap dolar AS sejak                       Gambar 15: …dengan apresiasi efektif riil yang
medio 2014 namun meningkat secara tertimbang-                         signifikan sejak 2013 mendekati tren jangka panjang
perdagangan riil…                                                     (kurs tukar efektif riil, 2010=100, dan tren linear 10-tahun)
(akumulasi apresiasi sejak akhir Juni 2014, persen)
                                                    Riil tertimbang
   10                                                perdagangan
                                                                        105
    8
                                                        Nominal         100
    6                                                  tertimbang
                                                       perdaganga
    4                                                       n            95
    2
    0                                                                    90

    -2
                                                                         85
    -4
    -6                                                                   80
    -8
                                                  USD/IDR
  -10                                                                    75
    Jun-14      Aug-14      Oct-14         Dec-14       Mar-15            Jan-05     Jan-07    Jan-09    Jan-11    Jan-13    Jan-15

Catatan: Rangkaian riil tertimbang perdagangan adalah rata-rata Sumber: BIS; perhitungan staf Bank Dunia
bulanan hingga 15 Jan. Rangkaian nominal tertimbang perdagangan
menggunakan bobot BIS, frekuensi harian
Sumber: CEIC; BIS; perhitungan staf Bank Dunia


…dan aliran masuk            Pasar keuangan Indonesia mencatat awal yang baik pada tahun 2015, dengan Indeks
modal investasi              Harga Saham Gabungan meningkat 3,8 persen dan imbal hasil (yield) obligasi
portofolio hingga            menyusut sebesar 30-50 basis poin (bps) pada berbagai masa jatuh tempo, sampai
awal bulan Maret             tanggal 13 Maret 2015. Aliran masuk modal asing ke aset-aset pembiayaan
mendukung harga              Indonesia, terutama ke obligasi pada bulan Januari, mendukung harga-harga, hingga
aset dalam negeri            paruh pertama bulan Maret, yang mencatat penjualan bersih obligasi ke investor
                             asing; pembelian bersih oleh investor asing untuk ekuitas dan obligasi mencapai Rp
                             32,6 triliun (sekitar 2,5 miliar dolar AS) hingga 12 Maret 2015. Setelah mencatat nilai
                             tertinggi pada tahun 2014 untuk keseluruhan aliran masuk portofolio, kepemilikan
                             sekuritas dalam negeri pemerintah oleh investor asing meningkat ke nilai tertinggi
                             yang pernah tercatat (40,0 persen dari obligasi yang beredar pada akhir bulan
                             Februari), sebelum sedikit berkurang karena aliran keluar bersih modal yang kembali
                             mulai dan berlanjut pada bulan Maret.

Suku bunga BI                Bank Indonesia menurunkan suku bunganya sebesar 25bps pada tanggal 17 Februari
diturunkan sebesar           2015 menjadi 7,5 persen, tiga bulan setelah kenaikan sebesar 25bps sebagai jawaban
25bps pada bulan             atas kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan November 2014. Tingkat fasilitas
Februari,                    simpanan (FASBI) juga diturunkan sebesar 25bps, untuk mendukung likuiditas bank
mengembalikan                dengan menurunkan biaya kesempatan (opportunity cost) bank-bank untuk pemberian
kenaikan pada bulan          pinjaman keseluruhan, sementara fasilitas pinjaman BI tetap dipertahankan pada
November 2014                tingkat 8 persen. Untuk mendukung keputusan ini, BI menyatakan keyakinannya
                             bahwa inflasi akan terus berkurang menuju targetnya untuk tahun 2015 sebesar 3-5
                             persen. Bank sentral juga menyatakan bahwa depresiasi rupiah nominal yang
                             belakangan terjadi dapat bermanfaat bagi penyesuaian berkelanjutan pada neraca
                             eksternal Indonesia karena lemahnya harga-harga komoditas.3 Cadangan devisa
                             meningkat sebesar 3,7 miliar dolar AS dari bulan Desember 2014 menjadi 115,3
                             miliar dolar AS pada bulan Februari 2015.

                             3   Rilis pers BI No. 17/12/DKom.
Maret 2015                                                                THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                  15
 Harapan besar                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                  Perekonomian Indonesia


Pertumbuhan kredit     Pertumbuhan kredit terus melambat, kira-kira setengah dari nilai tertingginya pada
terus melambat         tahun 2013, menjadi 11,4 persen yoy pada bulan Desember 2014. Pertumbuhan
namun kenaikan         simpanan secara keseluruhan bertahan relatif datar, pada 12,1 persen pada bulan
simpanan               Desember, yang terutama didukung oleh penguatan deposito berjangka. Karenanya
tampaknya telah        rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio, LDR) turun menjadi 89,4
stabil…                persen pada bulan November (turun dari 92,2 persen pada bulan Juli 2014). Kualitas
                       pinjaman bank secara agregat juga masih tetap kuat, dan bahkan sedikit meningkat
                       seperti ditunjukan oleh penyusutan tingkat kredit macet ke 2,2 persen dari pinjaman
                       pada bulan Desember, turun dari 2,4 persen pada bulan November.

…dan kenaikan          Walau pertumbuhan kredit masih lemah, persetujuan pinjaman, yang cenderung
persetujuan kredit     akan mendorong pertumbuhan kredit, mulai meningkat sejak bulan Juli 2014, dari
dapat menunjukkan      kontraksi sebesar 14 persen pada waktu itu menurut rata-rata bergerak 3-bulan
stabilisasi            dibandingkan dengan tingkat satu tahun yang lalu, ke 7,8 persen yoy pada bulan
pertumbuhan kredit     Desember 2014 (Gambar 16). Namun masih terlalu awal untuk menyatakan bahwa
                       siklus kredit telah berputar, dengan kondisi penawaran yang lebih mendukung
                       namun prospek pertumbuhan permintaan kredit tetap tidak pasti dengan masih
                       ketatnya posisi kebijakan moneter dan lemahnya laju pertumbuhan investasi tetap.

Penerbitan obligasi    Pembiayaan hutang keseluruhan terhadap sektor korporasi non-bank meningkat
dalam negeri dan       pada kuartal keempat tahun 2014, berkat kenaikan yang tajam dalam penerbitan
kenaikan kredit bank   obligasi korporat bersih dalam negeri, menjadi Rp 54 triliun (Gambar 17). Namun
yang berurutan         pembiayaan luar negeri kepada sektor korporat turun dari lebih dari Rp 40 triliun
mengimbangi            pada kuartal kedua 2014 menjadi Rp 15,2 triliun pada kuartal keempat,
rendahnya pinjaman     mengkonsolidasikan tren perlemahan yang belakangan terjadi. Kredit bank dalam
bersih luar negeri     negeri kepada sektor korporasi meningkat menjadi Rp 34,4 triliun pada kuartal
perusahaan pada        empat, dari Rp 24,1 triliun pada kuartal yang lalu, yang cukup untuk mengimbangi
kuartal empat…         penurunan dalam pembiayaan bersih luar negeri, namun seperti terlihat dari angka-
                       angka pertumbuhan kredit bank secara keseluruhan yang dibahas di bawah, masih
                       relatif rendah dibanding laju yang dicatatkan pada tahun-tahun terakhir.




Maret 2015                                              THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                       16
 Harapan besar                                                          Perkembangan Triwulanan
                                                                         Perekonomian Indonesia

Gambar 16: Pertumbuhan kredit bank terus melambat, Gambar 17: Kredit dalam negeri bagi perusahaan non-
namun persetujuan hutang naik sejak medio 2014                   finansial meningkat pada kuartal akhir 2014
(rata-rata bergerak 3-bulan persetujuan hutang baru, pertumbuhan (peningkatan bersih kuartalan, triliun Rp)
kredit; persen yoy)
   20                                              25       160                            Foreign exchange debt
                 Pertumbuhan kredit bank, RHS
                                                                                           Domestic credit
   15                                                       140
                                                                                           Domestic bonds
                                                   20       120
   10
                                                            100
    5        Persetujuan                           15
             hutang                                          80
    0
                                                             60
   -5                                              10
                                                             40
  -10                                                        20
                                                   5
  -15                                                          0
                                                             -20
  -20                                              0
    Dec-12      Jun-13     Dec-13    Jun-14   Dec-14           Dec-12       Jun-13     Dec-13       Jun-14      Dec-14

Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia                 Catatan: Hutang dalam mata uang asing termasuk kontrak
                                                         pinjaman, sekuritas hutang dan kredit perdagangan; data obligasi
                                                         dalam negeri hanya hingga bulan November 2014.
                                                         Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia


…dan pertumbuhan            Apresiasi dolar AS memberikan tekanan naik pada biaya jasa hutang dalam rupiah
hutang luar negeri          bagi perusahaan-perusahaan Indonesia yang memiliki hutang dalam dolar AS.
telah mencapai              Hutang luar negeri swasta berjumlah besar, mencapai 162,9 miliar dolar AS untuk
puncaknya                   sektor swasta secara keseluruhan, dan 121,2 miliar dolar AS untuk perusahaan non-
                            finansial pada bulan Desember 2014, walau perbandingan terhadap hutang eksternal
                            PDB tetap moderat pada 32,9 persen seperti diukur oleh BI. Pertumbuhan pinjaman
                            luar negeri swasta turun dari 11,9 persen yoy pada bulan September 2014 menjadi
                            9,9 persen pada bulan Desember. Disamping tren perlemahan kurs tukar dapat
                            membatasi pinjaman luar negeri baru, BI mendorong lindung nilai (hedging) mata
                            uang yang lebih besar dan menekan tingginya hutang luar negeri melalui penetapan
                            rasio lindung nilai, rasio likuiditas dan persyaratan peringkat kredit.

                  6. Realokasi belanja yang besar dan target penerimaan yang ambisius pada
                     APBN-P 2015
APBN-P tahun 2015           Pemerintahan Indonesia yang baru mengajukan anggaran-nya yang pertama pada
disetujui pada              bulan Januari lalu, sebagai APBN-P 2015 dari anggaran yang disusun oleh
pertengahan                 pemerintahan sebelumnya pada bulan September 2014. Versi APBN-P tersebut
Februari, dan               telah disetujui DPR pada pertengahan Februari. Sebagai cerminan dari agenda
mencerminkan                reformasi pemerintahan yang baru, anggaran itu menyertakan realokasi belanja yang
agenda reformasi            besar dari subsidi BBM ke program-program prioritas pembangunan utama,
yang ambisius               khususnya program infrastruktur, pertanian, dan sosial. Realokasi ke belanja yang
                            produktif ini merupakan perkembangan positif yang cukup signifikan. Namun,
                            pelaksanaan anggaran yang efektif akan membutuhkan penanganan berkelanjutan
                            terhadap tantangan-tantangan dalam belanja modal, dan kenaikan penerimaan yang
                            sangat besar telah dianggarkan yang dibutuhkan untuk mendanai kenaikan belanja
                            yang ditetapkan . Karenanya, implementasi sepenuhnya anggaran baru tersebut
                            tampaknya akan membutuhkan waktu, dan selama tahun 2015 Pemerintah akan
                            menghadapi tantangan dalam menyesuaikan belanja terhadap realisasi penerimaan
Maret 2015                                                   THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                         17
 Harapan besar                                                                     Perkembangan Triwulanan
                                                                                    Perekonomian Indonesia

                          yang lebih rendah dari yang dianggarkan, dan pada saat yang sama tetap harus
                          menjaga peningkatan efisiensi dari realokasi APBN-P tersebut.

Realisasi defisit         APBN-P 2015 mewarisi tantangan fiskal yang signifikan. Defisit fiskal sementara
fiskal tahun 2014         tahun 2014 berjumlah Rp 227,4 triliun (2,2 persen dari PDB4), sedikit lebih kecil dari
hanya 2,2 persen dari     tingkat yang dianggarkan pada 2014 APBN-P sebesar 2,4 persen dari PDB.
PDB, walau                Penerimaan negara pada tahun 2014 jauh lebih rendah dari targetnya, yaitu 6 persen
rendahnya kinerja         lebih rendah (dibahas lebih lanjut di bawah). Namun hal ini diimbangi dengan
penerimaan…               upaya-upaya penyesuaian belanja utama, termasuk pemotongan anggaran
                          kementerian-kementerian, kenaikan harga BBM bersubsidi yang tajam pada bulan
                          November, dan penurunan belanja modal.

…dan anggaran             APBN-P 2015 menargetkan defisit fiskal yang lebih kecil dibanding tahun 2014,
defisit fiskal turun ke   sebesar 1,9 persen dari PDB (Tabel 4). Asumsi-asumsi ekonomi makro yang
1,9 persen untuk          mendasari juga direvisi dari APBN 2015, agar lebih selaras dengan perkembangan-
tahun 2015…               perkembangan terbaru, termasuk pertumbuhan riil PDB yang sedikit lebih rendah
                          (5,7 persen dari sebelumnya 5,8 persen) dan inflasi yang lebih tinggi (5,0 persen dari
                          4,4 persen). Kurs tukar rupiah-dolar AS diasumsikan rata-rata Rp 12.500, naik dari
                          Rp 11.900 dalam APBN. Mengikuti turunnya harga minyak internasional yang
                          belakangan terjadi, asumsi harga minyak mentah Indonesia untuk tahun 2015 kini
                          ditetapkan pada 60 dolar AS per barel, turun secara signifikan dari 105 dolar AS per
                          barel dari APBN. Asumsi produksi migas juga diturunkan menjadi 825.000 barel per
                          hari dan 1.221 juta barel ekivalen minyak per hari, mengikuti lemahnya realisasi
                          dibanding sasaran pada tahun 2014 (Tabel 4).

…berdasarkan target Sasaran penerimaan menurut APBN-P 2015 meningkat sebesar 14,6 persen
penerimaan yang     dibanding hasil realisasi tahun 2014. Kenaikan yang signifikan ini ditetapkan walau
sangat ambisius…    dengan proyeksi harga minyak internasional yang lebih rendah pada tahun 2015
                    dibanding tahun 2014, yang dipengaruhi oleh penerimaan yang terkait dengan migas
                    yang dianggarkan akan turun sebesar 43,4 persen untuk pajak penghasilan dan 62,5
                    persen untuk penerimaan bukan pajak. Yang menjadi pendorong kenaikan kuat
                    dalam total penerimaan walau dengan penurunan tajam penerimaan terkait migas
                    (menyumbang sekitar seperlima dari penerimaan pada tahun 2014 – lihat Bagian C
                    untuk pembahasan lebih lanjut tentang gambaran jangka menengah untuk
                    penerimaan migas) adalah kenaikan yang signifikan dalam penerimaan pajak lain-
                    lain, terutama pajak pertambahan nilai (PPN). PPN ditargetkan untuk meningkat
                    sebesar 42,5 persen dibanding realisasi tahun 2014, dan pajak penghasilan dari
                    sektor-sektor terkait non-migas ditargetkan akan meningkat sebesar 36,9 persen dari
                    hasil yang dicapai pada tahun 2014.




                          4   PDB yang direvisi dan menggunakan tahun dasar baru 2010.
Maret 2015                                                              THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                             18
 Harapan besar                                                                  Perkembangan Triwulanan
                                                                                 Perekonomian Indonesia

Gambar 18: Realisasi penerimaan tahun 2014 hanya                 Gambar 19: …karena pertumbuhan penerimaan
mencapai 94 persen dari target APBN-P 2014…                      nominal terus turun di 2014, terutama akibat lemahnya
(Rp triliun (kiri); persen (kanan))                              pertumbuhan PPN
                                                                 (kontribusi ke pertumbuhan penerimaan nominal keseluruhan
                                                                 tahun-ke-tahun, persen)
                  2014 Revised Budget (LHS)
                                                                   25                Income tax O&G             Income tax N-O&G
                  2014 Preliminary Actual (LHS)
1,800             2014 Actual vs Budget (RHS)            120                         VAT/LGST                   Excises
1,600                                                              20                Int'l trade taxes          NRR O&G
                                                         100
1,400
                                                                                     NRR N-O&G
1,200                                                    80
                                                                   15
1,000
                                                         60
  800
  600                                                    40        10
  400
                                                         20
  200                                                                5
    0                                                    0
                                                                     0


                                                                    -5
                                                                              2011     2012              2013         2014

Catatan: O&G adalah migas, N-O&G adalah non-migas; LGST          Catatan: O&G adalah migas, N-O&G adalah non-migas; LGST
adalah PPNBM.                                                    adalah PPNBM; NRR adalah “penerimaan sumber daya alam”.
Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia        Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia


…terutama ditengah         Realisasi penerimaan pada 2014 hanya mencapai 94 persen dari sasaran APBN-P
lemahnya kinerja           sebesar Rp 1.635,4 triliun (Gambar 18), dengan berlanjutnya tren penurunan
penerimaan di 2014,        pertumbuhan penerimaan dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan penerimaan
akibat kondisi             nominal dalam negeri mencapai 6,8 persen pada tahun 2014, turun dari 7,5 persen
ekonomi makro dan          pada tahun 2013 (Gambar 19). Penurunan pertumbuhan penerimaan secara
perubahan                  keseluruhan disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk perlambatan pertumbuhan
kebijakan…                 PDB nominal, penurunan harga komoditas, dan menurunnya produksi minyak (lihat
                           Triwulanan edisi bulan Desember 2014). Selain itu, sejumlah langkah-langkah
                           kebijakan yang baru turut berkontribusi kepada penurunan pertumbuhan
                           penerimaan. Sebagai contoh, penerapan larangan ekspor mineral5 pada bulan Januari
                           berdampak negatif terhadap penerimaan pajak badan dan pajak ekspor. Ekspor
                           konsentrat tembaga berjalan kembali pada paruh kedua tahun 2014, namun
                           penerimaan komoditas non-migas secara keseluruhan masih berada di bawah
                           tekanan, dengan royalti meleset 11,5 persen kurang dari sasaranAPBN-P 2014 .

…termasuk                  Penurunan pertumbuhan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi kontributor utama
sejumlah perubahan         untuk perlemahan kinerja penerimaan pada tahun 2014. Pertumbuhan penerimaan
kebijakan pajak yang       PPN hanya mencapai 5,8 persen pada tahun 2014, dibanding rata-rata sebesar 18,8
tampaknya                  persen untuk periode tahun 2009-2013 dan hanya mencapai 85,1 persen dari sasaran
berdampak negatif          APBN-P 2014. Penerapan pajak final sebesar 1 persen dari penjualan bruto tahunan
pada penerimaan            untuk perusahaan dengan penjualan bruto di bawah Rp 4,8 miliar pada bulan Juli
                           2013,6 dan peningkatan batas pendaftaran PPN yang mengikutinya menjadi Rp 4,8
                           miliar,7 dapat membawa pengaruh negatif terhadap penerimaan pajak badan dan
                           PPN. Menurut Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak), sekitar 20 persen dari
                           penerimaan PPN pada tahun 2013 dibayarkan oleh wajib pajak dengan penjualan di
                           bawah Rp 4,8 miliar, yang terdiri dari penerimaan PPN yang terdahulu karena

                           5 Peraturan Menteri Keuangan No. 1 Tahun 2014.
                           6 Peraturan Menteri Keuangan No. 46 Tahun 2013.
                           7 Peraturan Menteri Keuangan No. 197 Tahun 2013.

Maret 2015                                                            THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                               19
 Harapan besar                                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                                  Perekonomian Indonesia

                       perubahan kebijakan pada tahun 2014. Realisasi pajak pendapatan non-migas berada
                       5,3 persen di bawah target.

Sasaran penerimaan     Realisasi sasaran penerimaan sebesar Rp 1.762 triliun untuk tahun 2015 pada
yang ambisius          APBN-P disebutkan akan bergantung pada “upaya tambahan” dalam pungutan
diharapkan dapat       pajak, dan sebagian juga pada perubahan kebijakan pada masa depan (belum
tercapai melalui       diperinci). Catatan Keuangan untuk APBN-P menyatakan bahwa peningkatan yang
peningkatan            dibutuhkan dalam pengelolaan pajak termasuk peningkatan efektivitas dan efisiensi
pungutan, sementara    pungutan, bergantung kepada peningkatan kelembagaan dan organisasi, termasuk
langkah-langkah        kapasitas di bidang sumber daya manusia dan teknologi informasi (TI), serta
kebijakan yang         pertukaran informasi yang lebih baik antar badan-badan dan lembaga-lembaga. Pada
spesifik masih belum   sisi kebijakan pajak, telah dibuat sejumlah pengumuman tentang langkah-langkah
diumumkan              kebijakan yang tengah dipertimbangkan oleh Pemerintah, namun belum ada
                       keputusan akhir yang diambil. Pengumuman mencakup larangan perjalanan dan
                       hukuman penjara untuk debitur pajak berukuran besar,8 kemungkinan pengampunan
                       pajak, kenaikan tingkat royalti pertambangan, dan pajak-pajak baru untuk pemegang
                       kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract, PSC) yang baru.

APBN-P 2015            Pada sisi pengeluaran, APBN-P menunjukkan peningkatan yang besar dalam
mendapat manfaat       efisiensi alokatif. Bagian subsidi BBM dianggarkan turun secara tajam menjadi Rp 65
dari reformasi besar   triliun (0,6 persen dari PDB) dari Rp 276 triliun (2,5 persen dari PDB) dalam APBN,
subsidi BBM pada       setelah reformasi besar subsidi BBM. Memanfaatkan momentum turunnya harga
bulan Januari 2015…    minyak internasional, Pemerintah meluncurkan penetapan harga baru yang berani,
                       berlaku per tanggal 1 Januari 2015, dengan harga solar dan bensin oktan rendah akan
                       menyesuaikan secara otomatis terhadap perubahan dalam harga-harga patokan
                       (Kotak 3).

… melakukan            Belanja modal meningkat secara signifikan ke Rp 276 triliun atau lebih dari dua kali
ralokasi belanja ke    lipat dari realisasi awal tahun 2014 (Gambar 20). Sejumlah kementerian utama,
belanja modal yang     terutama yang terlibat dalam pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur, menerima
sangat dibutuhkan…     kenaikan anggaran yang signifikan dibanding tahun 2014, termasuk Kementerian
                       Pekerjaan Umum (40 persen), Kementerian Perhubungan (45 persen), Kementerian
                       Pertanian (106 persen), Kementerian Sosial (177 persen), serta Kementerian Energi
                       dan Sumber Daya Mineral (50 persen) (Gambar 21). Selain itu, APBN-P juga
                       menyertakan suntikan modal bagi beberapa BUMN sebesar Rp 70,4 triliun, yang
                       bertujuan untuk membantu mempercepat pembangunan infrastruktur.9

…dan termasuk          Alokasi transfer ke Pemerintah Daerah juga meningkat tajam, terutama untuk
kenaikan alokasi       mendukung pembangunan infrastruktur di tingkat kabupaten dan kawasan
bagi pemerintah        perdesaan. Alokasi Dana Desa, yang baru diluncurkan pada tahun 2015 sesuai
daerah, termasuk       mandat dari UU Desa tahun 2014, meningkat lebih dari dua kali lipat dari Rp 9,1
untuk infrastruktur    triliun dalam APBN menjadi Rp 20,8 triliun. Dana Alokasi Khusus untuk daerah
                       (DAK) mencatat kenaikan tajam sebesar 64 persen dari APBN menjadi Rp 59
                       triliun.




                       8   Pada tahun 2003, kebijakan serupa digunakan untuk meningkatkan kepatuhan pajak, namun karena faktor-faktor
                           seperti penegakan yang tidak konsisten dan kekurangan auditor pajak, langkah itu secara umum dianggap sebagai
                           tidak efektif. Lihat http://www.thejakartapost.com/news/2015/01/27/editorial-jailing-tax-debtors.html.
                       9   Hal ini dilaporkan dalam APBN sebagai komponen pembiayaan dan bukan pengeluaran.
Maret 2015                                                            THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                     20
 Harapan besar                                                           Perkembangan Triwulanan
                                                                          Perekonomian Indonesia

Gambar 20: APBN-P 2015 memotong subsidi energi             Gambar 21: …dan meningkatkan anggaran untuk
dan meningkatkan belanja infrastruktur…                    kementerian-kementerian utama yang secara
(Rp triliun; persen)                                       signifikan terlibat dalam infrastruktur
                                                           (Rp triliun; persen)
   400                             2014 Outturn                 2014 Outturn    2015 Revised Budget      Growth (percent)
                                                               140
                                   2015 Revised Budget
   300                                                         120
                                   2015 Change (percent)       100
   200                                                          80
                                                                60
   100                                                          40
                                                                20
                                                                 0
     0

  -100




Sumber: Kemenkeu; perhitungan staf Bank Dunia              Catatan: *Pendidikan termasuk alokasi ke Kementerian Riset dan
                                                           Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Urusan Sosial pada tahun 2015
                                                           termasuk reklasifikasi sejumlah program sosial yang sebelumnya
                                                           berada di bawah Kemenkeu.
                                                           Sumber: Kemenkeu; perhitungan staf Bank Dunia


Merealisasikan             Re-alokasi yang signifikan dari belanja subsidi BBM ke prioritas-prioritas
manfaat dari alokasi       pembangunan, terutama infrastruktur, merupakan perubahan kebijakan besar yang
anggaran akan              positif. Namun, sejauh mana tujuan kebijakan itu akan tercapai akan bergantung
bergantung pada            pada penanggulangan dua tantangan. Yang pertama adalah mengatasi masalah
penanggulangan             implementasi yang telah lama ada, terutama pembebasan tanah untuk proyek-proyek
tantangan                  infrastruktur yang baru. Realisasi belanja APBN 2014 menunjukkan masih ada
pelaksanaan…               tantangan tersebut; pada tahun 2014, total pencairan belanja mencapai 94 persen
                           dari APBN-P, atau 96 persen dari APBN, dengan kinerja yang bervariasi lintas jenis
                           belanja. Komponen belanja pokok kementerian-kementerian (seperti untuk pegawai,
                           barang, dan modal) masing mencapai 18 persen dan 12 persen lebih rendah dari
                           APBN dan APBN-P tahun 2014, sementara realisasi belanja bukan kementerian,
                           seperti pembayaran bunga dan subsidi, hanya berbeda tipis dari APBN-P. Belanja
                           modal terealisasi cukup jauh di bawah anggarannya, dengan pencairan hanya 73
                           persen dari APBN atau 84 persen dari APBN-P, dimana secara nominal belanja
                           terkontraksi tajam dibanding dengan tahun 2013 sebesar 26 persen.

…dan meningkatkan Tantangan kedua untuk mencapai tujuan belanja pembangunan yang ambisius
kinerja penerimaan adalah lebih tingginya penerimaan. Penghematan biaya subsidi BBM dalam jumlah
secara signifikan  yang cukup besar berkat langkah reformasi bulan Januari 2015, sekitar 1,8 persen
                   dari PDB pada tahun 2015, tergerus oleh dampak negatif penurunan harga minyak
                   dunia terhadap penerimaan migas, yang diproyeksikan oleh Pemerintah akan
                   mengalami kontraksi sebesar 1,9 poin persentase dari PDB pada tahun 2015
                   dibandingkan dengan 2014. Karenanya, pembiayaan rencana peningkatan PDB
                   sebesar 1,0 poin persentase dalam belanja modal Pemerintah Pusat pada tahun 2015
                   dibandingkan dengan tahun 2014, akan bergantung kepada pencapaian sasaran
                   kenaikan penerimaan pajak tahun 2015 sebesar 1,4 poin persentase dari PDB,
                   peningkatan defisit anggaran, atau kombinasi dari keduanya. Dengan berakhirnya
                   kuartal pertama, ruang bagi peningkatan penerimaan tambahan pada tahun 2015

Maret 2015                                                     THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                        21
Harapan besar                                                              Perkembangan Triwulanan
                                                                            Perekonomian Indonesia

                           melalui perubahan kebijakan dan administrasi menurun dan tampaknya akan terjadi
                           kekurangan penerimaan yang signifikan.

Kotak 3: Reformasi harga BBM telah menurunkan biaya subsidi, namun realisasi manfaat sepenuhnya akan
membutuhkan implementasi yang transparan dan konsisten
 Melalui perubahan kebijakan yang besar, Pemerintah yang baru mengumumkan reformasi subsidi BBM lebih lanjut pada
 tanggal 31 Desember 2014, mengikuti kenaikan harga bensin dan solar satu kali sebesar rata-rata 34 persen pada bulan
 November 2014. Pengaturan subsidi BBM yang baru ini, mulai berlaku pada 1 Januari 2015, dipandu oleh Perpres No.
 191 Tahun 2014 dan diatur oleh peraturan pelaksanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan
 Permen ESDM No. 39 Tahun 2014. Kebijakan baru itu menyertakan hal-hal utama berikut: i) penerapan metode
 penentuan harga yang baru, dengan penyesuaian harga semi-otomatis, yang memungkinkan harga bensin dan solar
 untuk mengikuti pergerakan harga minyak internasional dan kurs tukar, ii) penghapusan subsidi bensin premium (RON
 88, “Premium”) (walau harga yang diatur masih menyertakan tambahan biaya transportasi untuk pengiriman BBM di
 luar pulau Jawa, Madura, dan Bali), dan iii) penerapan subsidi tetap per liter sebesar maksimum Rp 1.000 untuk solar.
 Harga baru bensin dan solar akan diumumkan setiap bulan, atau setiap dua minggu bila dirasa perlu, oleh Kementerian
 Energi dan Sumber Daya Mineral, berdasarkan rata-rata bulanan dari harga minyak yang menjadi patokan internasional
 (seperti Mean of Platts Singapura) dan kurs tukar dolar AS/Rp.

 Pengaturan harga BBM yang baru diperkirakan akan membawa sejumlah dampak positif terhadap pengelolaan fiskal dan
 ekonomi:
 x Menurunkan ketidakpastian anggaran: skema harga BBM mengambang akan menurunkan kebergantungan fiskal
     terhadap harga minyak internasional dan depresiasi rupiah. Pengaruhnya akan terbatas pada potensi perubahan dalam
     volume subsidi solar yang dibutuhkan akibat adanya perubahan yang didorong oleh harga dalam permintaan
     (diperkirakan akan meningkat bila harga naik, dan sebaliknya) – Namun hal ini hanya akan menimbulkan
     ketidakpastian yang tidak terlalu signifikan karena subsidi telah dibatasi tidak lebih dari Rp 1.000 per liter – serta
     perubahan harga ekonomi minyak tanah dan LPG.
 x   Menurunkan belanja subsidi BBM dan menjaga keberlanjutan fiskal: pengaturan subsidi yang baru menurunkan biaya
     subsidi BBM secara signifikan. Biaya subsidi BBM diproyeksikan akan turun dengan tajam dari 2,4 persen dari PDB
     pada tahun 2014 menjadi 0,6 persen dari PDB pada tahun 2015. Hal ini memberikan dukungan yang kuat terhadap
     keberlanjutan posisi fiskal Indonesia dan posisi sektor fiskal dalam mendukung ekonomi yang lebih merata.
 x   Memperluas ruang fiskal untuk mengarahkan kembali belanja ke belanja yang produktif: proyeksi penghematan fiskal
     sangat penting untuk membuka ruang fiskal yang dibutuhkan dalam meningkatkan belanja bagi prioritas-prioritas
     pembangunan, seperti bidang infrastruktur dan kesehatan, walau pada jangka pendek tekanan penurunan penerimaan
     yang terkait dengan minyak akibat turunnya harga minyak dunia akan membatasi kenaikan bersih dalam ruang fiskal.
 x    Menurunkan tekanan inflasi: tidak akan ada lagi penyesuaian besar-besaran sekali saja terhadap harga BBM seperti
      pada tahun 2005, 2008, 2013, dan 2014. Lonjakan harga tersebut tampaknya telah mempengaruhi persepsi risiko
      inflasi, karena ketidakpastian waktu pelaksanaan dan ancaman bahwa lonjakan harga sisi penawaran yang sangat besar
      dapat memicu inflasi jangka panjang yang lebih tinggi. Penghapusan sumber risiko inflasi yang besar ini akan
      berkontribusi kepada stabilitas proyeksi inflasi (sebelumnya harga-harga ditekan melalui peraturan untuk periode yang
      panjang melalui penetapan harga BBM di bawah harga pasar. Risikonya adalah ketidakpastian akan kapan penekanan
      ini akan berakhir. Kini risiko tersebut sudah ditiadakan).
 Walaupun reformasi yang diumumkan merupakan perkembangan positif yang besar, namun beberapa pengumuman
 lanjutan telah mengakibatkan munculnya ketidakpastian tentang pelaksanaan reformasi sistem tersebut. Pemilihan waktu
 tanggal 19 Januari diluar perkiraan, rumus penetapan harga tampaknya diterapkan secara tidak merata untuk bulan
 Maret, dengan hanya harga premium (namun bukan solar) yang diubah pada tanggal 1 Maret (kemungkinan karena
 pergeseran tingkat subsidi solar per liter, walau hal ini belum jelas), dan ketidakpastian tentang kemungkinan perubahan
 lebih lanjut untuk meredam gejolak (Pemerintah tampaknya mempertimbangkan penggunaan mekanisme pembatasan
 untuk mengelola gejolak harga minyak pada masa depan, namun informasi yang lebih terperinci belum tersedia).1
 Komponen-komponen spesifik tentang rumus harga BBM juga belum diumumkan.

 Berbagai langkah masih perlu ditempuh guna memastikan penerapan reformasi secara transparan dan konsisten, dan
 dengan demikian menjaga kredibilitas dan sebagian besar manfaatnya. Prinsip-prinsip yang harus diterapkan guna
 mewujudkan hal tersebut mencakup keharusan bahwa pelaksanaan bersifat:


Maret 2015                                                       THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                      22
 Harapan besar                                                                    Perkembangan Triwulanan
                                                                                   Perekonomian Indonesia

 x    Transparan: untuk dapat menarik manfaat dari penurunan ketidakpastian inflasi dari penghapusan penyesuaian yang
      lebih besar, dan untuk mencegah sistem yang baru agar tidak meningkatkan ketidakpastian inflasi, maka dasar dari
      perubahan harga haruslah jelas (misalnya menggunakan rumus yang diumumkan dan tolok ukur yang dapat diamati)
      dan waktu penetapan perubahan harga tersebut pun harus diketahui umum (mis. sekali sebulan pada suatu tanggal
      tertentu, menurut jadwal yang diumumkan sebelumnya). Penerbitan rumus dan informasi yang terkait secara
      berkala dapat menurunkan risiko ketidakpastian dan menjamin dukungan masyarakat pada waktu kenaikan harga.
 x    Konsisten: agar reformasi tersebut dapat menghapus risiko-risiko fiskal yang berkenaan dengan kerentanan
      anggaran pada masa lalu terhadap biaya BBM dalam rupiah, reformasi ini harus diterapkan secara konsisten. Bila
      tidak, Pemerintah dapat kembali mengakumulasi biaya subsidi yang lebih besar, dan akan timbul ketidakpastian
      apakah sektor fiskal dapat tetap aman dari kenaikan harga minyak dunia atau depresiasi mata uang pada kemudian
      hari.

 Catatan: 1 http://en.republika.co.id/berita/en/national-politics/15/01/12/ni275f-govt-to-set-maximum-subsidized-gasoline-price-at-
 rp9500liter.


Bank Dunia                    Berdasarkan proyeksi-proyeksi ekonomi makro untuk tahun 2015 dan postur
memproyeksikan                anggaran (yang menargetkan kenaikan yang kuat dalam belanja modal dan belanja
defisit fiskal sebesar        terkait), Bank Dunia memproyeksikan defisit anggaran sebesar 2,5 persen dari PDB
2,5 persen dari PDB           untuk tahun 2015, lebih tinggi dari nilai yang dianggarkan (Tabel 4). Tingkat
pada tahun 2015…              proyeksi defisit ini dirdasarkan pada perkiraan bahwa ketentuan yang membatasi
                              defisit fiskal Pemerintah Pusat sebesar 2,5 persen dari PDB akan berlaku selama
                              tahun 2015, dan defisit akan dibatasi pada tingkat itu dengan secara signifikan
                              membatasi pengeluaran melalui pemotongan anggaran atau penurunan pelaksanaan
                              anggaran pada sejumlah bidang, termasuk belanja modal.

…didorong oleh                Pada sisi penerimaan, Bank Dunia memproyeksikan kekurangan yang signifikan
proyeksi kekurangan           sebesar Rp 282 triliun (2,4 persen dari PDB). Kekurangan ini didorong oleh
penerimaan yang               perbedaan dalam asumsi-asumsi ekonomi makro, terutama pertumbuhan PDB dan
signifikan                    harga minyak yang lebih rendah. Selain itu, karena belum ada perincian tentang
                              langkah-langkah peningkatan penerimaan utama yang masih mungkin diambil oleh
                              Pemerintah selama tahun 2015, proyeksi ini tidak menyertakan kemungkinan adanya
                              kenaikan manfaat akibat perubahan administrasi dan kebijakan pajak. Karenanya
                              Bank Dunia memproyeksikan bahwa jumlah penerimaan akan berkurang sekitar 3,7
                              persen dibanding jumlahnya pada tahun 2014. Penurunan ini terutama didorong
                              oleh proyeksi penurunan penerimaan yang terkait migas sebesar 57 persen, yang
                              mencerminkan penyusutan produksi dan (terutama) asumsi penurunan dalam harga
                              minyak mentah Indonesia menjadi rata-rata 55 dolar AS per barel pada tahun 2015
                              dibanding 96,5 dolar AS per barel pada tahun 2014. Penerimaan-penerimaan lain
                              diproyeksikan akan meningkat secara nominal, namun dengan laju yang jauh lebih
                              rendah dari targetnya pada APBN-P 2015. PPN dan pajak penghasilan dari non-
                              migas diproyeksikan akan meningkat masing-masing sebesar 11,2 dan 10,4 persen
                              yoy, yang umumnya sejalan dengan tren beberapa tahun terakhir.

Masih terdapat                Pada keadaan dasar (base case) pengeluaran diproyeksikan akan mendatar secara
ruang bagi belanja            nominal pada tahun 2015 dibanding 2014, namun dengan komposisi yang sangat
modal untuk naik              berbeda. Seperti menurut APBN-P, belanja subsidi BBM yang kurang bermanfaat
dibandingkan 2014,            diproyeksikan akan turun dari Rp 240 triliun menjadi Rp 67 triliun, dan transfer ke
namun akan jauh               daerah diproyeksikan akan meningkat dari Rp 574 triliun ke Rp 664 triliun. Dengan
lebih rendah dari             asumsi bahwa belanja modal akan diprioritaskan sehingga belanja pegawai dan
tingkat yang                  barang akan dibatasi pada 3,8 persen dari PDB (seperti pada tahun 2014), ketimbang
dianggarkan                   meningkat ke 4,6 persen dari PDB seperti tercantum pada APBN-P, masih akan
                              terdapat ruang untuk meningkatkan belanja modal – dari Rp 135 triliun pada 2014
                              hingga mencapai Rp 200 triliun pada tahun 2015. Hal ini akan mendorong
Maret 2015                                                       THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                  23
 Harapan besar                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                  Perekonomian Indonesia

                   peningkatan belanja modal Pemerintah secara signifikan, yaitu 47,8 persen,
                   dibanding tahun 2014 (1,7 persen dari PDB dibanding 1,3 persen pada 2014),
                   namun masih akan jauh di bawah kenaikan nominal tahunan sebesar 103,8 persen
                   dalam belanja modal nominal sesuai anggaran tahun 2015 (yaitu 2,4 persen dari
                   PDB, tingkat yang hanya pernah dicapai pada awal tahun 2000an). Namun hal ini
                   akan bergantung pada keputusan dan kemampuan Pemerintah untuk mengelola
                   belanja pegawai dan barang pada tingkat yang jauh lebih rendah dari yang
                   dianggarkan.

Kebutuhan          Kebutuhan pembiayaan bruto Gambar 22: Kebutuhan pembiayaan bruto lebih
pembiayaan bruto   pada tahun 2015 melebihi          tinggi pada 2015 walau dengan anggaran defisit
pada tahun 2015    kebutuhan pada tahun 2014,        fiskal yang lebih rendah
melampaui          walau dengan anggaran defisit (Rp triliun, kiri, dan persen dari PDB, kanan)
                                                                Net other financing needs
kebutuhan pada     fiskal yang lebih kecil, karena
                                                                Debt payments
tahun 2014         tingkat pembayaran utang
                                                                Fiscal deficit
                   yang setara seperti pada tahun               Gross debt + net other financing (% GDP, RHS)
                   2014, dan suntikan modal           600                                                     6
                   BUMN sebesar Rp 70,4               500                                                     5
                   triliun (Gambar 22). APBN-P
                                                      400                                                     4
                   2015 menargetkan penerbitan
                   Surat Utang Negara (SUN)           300                                                     3
                   sebesar Rp 451,8 triliun,          200                                                     2
                   dibanding Rp 428,1 triliun         100                                                     1
                   pada tahun 2014. Hingga 3            0                                                     0
                   Maret, telah diterbitkan SUN              2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015*
                   senilai Rp 156,6 triliun, atau    Catatan: * sesuai APBN-P (2015: sementara).
                   34,7 persen dari target           Kebutuhan “pembiayaan lain”: bersih, dan termasuk
                   tersebut, yang dibantu dengan kapitalisasi BUMN.
                                                     Sumber: Kemenkeu
                   penerbitan obligasi global
                   senilai 4 miliar dolar AS pada bulan Januari. Seperti pada beberapa tahun terakhir,
                   strategi pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko hendak
                   memenuhi sebagian besar kebutuhan pembiayaan melalui utang dalam mata uang
                   rupiah, dengan penerbitan utang dalam mata uang asing dibatasi tidak melebihi 23
                   persen dari jumlah bruto penerbitan sekuritas.




Maret 2015                                              THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                            24
 Harapan besar                                                                Perkembangan Triwulanan
                                                                               Perekonomian Indonesia

Tabel 4: Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,5 persen dari PDB untuk tahun 2015
(triliun Rp, kecuali dinyatakan lain)
                                        2014                2014              2015               2015                2015

                                                        Realisasi
                                      APBN-P                                  APBN              APBN-P             Bank Dunia
                                                       sementara

 A. Penerimaan                               1.635             1.537             1.794              1.762                1.480
 1. Penerimaan pajak                         1.246             1.143             1.380              1.489                1.199
 Pajak pendapatan                              570                 547               644                 679                544
   Migas                                        84                  87                89                  50                 36
   Non-migas                                   486                 460               556                 630                508
 PPN/PPNBM                                     476                 405               525                 577                450
 2. Penerimaan bukan pajak                     387                 391               410                 269                277
 B. Pengeluaran                              1.877             1.764             2.040              1.984                1.774
 I. Pemerintah Pusat                         1.280             1.191             1.392              1.320                 1.110
 Pegawai                                       258                 243               293                 293                262
 Barang                                        195                 176               223                 239                175
 Modal                                         161                 135               175                 276                200
 Pembayaran bunga                              135                 133               152                 156                156
 Subsidi                                       403                 393               415                 212                198
     Subsidi energi                            350                 342               345                 138                146
      BBM                                      246                 240               276                  65                 67
      Listrik                                  104                 102                69                  73                 79
     Subsidi non-energi                         53                  51                70                  74                 52
  Hibah                                          3                   1                 4                   5                    5
  Sosial                                        97                  98                86                 104                105
  Pengeluaran lain-lain                         28                  12                46                 36                     9
 II. Transfer ke daerah                        597                 574               647                 665                664
 C. Neraca primer                              -106                 -94               -94                -67                -138
 D. Defisit/surplus                            -241                -227              -246               -223                -294
   sebagai persen dari PDB                     -2,3                -2,2              -2,1               -1,9                -2,5
 Asumsi ekonomi utama                                                                                        
 Pertumbuhan ekonomi (persen)                   5,5                 51                5,8                5,7                 5,2
 IHK (yoy, persen)                              5,3                 8,4               4,0                5,0                 6,8
 Kurs tukar (Rp/AS$)                        11.600            11.878            11.900             12.500               12.600
 Harga minyak (AS$/barel)                      105                  97               105                  60                 55
 Produksi minyak (ribu barel/hari)              818                794               900                 825                826
Catatan: *menurut perubahan dasar PDB tahun 2010.
Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia




Maret 2015                                                           THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                              25
 Harapan besar                                                                    Perkembangan Triwulanan
                                                                                   Perekonomian Indonesia

               7. Membuat kemajuan yang kredibel menuju target fiskal dan pembangunan
                  yang ambisius adalah tantangan utama tahun 2015
Tantangan             Pengelolaan fiskal untuk menangani peningkatan penerimaan yang tampaknya akan
penerimaan yang       lebih lambat dari yang dianggarkan, serta keterjangkauan dan tantangan pelaksanaan
demikian besar        anggaran modal, dan pada saat yang sama menjaga peningkatan efisiensi alokatif
dapat mendorong       dalam APBN-P 2015, akan menjadi tantangan kebijakan utama tahun 2015. Dengan
terciptanya fokus     sulit dicapainya sasaran penerimaan pajak untuk tahun 2015, terdapat risiko terjadi
yang berlebihan       fokus yang berlebihan kepada langkah-langkah jangka pendek bersifat ad-hoc untuk
pada langkah-         memenuhi sasaran penerimaan tersebut, yang dapat berdampak negatif terhadap
langkah jangka        kinerja penerimaan jangka panjang. Sebagai contoh, pengalaman internasional
pendek bersifat ad-   menunjukkan bahwa pemutihan pajak secara umum tidak membawa dampak yang
hoc pada sisi         signifikan terhadap hasil penerimaan, terutama pada jangka panjang, dan dapat
penerimaan…           membawa pengaruh negatif terhadap pandangan dan kepatuhan pajak pada masa
                      depan.10 Indonesia meluncurkan pemutihan pajak pada tahun 2008, yang disebut
                      kebijakan “sunset”. Menurut Ditjen Pajak, kebijakan itu menambah jumlah
                      pendaftaran wajib pajak sebanyak 5,4 juta, dan tambahan penerimaan sekitar Rp 7,5
                      triliun. Tambahan penerimaan ini tidaklah besar dibandingkan dengan PDB (sekitar
                      0,2 persen), dengan tidak terlihatnya pengaruh material kepada rasio pajak-terhadap-
                      PDB dalam jangka yang lebih panjang.11

…dan pada risiko-     Dengan penerimaan yang di bawah anggaran berarti peningkatan anggaran modal
risiko kualitas       Pemerintah Pusat dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya tersebut
belanja jangka        tampaknya harus dikurangi. Pemerintah perlu memiliki fokus yang kuat dan
menengah…             berkelanjutan dalam menerapkan suatu pendekatan strategis untuk menumbuhkan
                      dan meningkatkan kualitas portofolio proyek-proyek investasi Pemerintah pada
                      jangka menengah.

…dengan proyeksi      Sebagai tindak lanjut dari reformasi subsidi BBM, yang menjadi tiang utama
lintasan harga        reformasi fiskal Pemerintah, disertai penerapan mekanisme harga baru yang
minyak yang tidak     konsisten dan transparan, dapat berperan dalam menjaga kredibilitas fiskal. Hal ini
pasti meningkatkan    akan sangat penting terutama bila harga minyak dunia meningkat secara signifikan,
kebutuhan akan        yang tanpa penerapan penyesuaian harga yang konsisten dan transparan dapat
penerapan reformasi   menimbulkan keprihatinan bahwa sektor fiskal akan kembali terbebani dengan biaya
harga BBM yang        subsidi BBM. Sebaliknya, jika harga minyak semakin menurun, dampaknya terhadap
konsisten             neraca fiskal adalah negatif bersih karena, sejak reformasi bulan Januari 2015,
                      penurunan penerimaan akibat penurunan harga minyak melampaui penurunan
                      belanja terkait. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa setiap penurunan harga
                      minyak mentah sebesar 10 dolar AS akan menghasilkan neraca fiskal negatif bersih
                      sekitar Rp 16,5 triliun (sekitar 1,4 miliar dolar AS atau 0,14 persen dari PDB).

Kinerja BUMN          Suntikan modal Pemerintah ke sejumlah BUMN sebesar Rp 70,4 triliun (sekitar 5,4
semakin menjadi       miliar dolar AS) dalam alokasi Anggaran 2015 menunjukkan peran penting BUMN
fokus                 dalam rencana pembangunan infrastruktur. Hal ini membuat kinerja para BUMN,
                      baik dalam hal kuantitas maupun kualitas investasi, menjadi semakin penting untuk
                      mengukur keberhasilan rencana pembangunan Pemerintah yang ambisius.



                      10 Lihat Alm, J., 2012, “Designing alternative strategies to reduce tax evasion”, in M. Pickhardt and A. Prinz (eds.),
                         “Tax Evasion and the Shadow Economy”, Edward Elgar Publishing, pp.13-32.
                      11 Lihat Rakhmindyarto, 2011, “Evaluating the Sunset Policy in Indonesia”, International Review of Social Sciences

                         and Humanities, Vol. 2, No. 1, pp. 198-214.
Maret 2015                                                            THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                         26
 Harapan besar                                                 Perkembangan Triwulanan
                                                                Perekonomian Indonesia

Kebutuhan              Seiring dengan rencana pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang ambisius
pembiayaan luar        dan agenda reformasi yang lebih luas, ekonomi Indonesia akan membutuhkan lebih
negeri yang            banyak pembiayaan luar negeri dengan kualitas yang lebih tinggi. Tantangan
signifikan dan         pengelolaan ekonomi makro dan risiko-risiko pertumbuhan dari kondisi dan kejutan
mungkin meningkat      ekonomi luar negeri dapat timbul kembali (misalnya akibat pengetatan kondisi
menekankan             likuiditas pasar dolar AS dunia bersamaan dengan mulai normalnya kebijakan
pentingnya             moneter AS). Defisit neraca berjalan Indonesia (diproyeksikan mendekati 30 miliar
mendapatkan            dolar AS pada tahun 2015), dan beban utang luar negeri jangka pendek (58,4 miliar
tambahan aliran        dolar AS pada bulan Desember 2014, menurut BI), telah mendorong kebutuhan
masuk modal            pembiayaan luar negeri bruto yang signifikan dan berkelanjutan. Rencana
dengan kualitas yang   pembangunan infrastruktur yang ambisius akan menambah kebutuhan pembiayaan
lebih tinggi           ekonomi secara langsung, dan secara tidak langsung melalui peningkatan impor
                       permesinan, peralatan, dan bahan masukan (input) lain untuk proyek-proyek. Selain
                       fokus yang berkelanjutan dalam mengelola dan meningkatkan kebijakan dan
                       cadangan devisa, implementasi reformasi yang kredibel untuk menjawab rintangan-
                       rintangan sisi penawaran Indonesia akan membantu mendorong siklus yang positif
                       dari peningkatan dan lebih stabilnya pembiayaan luar negeri (PMA dan alokasi
                       struktural untuk aset-aset Indonesia dalam portofolio investasi internasional),
                       peningkatan investasi, dan pertumbuhan.




Maret 2015                                             THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                     27
    Harapan besar                                                  Perkembangan Triwulanan
                                                                    Perekonomian Indonesia



B. Beberapa perkembangan terkini perekonomian Indonesia




                 1. Harga beras Indonesia yang tinggi dan bergejolak secara internasional
   Harga beras di         Harga beras di Indonesia melonjak pada bulan Februari, dengan harga eceran pada
   Indonesia meningkat    akhir bulan itu mencatat peningkatan sekitar 12 persen tahun-ke-tahun, dan harga
   pada bulan Februari,   grosiran meningkat sekitar 14 persen (Tabel 5). Produksi beras dalam negeri
   dan terdapat tren      berkontraksi pada tahun 2014 dan persediaan pada pasar beras Cipinang, pasar
   yang konsisten         grosir beras terbesar di Indonesia, mencatat penurunan yang tajam pada bulan
   bahwa harga beras di   Februari, namun penyebab utama lonjakan itu belum jelas. Walau bila kenaikan
   Indonesia meningkat    harga itu hanya bersifat sementara, lonjakan pada bulan Februari itu konsisten
   lebih cepat, dan       dengan tren sejak tahun 2004, dimana harga beras Indonesia cenderung meningkat
   lebih rentan           lebih cepat dibanding harga pada pasar-pasar internasional, dengan pengecualian
   terhadap gejolak,      tunggal pada krisis harga bahan pangan global tahun 2007/8 (Gambar 23). Bagian
   dibanding harga        berikut memberikan tinjauan singkat tentang kelompok-kelompok yang terpengaruh
   beras di pasar         oleh kenaikan harga beras, dan pembahasan tentang sejumlah faktor yang dapat
   internasional          mendorong kenaikan harga beras yang belakangan terjadi dan secara jangka panjang.




   Maret 2015                                             THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                        28
  Harapan besar                                                                              Perkembangan Triwulanan
                                                                                              Perekonomian Indonesia

Tabel 5: Harga eceran dan grosiran beras telah                               Gambar 23: Harga beras melonjak pada bulan
meningkat dengan cepat selama tahun lalu                                     Februari, mengikuti tren kenaikan harga dan harga
(harga beras, Rp per kilogram)                                               yang tinggi di Indonesia
                                                                             (harga grosiran, Rp/kg)
                     Harga grosiran                    Harga eceran          10,000
                          Tinggi                   Meneng-
  Kualitas                                                       Rendah                                                         Indonesia
               IR64 I     IR64 II      IR64 III      ah                        8,000

  Feb-14        9,014      8,452         7,955        11,389        9,043
  Feb-15       10,300      9,682         9,191        12,832       10,146      6,000

  Kenaik-
  an yoy,         14.26      14.55       15.53        12.67   12.20            4,000
  persen
Catatan: Harga grosiran diambil dari Pasar Induk Beras Cipinang                                                               Vietnam
(PIBC). IR64 adalah varietas beras tolak ukur, dengan peringkat dari I         2,000
(kualitas tertinggi) hingga III (kualitas paling rendah).

                                                                                    0
                                                                                    Feb-98       Feb-02        Feb-06       Feb-10        Feb-14
Sumber: CEIC                                                                 Catatan: Harga di Indonesia adalah grosiran (PIBC IR64 II),
                                                                             Vietnam adalah 15 persen pecah (fob). Sumber: CEIC


Mayoritas rumah                 Beras adalah makanan pokok            Tabel 6: Sebagian besar penduduk
tangga di Indonesia,            penduduk Indonesia dan asupan         Indonesia,    termasuk petani, adalah
termasuk petani,                kalori per kapita dari beras di       konsumen      bersih  beras
adalah pembeli                  Indonesia adalah nomor lima paling    (persen)
                                                                               Proporsi konsumen bersih beras
bersih beras, dan               tinggi di dunia.12 Karena
                                                                                      Petani       Semua          Seluruh
kenaikan harga beras            mempengaruhi hampir semua                             beras        petani        penduduk
meningkatkan                    orang, kestabilan harga beras         Tidak
                                                                                       25,6         64,8           82,7
kemiskinan                      merupakan masalah ekonomi, sosial miskin
                                dan politik yang sangat penting.      Miskin           31,8         68,0           76,5
                                Sebagian besar penduduk Indonesia Jumlah               26,8         65,4           81,9
                                adalah konsumen bersih beras dan      Catatan: Berdasar modul  produksi  beras menyeluruh
                                                                      yang terbaru yang tersedia (Susenas 2004).
                                karenanya akan dirugikan dengan       Sumber: McCulloch, N., 2008, “Rice Prices and
                                kenaikan harga beras. Kenaikan        Poverty in Indonesia”, BIES 44:1, halaman 45-64
                                harga beras juga cenderung merugikan petani, karena banyak dari mereka
                                mengkonsumsi lebih banyak beras dibanding yang mereka produksi (Tabel 6).
                                Perkiraan untuk tahun 2013 menunjukkan bahwa sekitar empat per lima dari seluruh
                                rumah tangga, dan seperlima petani beras, merupakan konsumen bersih beras.13
                                Rumah tangga miskin juga kebanyakan merupakan pembeli bersih beras, dan sangat
                                terpengaruh dengan tingginya harga beras, karena secara rata-rata 25 persen dari
                                seluruh pengeluaran mereka adalah untuk beras. Karenanya, Bank Dunia
                                memperkirakan bahwa peningkatan harga beras sebesar 12 persen, bila terus
                                berlanjut, akan menyebabkan kenaikan tingkat kemiskinan sebesar 1,3 poin
                                persentase.




                                12   FAO via World Rice Statistics, tersedia pada http://ricestat.irri.org:8080/wrs; perhitungan staf Bank Dunia.
                                13   Modul produksi beras terakhir dari Susenas 2004. Bukti yang lebih baru konsisten dengan berlanjutnya konsumsi
                                     beras yang tinggi lintas seluruh rumah tangga, dan rumah tangga petani: 89 persen penduduk Indonesia
                                     diperkirakan adalah konsumen bersih beras pada tahun 2007 menggunakan IFLS, lihat Warr, P., 2014, “Food
                                     Insecurity and its Determinants”, Australian National University Working Paper; pada 2013, perkiraan staf Bank
                                     Dunia berdasarkan Modul Inti dan Konsumsi Susenas 2013 adalah 22 persen petani beras dan 83 persen seluruh
                                     rumah tangga merupakan konsumen bersih beras.
Maret 2015                                                                      THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                                29
 Harapan besar                                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                                  Perekonomian Indonesia

                    a. Pasar beras Indonesia menghadapi tantangan struktural dan belanja
                       Pemerintah belum efektif dalam mendukung produktivitas…

Pasar beras            Konsumsi beras per kapita di Indonesia telah turun dari 96 kg pada tahun 2005 ke
Indonesia, yang        85 kg pada tahun 2014, berdasarkan pada perkiraan staf Bank Dunia dari data
belum sepenuhnya       Susenas. Namun jumlah konsumsi tampaknya akan semakin meningkat, karena
terpadu, tampaknya     beras tetap menjadi bagian utama dari konsumsi penduduk Indonesia yang
akan terus             jumlahnya terus bertambah.14 Kenaikan struktural dalam permintaan beras ini akan
bertumbuh              memberikan tekanan yang lebih besar kepada produksi beras dalam negeri
                       Indonesia, yang kini berada sekitar 95 persen dari total pasokan. Tantangan yang
                       kini dihadapi, selain permintaan yang secara umum meningkat, adalah permintaan
                       varietas beras yang beragam lintas Indonesia. Penduduk di provinsi yang berbeda
                       mengkonsumsi jenis beras yang berbeda pula, dan terdapat kesenjangan transportasi
                       dan informasi lintas Indonesia (dibahas lebih lanjut di bawah). Hal ini berarti bahwa
                       beras tidak senantiasa mengalir dengan lancar dari daerah-daerah dengan surplus
                       produksi ke tempat-tempat dengan permintaan berlebih.

Buruknya kualitas      Terbatasnya ketersediaan dan kualitas data tentang produksi dan konsumsi beras
data tentang           menurunkan kemampuan Pemerintah dan peneliti untuk memahami permintaan dan
produksi dan           persediaan beras di Indonesia. Data produksi didasari pada metode “taksiran melalui
konsumsi beras         pengamatan mata” dan “pemotongan tanaman” yang kurang akurat dibanding data
membatasi bukti        satelit. Data harga tersedia bagi sistem pemantauan dini, namun data persediaan
tentang kondisi        dalam negeri pada gudang-gudang dan titik-titik distribusi utama tidak lengkap. Data
pasar dan              yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan konsumsi
kemampuan              pada 139,15 kg per kapita per tahun pada tahun 2014 (diubah ke proyeksi 124,89 kg
pengambilan            pada tahun 2015) menunjukkan surplus pasokan beras dalam negeri, yang tidak
keputusan yang         konsisten dengan inflasi harga beras yang tinggi dan kebutuhan yang teramati atas
matang…                impor beras.15


…namun jelas           Proyeksi produksi       Tabel 7: Jumlah pertumbuhan produksi beras tetap lambat,
bahwa produksi         tahunan pada tahun didorong oleh kenaikan produktivitas yang rendah
menurun pada tahun     2014 menurun dari       (pertumbuhan tahunan, persen)
lalu dan telah         tahun 2013, ketiga                             ’61-‘70 ’70-‘80 ’80-‘90 ’90-‘00         ’00-‘11
                                                 Produktivitas
melambat pada          kalinya terdapat          (kuintal/hektar)
                                                                        3,4       3,3        2,7      0,2       1,1
beberapa dekade        penurunan tahunan         Luas panen
                                                                        1,9       1,0        1,5      1,2       1,0
terakhir               sejak 1997-98             (hektar)
                                                 Produksi               5,4       4,4        4,3      1,4       2,2
                       (Gambar 24). Stok
                                               Catatan: * Kenaikan tahunan adalah laju pertumbuhan tahunan gabungan
                       pada pasar beras        (Compound Annual Growth Rate).
                       Cipinang                Sumber: IRRI; FAO; perhitungan staf Bank Dunia
                       menunjukkan sejumlah tanda-tanda penurunan yang berangsur-angsur hingga akhir
                       tahun 2014, sebelum menukik tajam pada bulan Februari (Gambar 25). Dari segi
                       jangka waktu yang lebih panjang, pertumbuhan jumlah produksi telah melambat
                       secara struktural, dengan pertumbuhan produksi selama periode 1990-2011 kurang
                       dari setengah dari pertumbuhan pada periode 1961-1990, terutama akibat
                       penurunan produktivitas (pertumbuhan hasil panen) (Tabel 7).



                       14   Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data Susenas.
                       15   Perkiraan berdasarkan Susenas (85kg per kapita pada 2014) tanpa menyertakan beras yang dikonsumsi di luar
                            rumah, sementara perkiraan konsumsi beras BPS juga menyertakan konsumsi beras di luar rumah, di ambil dari
                            Survei Industri Makanan dan Minuman.
Maret 2015                                                            THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                     30
 Harapan besar                                                                        Perkembangan Triwulanan
                                                                                       Perekonomian Indonesia

Gambar 24: Produksi beras menurun pada 2014…                         Gambar 25: …berkontribusi terhadap penurunan stok
(kontribusi pertumbuhan produksi, persen)                            yang signifikan pada akhir 2014 dan awal 2015
                                                                     (Persediaan Pasar Induk Beras Cipinang, ribuan ton)
                          Produktivitas per satuan luas                   45
                          Luas Lahan Panen
                          Produksi                                        40
   8
                                                                          35
   6
                                                                          30
   4
                                                                          25
   2
                                                                          20
   0
                                                                          15
  -2
                                                                          10
  -4
                                                                           5
  -6
                                                                           0
       1994
       1995
       1996
       1997
       1998
       1999
       2000
       2001
       2002
       2003
       2004
       2005
       2006
       2007
       2008
       2009
       2010
       2011
       2012
       2013
       2014
                                                                           Oct-14        Nov-14         Dec-14         Jan-15

Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia                             Sumber: PT. Food Station Tjipinang Jaya


Produktivitas                Terdapat sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas.
terhambat oleh               Ukuran rata-rata lahan yang beroperasi di Indonesia, terutama di Jawa, berada di
sejumlah faktor,             bawah negara tetangga pembandingnya, seperti Thailand dan Filipina (Gambar 26).
termasuk mekanisasi          Pertanian juga cenderung padat karya; pada tahun 2013, Indonesia mencatat tingkat
yang lambat…                 intensitas pekerjaan yang paling tinggi dibanding Tiongkok, India, Thailand, Filipina,
                             dan Vietnam (Gambar 27). Walaupun bukti-bukti internasional menunjukkan bahwa
                             ukuran pertanian yang lebih kecil tidak selalu menurunkan produktivitas, mereka
                             menurunkan potensi skala ekonomi dan tingkat mekanisasi, dan faktor-faktor
                             tersebut dapat membebani pertumbuhan produktivitas beras Indonesia, selain
                             terkait dengan upah yang rendah bagi pekerja sektor pertanian,.

…buruknya                    Tantangan utama lainnya dalam meningkatkan produktivitas mencakup rendahnya
infrastruktur dan            tingkat teknologi dan informasi (seperti penggunaan bibit dengan varietas yang
keterhubungan…               tinggi dan hasil panen yang besar), kecilnya belanja penelitian dan perluasan
                             pertanian, dan lambatnya administrasi tanah (terbatasnya sertifikat tanah yang
                             umumnya dibutuhkan untuk jaminan pinjaman). Buruknya infrastruktur (irigasi,
                             sumber daya air, akses jalan ke pasar) dan tingginya biaya logistik juga membebani
                             pasar beras Indonesia.16 Biaya pengiriman antar pulau juga tinggi akibat buruknya
                             infrastruktur pelabuhan pada bagian timur Indonesia dan masalah kargo kosong
                             yang signifikan untuk kapal-kapal yang kembali ke Jawa dari bagian timur Indonesia
                             tersebut. Biaya pengiriman dengan truk, baik pada kota-kota asal dan tujuan,
                             merupakan biaya logistik utama bagi beras untuk mencapai pasar. Kemacetan di
                             kota-kota besar dan buruknya pemeliharaan jalan pada bagian timur Indonesia juga
                             meningkatkan biaya.




                             16   Laporan Kementerian Perdagangan, Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, 2013, “A Study on Inter-island
                                  Logistics Performance: Case Studies on Rice and Cement”.
Maret 2015                                                                 THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                        31
 Harapan besar                                                                         Perkembangan Triwulanan
                                                                                        Perekonomian Indonesia

…sementara                    Belanja Pemerintah untuk pertanian, termasuk beras, telah meningkat secara
kenaikan belanja              signifikan, namun alokasi belum efektif dalam mendukung pertumbuhan
Pemerintah untuk              produktivitas dalam negeri. Rasio belanja Pemerintah untuk pertanian terhadap
pertanian belum               PDB meningkat dari 9 persen pada tahun 1970-80 menjadi 35 persen pada tahun
mampu memacu                  2009, sementara persentase anggaran untuk pertanian pun meningkat dari 3 persen
pertumbuhan                   pada tahun 2001 menjadi 6 persen pada tahun 2008. Peningkatan ini belum mampu
                              mendorong kenaikan yang setara dalam produksi pertanian, yang meningkat sebesar
                              rata-rata 3 persen antara tahun 2001 dan 2009.17 Dampak yang lemah dari belanja
                              terhadap produktivitas dapat dikaitkan dengan buruknya alokasi belanja; belanja
                              subsidi pertanian untuk masukan (input) swasta seperti pupuk meningkat empat kali
                              lipat antara tahun 2001 dan 2009, sementara belanja Pemerintah untuk irigasi tetap
                              datar. Penelitian tentang Indonesia menunjukkan bahwa belanja untuk barang-
                              barang publik, seperti irigasi, membawa dampak yang positif dan signifikan terhadap
                              pertumbuhan PDB per kapita dalam pertanian, sementara belanja Pemerintah untuk
                              subsidi pupuk membawa dampak yang negatif.18

Gambar 26: Ukuran rata-rata lahan usaha pertanian                     Gambar 27: …dan usaha pertanian beras Indonesia
yang beroperasi di Indonesia lebih rendah dibanding                   masih tetap padat karya
Filipina dan Thailand…                                                (intensitas kerja, 8 jam manusia-hari per hektar per tanaman)
(rata-rata ukuran lahan usaha pertanian, hektar)
    4.0                                                                    180                       1994-99      2013
                                       Thailand
                                                                           160
    3.5
                                                                           140
    3.0                            Filipina                                120
    2.5                                                                    100
                                                                             80
    2.0
                                                                             60
    1.5           Indonesia                                                  40
    1.0                                                                      20
                                                                              0
    0.5

    0.0
       1960 1966 1972 1978 1984 1990 1996 2002 2008

Catatan: Ukuran rata-rata lahan usaha pertanian adalah jumlah         Catatan: Data tahun 1990an untuk Indonesia merujuk ke 1994-1997.
ukuran lahan pertanian pada suatu daerah dibagi jumlah usaha          Wilayah termasuk Dataran Tengah (Thailand), Zhejiang
pertanian. Pertaniannya termasuk padi dan tanaman lainnya.            (Tiongkok), Delta Mekong (Vietnam), Luzon Tengah (Filipina),
Sumber: Sensus Pertanian Nasional19                                   Tamil Nadu (India), dan Jawa Barat (Indonesia).
                                                                      Sumber: Moya dkk. (2004), Bordey dkk. (2014)20

                         b. …dan kebijakan stabilisasi harga tidak berperan efektif

Sejumlah                      Sementara produktivitas dan keterhubungan pertanian merupakan pendorong
mekanisme                     peningkatan harga beras pada jangka panjang, Pemerintah memiliki serangkaian
digunakan dalam               mekanisme untuk menstabilkan harga untuk jangka pendek. Mekanisme itu
upaya untuk                   termasuk Operasi Pasar (OP) dan impor beras, dan penggunaan Harga Pembelian
menstabilkan harga-           Pemerintah (HPP), yang dilaksanakan oleh Perum Badan Urusan Logistik (Bulog).
harga…                        OP adalah mekanisme stabilisasi pasar utama untuk inflasi harga beras konsumen.

                              17 Armas, E. B., C. G. Osorio, dan B. Moreno-Dodson, 2010, “Agriculture Public Spending and Growth: The
                                 Example of Indonesia” World Bank Economic Premise, No.9, April.
                              18 Ibid.
                              19 Dawe, D., 2014, “Agricultural Transition in the Context of Structural Transformation,” Food and Agriculture

                                 Organization Working Paper, Bangkok Thailand
                              20 Ibid.

Maret 2015                                                                  THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                               32
 Harapan besar                                                                    Perkembangan Triwulanan
                                                                                   Perekonomian Indonesia

                          Peraturan yang berlaku memungkinkan intervensi pasar bila terdapat inflasi harga
                          beras 10 persen dari tingkat harga rata-rata tiga bulan sampai harga beras kembali
                          stabil. Sejak tahun 2009, impor beras dilakukan berdasarkan aturan, menurut tiga
                          kriteria: (1) perbedaan antara harga beras dalam negeri dan HPP yang berlaku
                          meningkat melampaui tingkat batas; (2) ketika jumlah persediaan beras Perum Bulog
                          turun di bawah suatu tingkat tertentu; atau (3) jika proyeksi surplus dari produksi
                          beras dalam negeri terhadap konsumsi kurang dari jumlah yang ditetapkan.21 Perum
                          Bulog adalah importir tunggal dari beras kecuali untuk varietas beras berkualitas
                          tinggi (pecah 0%, 1% dan 5%) dan harum.

…namun                    HPP digunakan untuk            Gambar 28: OP, impor dan Raskin hanya bagian
implementasinya           memberikan batas harga         kecil dari jumlah produksi beras
beragam, dengan           dasar untuk petani dan         (bagian, persen)
operasi pasar (OP)        memberi insentif produksi.
                                                                                       OP      Raskin    Import
tampaknya tidak           Pada beberapa tahun             9
mampu                     terakhir, tingkat HPP           8
menstabilkan pasar        ditetapkan untuk                7
secara signifikan…        meningkatkan penerimaan         6
                          petani, untuk
                                                          5
                          meningkatkan kapasitas
                          pengadaan Perum Bulog,          4
                          dan mengantisipasi              3
                          kenaikan harga beras            2
                          internasional. Sejak tahun      1
                          2011, Pemerintah
                                                          0
                          diperkenankan untuk                 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
                          mengadakan beras pada          Sumber: Bea cukai Indonesia; BPS; Bulog; SUSENAS
                          harga di atas HPP, dan di
                          atas kualitas beras yang ditetapkan pada tahun 2005. Program bantuan sosial
                          nasional yang mendistribusikan beras bersubsidi, Raskin (Beras Miskin) tidak
                          ditujukan untuk menstabilkan harga, namun kadangkala digunakan untuk memitigasi
                          dampak kejutan harga beras bagi rumah tangga miskin dan lemah, seperti pada
                          waktu krisis bahan pangan tahun 2008. Secara bersama-sama, OP, impor beras, dan
                          Raskin hanya mempengaruhi sebagian kecil dari jumlah produksi beras (Gambar
                          28). Kecilnya jumlah yang dilepas oleh operasi pasar, yaitu kurang dari satu persen
                          dari jumlah produksi beras, tampaknya menjelaskan mengapa mekanisme ini tidak
                          membawa dampak yang signifikan dalam menurunkan harga.22

…dan mekanisme            Walau pengaruh secara volume dari OP, Raskin, dan impor tidaklah besar, mereka
tersebut, serta sinyal-   dapat berkontribusi kepada gejolak harga beras, terutama ketika persediaan
sinyal kebijakan          diproyeksikan akan rendah. Pedagang yang mengetahuinya dapat memilih untuk
lainnya, dapat            membatasi penjualan sementara menunggu Pemerintah untuk menerapkan
berkontribusi             mekanisme untuk menstabilkan pasar. Isyarat dari Pemerintah untuk tidak
terhadap gejolak          meningkatkan impor beras, sebagai bagian dari sasarannya untuk mencapai
harga beras,              swasembada beras pada tahun 2018, dapat juga berkontribusi terhadap pandangan
termasuk seperti          kurangnya pasokan pada bulan Februari, terutama setelah penurunan pengadaan
                          beras oleh Perum Bulog sebesar 33 persen pada tahun lalu.23 Penundaan dalam

                          21 Peraturan Kementerian Perdagangan No.06/M-DAG/PER/2/2012.
                          22 Kusumaningrum, D. T. Purwaningsih, S. Rahardja, K. Tanaguchi, 2015, “The Evaluation of Rice Market
                             Operation at the Macro Level”, penelitian Bank Dunia, tidak diterbitkan.
                          23 Kementerian Pertanian, 2015, “Review of HPP Policy - Inpres 3/2012”, presentasi slide, Technical Coordination

                             Meeting on Rice Policy, Kementerian Koordinator Ekonomi, 15 Januari 2015.
Maret 2015                                                             THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                      33
 Harapan besar                                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                                  Perekonomian Indonesia

yang terlihat pada     pencairan Raskin dari November 2014 hingga Februari 2015 juga dapat memicu
bulan Februari…        sejumlah kelebihan permintaan di pasar, terutama karena periode itu adalah masa di
                       antara musim panen. Penerapan dan pengkomunikasian operasi-operasi Pemerintah
                       – ditambah dengan informasi yang terbatas dan tidak akurat tentang produksi,
                       konsumsi dan persediaan – mendorong ketidakpastian tentang persediaan yang
                       sesungguhnya ada, mendistorsi pasar, dan memberikan ruang bagi spekulasi jangka
                       pendek.

...menunjukkan       Beras adalah bahan pangan pokok di Indonesia, dan pasar beras internasional
kebutuhan untuk      sangatlah kecil (hanya 6-7 persen dari jumlah produksi beras dunia diperdagangkan
memperkuat fokus     di pasar internasional).24 Dalam konteks ini, keprihatinan tentang pengamanan
guna mewujudkan      pasokan beras, di Indonesia dan negara lain, adalah hal yang wajar. Namun
ketahanan beras      pengalaman akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kombinasi kebijakan-kebijakan
berdasar informasi   harga dan pelaksanaannya memiliki efektivitas yang terbatas dalam mencapai tujuan
yang lebih baik, dan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah, yaitu untuk melindungi kaum miskin dan
menjawab tantangan petani. Kebijakan-kebijakan yang berpengaruh terhadap harga agar tetap tinggi akan
pertumbuhan          meningkatkan kemiskinan dan mendistorsi pasar beras dalam negeri, termasuk
produktivitas        mendorong impor ilegal, dan melebarkan tekanan inflasi. Sementara agar OP dapat
                     membantu meratakan gejolak harga, intervensi harus dilakukan dengan tepat waktu,
                     dengan ukuran yang tepat dan dengan penargetan yang baik. Hal ini akan
                     membutuhkan sistem peringatan dini yang efektif dan informasi secara waktu nyata
                     (real time) tentang harga, persediaan, dan aliran beras. Pada jangka yang lebih
                     panjang, pewujudan peningkatan yang berkelanjutan demi tercapainya ketahanan
                     beras Indonesia akan membutuhkan peningkatan produktivitas melalui perbaikan
                     struktural jangka panjang pada sektor usaha pertanian.




                       24   Global Monitoring Report 2012, “Using Trade Policy to Overcome Food Insecurity,” pada Food Prices,
                            Nutrition, dan Millennium Development Goals, tersedia online, hal.119.
Maret 2015                                                            THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                 34
 Harapan besar                                                                    Perkembangan Triwulanan
                                                                                   Perekonomian Indonesia

               2. Mempercepat proses perizinan usaha di Indonesia
Memperoleh izin          Investasi di Indonesia terbatasi oleh kenyataan bahwa proses pendaftaran usaha bagi
usaha di Indonesia       perusahaan, baik berukuran besar maupun kecil, beserta izin-izin yang dibutuhkan,
saat ini merupakan       merupakan proses yang rumit, mahal dan membutuhkan banyak waktu.25 Saat ini
proses yang terlalu      Indonesia berada pada peringkat 114 dari 189 negara dalam kemudahan melakukan
rumit, mahal, dan        usaha, menurut pengukuran yang dilakukan oleh Bank Dunia.26 Sebagai contoh,
memerlukan cukup         waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh izin-izin untuk memulai usaha dalam
banyak waktu,            bidang manufaktur adalah 794 hari menurut peraturan perundangan, dan waktu yang
sehingga hal ini         sesungguhnya dibutuhkan bahkan dapat lebih lama dari periode itu. Pada sektor
menjadi suatu            energi, yang pertumbuhannya dinyatakan oleh Pemerintah sebagai prioritas
prioritas reformasi      kebijakan utama, para investor melaporkan bahwa untuk memperoleh berbagai izin
utama bagi               dan lisensi untuk mendirikan suatu pembangkit listrik dapat memakan waktu lebih
pemerintah baru          dari empat tahun. Pentingnya percepatan proses perizinan usaha diakui oleh
                         Pemerintah sebagai prioritas kebijakan utama, dan bagian ini memberikan tinjauan
                         singkat tentang langkah-langkah yang telah diambil sejauh ini serta tantangan-
                         tantangan yang masih menghadang.
                      a. Perizinan usaha adalah prioritas reformasi utama dari pemerintah baru…

Upaya-upaya pada         Sejumlah prakarsa telah dilakukan oleh Pemerintah yang lalu untuk meningkatkan
masa lalu dalam          dan menyederhanakan proses pendaftaran perizinan pada tingkat pusat maupun
meningkatkan             daerah, namun hasil yang dicapai masih terbatas (Kotak 4). Pembentukan satu
perizinan usaha dan      kontak tunggal bagi pendaftaran izin investor merupakan suatu cara untuk
mengembangkan            mempermudah interaksi pemohon dengan pihak berwenang, serta menyusun
layanan perizinan        pengaturan kelembagaan yang memungkinkan kolaborasi antar badan dan
satu pintu belum         penyederhanaan atau percepatan proses-proses perizinan secara umum menjadi lebih
membuahkan hasil         mudah dan terpercaya. Sebelumnya, tidak ada kemajuan berarti yang dicapai dalam
yang diharapkan          pengembangan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) terpusat semacam ini pada
                         tingkat nasional, maupun dalam penyederhanaan prosedur pendaftaran untuk, dan
                         percepatan penerbitan dari, izin-izin usaha. Pada tingkat daerah, yang mana
                         pendirian usaha juga harus mendapatkan izin-izin (termasuk dari berbagai badan
                         berbeda), sejumlah pemimpin daerah berwawasan reformasi telah memprakarsai
                         pembentukan PTSP daerah dan mencatat keberhasilan yang signifikan. Namun
                         seberapa baik izin-izin daerah diproses selama ini masih sangat bervariasi.27 Untuk
                         sebagian besar usaha, yang perlu mendapatkan izin-izin nasional dan daerah,
                         terutama bagi usaha-usaha kecil dan bersifat lokal yang hanya membutuhkan izin-
                         izin daerah, PTSP yang berjalan baik dan peningkatan proses penerbitan izin-izin
                         dapat berdampak besar terhadap aksesibilitas, serta kemudahan dan biaya dalam
                         berinvestasi dan menjalankan usaha.

Pemerintah kembali       Pemerintah baru kembali menempatkan masalah perizinan investasi pada peringkat
menempatkan              teratas agenda reformasi. Pemerintah secara terbuka dan berulang-kali menegaskan
perizinan usaha pada     tekadnya untuk memperbaiki lingkungan usaha di Indonesia serta untuk
peringkat teratas        mempermudah, meringankan biaya, dan mempercepat proses pemenuhan
agenda reformasi         persyaratan bagi dunia usaha sesuai dengan peraturan perundangan. Pada kunjungan
                         25 Untuk analisis tentang perizinan usaha dan PTSP di Indonesia, lihat Asia Foundation, 2007, “Making Sense of
                            Business Licensing in Indonesia: a Review of Business Licensing Policy and Survey of One Stop Shop Service
                            Centers”, KPPOD dan the Asia Foundation, 2008, “Local Economic Governance in Indonesia: A Survey of
                            Businesses in 243 Regencies/Cities in Indonesia.”, dan Nurridzki, N., 2010, “Pilot Study: Mapping and
                            Streamlining Business Licenses at the National Level”, Report for the Multi Donor Facility for Trade and
                            Investment Climate, World Bank.
                         26 World Bank, 2014, “Doing Business 2015: Going Beyond Efficiency”.
                         27 Lihat World Bank, 2012, “Doing Business in Indonesia 2012”.

Maret 2015                                                             THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                          35
 Harapan besar                                                       Perkembangan Triwulanan
                                                                      Perekonomian Indonesia

                         “blusukan” pertama setelah pengangkatannya, Presiden Joko Widodo mengunjungi
                         Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada bulan Oktober 2014 serta
                         menginstruksikan BKPM dan kementerian-kementerian terkait untuk melaksanakan
                         PTSP terpusat dalam waktu tiga bulan (yaitu pada bulan Januari 2015). Presiden juga
                         menekankan bahwa para investor seyogianya hanya perlu mengunjungi BKPM
                         untuk permohonan perizinan pada tingkat nasional. Pada waktu kunjungan Presiden,
                         para investor masih harus mengajukan permohonan perizinan kepada berbagai
                         kementerian dan lembaga negara di luar BKPM pada tingkat nasional, ditambah izin-
                         izin daerah. Sementara BKPM sendiri hanya memproses 14 izin, termasuk izin
                         prinsip pada awal proses pengurusan perizinan dan izin operasi yang menjadi izin
                         terakhir rangkaian proses tersebut. Jika telah diimplementasikan sepenuhnya, PTSP
                         Pusat akan menggabungkan seluruh proses-proses perizinan pada tingkat nasional
                         pada satu atap, menyederhanakan jaring proses perizinan usaha yang rumit lintas
                         lembaga-lembaga nasional dan daerah yang berbeda (Gambar 29). Langkah ini
                         diharapkan menghasilkan layanan perizinan yang cepat, sederhana, transparan, dan
                         terpadu. Presiden juga mengumumkan bahwa ia akan mendorong para gubernur,
                         bupati, dan walikota untuk menerapkan layanan satu pintu daerah yang efektif,
                         dengan kemungkinan penerapan konsekuensi terhadap transfer anggaran bagi
                         mereka yang gagal menerapkan perubahan tersebut.28
                      b. …dengan momentum reformasi awal yang kuat

BKPM memperbaiki         Menjelang berakhirnya masa pemerintahan yang lalu, BKPM melakukan pemetaan
layanannya untuk         awal prosedur-prosedur perizinan usaha untuk sektor-sektor terpilih dan
mencapai sasaran-        mengidentifikasi bidang-bidang yang berpotensi untuk ditingkatkan. Badan ini juga
sasaran yang             melakukan reformasi bertahap untuk meningkatkan layanannya bagi para investor,
ambisius                 termasuk tinjauan proses permohonan perizinan dan peluncuran sistem
                         permohonan secara online. Untuk mengantisipasi tanggung jawab yang lebih besar
                         pada masa depan, BKPM mengumumkan penerapan penuh dari permohonan yang
                         wajib dilakukan secara online per tanggal 15 Desember 2014. Walau permohonan
                         secara online telah diluncurkan untuk sejumlah perizinan tertentu, penerapannya bagi
                         seluruh perizinan dipercepat meskipun dengan masa percobaan kesiapan sistem yang
                         singkat dan pemahaman sektor swasta yang terbatas akan proses baru tersebut.

BKPM bekerja             Guna menyiapkan peluncuran PTSP Pusat pada bulan Januari 2015, BKPM bekerja
bersama                  bersama kementerian-kementerian dan lembaga-lembaga terkait untuk mencapai
kementerian-             empat pencapaian utama. Pertama, penyusunan dan penerbitan peraturan
kementerian terkait      kementerian tentang pemindahan kewenangan ke BKPM, dan penugasan petugas
dalam pengalihan         penghubung dari kementerian-kementerian dan lembaga ke PTSP Pusat, termasuk
kewenangan               daftar perizinan yang akan diproses di PTSP Pusat tersebut. Para petugas
perizinan kepada         penghubung dapat menerima mandat untuk memproses dan menerbitkan izin terkait
BKPM…                    secara langsung, atau meneruskan permohonan tersebut ke kementerian atau
                         lembaga terkait bila membutuhkan pengetahuan teknis yang signifikan (misalnya
                         untuk menafsirkan hasil-hasil pemeriksaan lingkungan, dan untuk jenis-jenis
                         perizinan teknis dan teknik/rekayasa). Kedua, penyusunan dan penerbitan
                         peraturan-peraturan kementerian tentang prosedur-prosedur operasi standar bagi
                         seluruh proses perizinan di PTSP Pusat. Ketiga, pengaturan organisasional dari
                         PTSP Pusat, termasuk pengaturan kantor depan (front office) dan belakang (back office)
                         (perangkat lunak dan keras), proses-proses bisnis, pusat panggilan (call center), serta
                         sistem pemantauan dan pelacakan (monitoring and tracking system). Keempat,
                         keterlibatan awal sektor swasta dalam proses reformasi, termasuk pengumpulan

                         28   Kontan, 4 November 2014.
Maret 2015                                                  THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                             36
 Harapan besar                                                                           Perkembangan Triwulanan
                                                                                          Perekonomian Indonesia

                               umpan balik (feedback) dan identifikasi masalah-masalah, serta sosialisasi dan
                               komunikasi pada tahap awal.

…dan satu lokasi                Sebagai hasil dari langkah-langkah yang dipaparkan secara ringkas di atas, pada bulan
fisik tunggal untuk             Maret 2015 BKPM menyediakan suatu lokasi fisik tunggal bagi para investor untuk
perizinan nasional              mengajukan permohonan bagi berbagai perizinan nasional. Meskipun hal ini
kini telah tersedia             merupakan langkah maju yang penting, masih banyak tantangan yang perlu diatasi
                                guna mencapai sasaran perizinan investor yang benar-benar terpadu.

Gambar 29: PTSP Pusat yang terencana dan direvitalisasi dengan percepatan prosedur permohonan perizinan
     Izinawal(“prinsip)dariBKPM                                 Seluruhprosesdikelolamelalui
                                                                     BKPMdandapatdiaksesolehpara
                                                                     investormelaluipelayananterpadu
                                                                     satupintu(PTSP)
     Izinsektoraldandaerahyangdiakses
     melaluiberbagaibedanpemerintah                              IzinPrinsipdiPTSP
     ͲProsesnyakeraptidakdisertai               Rencana
       denganProsedurOperasional                 Reformasi        Semuaizinsektoraldandaerah
       Standar(SOP)yangtransparan                                diaksesmelaluiPTSP

                                                                       SOPdipantaumenggunakan–dan
                                                                     diaksesmelalui–PTSP
     Izinakhir(“operasional”)dariBKPM                             
                                                                     IzinOperasionalpadaPTSP

Sumber: Bank Dunia


Sistem permohonan               Sejumlah masalah penerapan dijumpai selama beberapa minggu pertama sejak PTSP
online yang baru                Pusat dibentuk dan memulai layanan terpadunya. Meskipun sistem permohonan
masih memiliki                  online telah diterapkan sejak pertengahan bulan Desember 2014, para investor
sejumlah masalah                mengeluhkan bahwa sistem tersebut belum dapat diandalkan dan kurang bersahabat
                                dengan pengguna. Karenanya, sebagian besar investor tetap mengunjungi PTSP
                                Pusat secara langsung untuk berkonsultasi dengan para staf dan mencari solusi. Hal
                                ini menimbulkan kekhawatiran tentang sistem teknologi informasi dan komunikasi
                                BKPM yang ada dan kapasitasnya untuk mendukung PTSP yang sepenuhnya
                                terpadu. Selain itu, jumlah permohonan perizinan yang diproses oleh para petugas
                                penghubung kementerian dan lembaga negara mencatat penurunan pada beberapa
                                minggu setelah integrasi PTSP Pusat pada bulan Januari. Banyak investor masih
                                tetap menyerahkan permohonan mereka secara langsung ke kementerian dan
                                lembaga negara, atau menunda permohonan mereka. Hal ini mencerminkan
                                keterbatasan pemahaman akan bagaimana PTSP Pusat bekerja.
                          c. Tantangan berikut: perlunya rencana reformasi yang kredibel dan
                             implementasi yang efektif

Jalan masih panjang             Kepala BKPM, Franky Sibarani, menyatakan bahwa PTSP Pusat belum merupakan
menuju perizinan                layanan yang sepenuhnya terpadu.29 Masih banyak keterbatasan dalam peningkatan
terpadu…                        yang telah dilakukan sejauh ini, baik dalam hal penyederhanaan proses-proses
                                perizinan maupun sejumlah perizinan yang belum disertakan. Sebagai contoh, para
                                investor masih perlu berpindah dari satu meja ke meja lainnya di BKPM untuk
                                memperoleh suatu izin dan kemudian mengajukan permohonan izin selanjutnya.
                                BKPM kini hanya memproses perizinan untuk sekitar 300 bidang usaha dari total
                                1.200 bidang usaha yang ada. Karenanya, masih banyak upaya yang perlu dilakukan
                                untuk merealisasikan visi perizinan investor yang efisien dan terpadu.

                                29   Koran Tempo, 19 Januari 2015.
Maret 2015                                                                   THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                  37
 Harapan besar                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                  Perekonomian Indonesia


…dan pengatasan        Rancangan dan implementasi rencana reformasi yang kredibel, berdasarkan pada
tantangan ini          penilaian terperinci tentang kondisi yang ada dan disertai dengan kerangka
membutuhkan            pemantauan dan evaluasi yang baik, merupakan prasyarat keberhasilan. Hal ini akan
rencana reformasi      membutuhkan sumber daya yang cukup besar dan koordinasi yang kuat lintas
yang kredibel          kementerian dan lembaga negara pada tingkat nasional dan daerah. Satuan-satuan
dengan dukungan        tugas khusus dikerahkan untuk melaksanakan tugas tersebut dan mereka telah
sumber daya yang       mengidentifikasi bidang-bidang prioritas yang membutuhkan adanya revisi peraturan
memadai                pengaturan perizinan yang diperlukan (misalnya tentang kehutanan dan penggunaan
                       lahan, serta persyaratan lingkungan).

Rangkaian reformasi    BKPM telah mengumumkan rencananya untuk menyederhanakan peraturan
selanjutnya akan       sehingga menurunkan jumlah prosedur dan jumlah hari yang dibutuhkan untuk
terfokus pada sektor   memperoleh seluruh perizinan pada tahap reformasi berikutnya, dimulai dengan
yang diprioritaskan    sektor-sektor terpilih yang diprioritaskan, termasuk bidang pembangkit tenaga
dan pembenahan         listrik, manufaktur padat karya, pertanian, dan kelautan. Secara khusus, izin
PTSP daerah            ketenagalistrikan baru bagi produsen tenaga listrik independen (independent power
                       producers, IPP) menjadi masalah yang sangat penting, karena Pemerintah
                       menargetkan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 35.000 megawatt pada
                       tahun 2019. Tahap kedua dari implementasi PTSP Pusat akan menyertakan lebih
                       banyak sektor pada tingkat nasional. Uji coba integrasi PTSP daerah akan dilakukan
                       secara bertahap dari bulan Januari 2015 hingga akhir tahun 2016.

Pemetaan yang          Dari sudut pandang operasi, pemerintah sedang berupaya mewujudkan proses bisnis
terperinci dari        terpadu (integrated business procesess) bagi seluruh perizinan, yang menurut rencana
seluruh perizinan      akan diimplementasikan secara bertahap, termasuk pengembangan sistem teknologi
akan menjadi           informasi dan komunikasi (TIK) yang baru. Pengembangan proses-proses bisnis
langkah penting        terpadu akan membutuhkan pemetaan yang terperinci dari seluruh perizinan.
menuju proses-         Sebagai contoh, pemetaan awal perizinan untuk pembangkit listrik perlu diikuti
proses terpadu         dengan pemetaan spesifik untuk jenis-jenis pembangkit listrik yang berbeda, proses
                       bisnis yang terperinci (prosedur langkah-demi-langkah bagi investor), serta
                       persyaratan dan dokumen pendukung dan prosedur-prosedur untuk setiap jenis izin.
                       Selain itu, suatu proses bisnis terpadu hanya akan membuat perbaikan yang
                       signifikan terhadap prosedur perizinan secara keseluruhan jika Pemerintah dapat
                       menyederhanakan dan mempercepat proses-proses perizinan secara keseluruhan
                       terlebih dahulu, dan kemudian menerapkannya di PTSP Pusat dan Daerah.

BKPM akan              Proses-proses bisnis yang baru akan membutuhkan perubahan organisasional yang
membutuhkan            signifikan. Dengan sejumlah staf kementerian dan lembaga yang kini hanya
tambahan sumber        ditugaskan secara sementara pada PTSP Pusat di BKPM, pengaturan organisasional
daya manusia dan       BKPM, dan masalah sumber daya manusia bagi perizinan investor, membutuhkan
reformasi              perhatian yang cermat jika ingin mewujudkan keberlanjutan untuk jangka waktu
pengaturan             yang lebih panjang.
organisasional

Tindak lanjut atas     Sasaran-sasaran yang ambisius dan penerapan yang sistematis dan berkelanjutan dari
komitmen pada          proses-proses peraturan perundangan yang baru, yang meliputi tidak hanya BKPM
tingkat tinggi dan     namun juga seluruh kementerian dan lembaga negara, akan menjadi suatu tantangan.
pengelolaan risiko     Permasalahan dan keterlambatan implementasi dapat segera menjadi sorotan, dan
penerapan akan         Pemerintah harus mengelola risiko-risiko yang terkait dengan rencana reformasi
menjadi hal yang       tersebut secara hati-hati. Banyak hal yang kini bergantung kepada sejauh mana
penting                dukungan tingkat tinggi dari semua kementerian terkait dapat tercapai,
Maret 2015                                                THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                        38
Harapan besar                                                                      Perkembangan Triwulanan
                                                                                    Perekonomian Indonesia

                         dipertahankan, dan dijabarkan melalui strategi implementasi reformasi menjadi
                         proses-proses yang baru dan lebih baik.

Kotak 4: Prakarsa reformasi pada masa lalu untuk mengembangkan PTSP Pusat dan menyederhanakan izin usaha
UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengamanatkan pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) untuk perizinan investor, diikuti dengan Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2009 yang kemudian menjadi
petunjuk pelaksanaannya.30 Selanjutnya, Pemerintah mengidentifikasi penyederhanaan perizinan usaha sebagai bidang
yang diprioritaskan dan mengamanatkan kepada BKPM untuk melaksanakan pemetaan yang terperinci atas proses
perizinan dan menyusun peraturan perundangan untuk menyederhanakannya. Bagi PTSP daerah, BKPM menerbitkan
standar-standar layanan untuk pelaksanaan PTSP pada tahun 2009. Hal ini awalnya menyebabkan sejumlah
kebingungan, karena Kementerian Dalam Negeri sebelumnya pernah menerbitkan peraturan (pada tahun 2007)
mengenai pembagian tanggung jawab antara pemerintah pusat dan daerah. Pada akhirnya, kurangnya komitmen tingkat
tinggi yang berkelanjutan dalam penyederhanaan dan integrasi proses-proses perizinan melalui PTSP Pusat dan daerah
mengakibatkan hanya sejumlah kecil perizinan (dari ribuan perizinan yang ada) yang dialihkan kepada BKPM, sementara
prosedur-prosedur perizinan yang terlalu rumit dan tidak efisien tetap menjadi hal yang harus dihadapi oleh para
investor pada tingkat nasional maupun daerah.

Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2009 tentang PTSP di Bidang Penanaman Modal juga menugaskan BKPM untuk
mengembangkan suatu Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) untuk
perizinan investasi dalam waktu tiga tahun. Sistem itu bertujuan untuk memberikan layanan satu atap (national single
window, NSW) bagi permohonan dan persetujuan perizinan. Sistem itu diharapkan dapat melibatkan PTSP Pusat pada
tingkat nasional melalui BKPM, bersama-sama dengan PTSP daerah melalui pemerintah provinsi, kabupaten, dan
kotamadya. Sistem online itu juga bertujuan untuk memberikan akses ke proses-proses bisnis untuk izin-izin yang
diterbitkan oleh kementerian teknis Indonesia guna membentuk suatu sumber informasi tunggal bagi para investor. Saat
ini, meskipun sistem online tersebut telah berjalan dan dapat diakses oleh para investor melalui situs web BKPM,
penggunaannya masih jauh dari efektif dan masih terdapat masalah-masalah yang perlu diselesaikan. Sejumlah
pemerintah daerah juga menggunakan sistem online tersebut, namun jumlahnya sangat jauh dibawah jumlah yang
sebelumnya ditargetkan.31

Upaya-upaya untuk menyederhanakan perizinan usaha dan merevitalisasi PTSP untuk menarik investasi kembali
diluncurkan dalam bentuk Paket Kebijakan Ekonomi bulan Agustus 2013 (lihat Triwulanan edisi bulan Desember 2013).
Pada awalnya, Pemerintah memutuskan untuk memfokuskan pada perizinan sektor migas yang sangat rumit. Namun
rumitnya sektor tersebut dan rendahnya komitmen kementerian dan lembaga terkait untuk mencapai reformasi yang
berarti mengakibatkan surutnya momentum dari upaya-upaya tersebut. Pengalaman ini memberikan pembelajaran yang
berharga tentang pentingnya koordinasi yang kuat, komitmen kementerian tingkat tinggi, dan fokus kepada sektor-
sektor tertentu yang relatif mudah untuk dikelola. Setelah keberhasilan pada sektor-sektor ini mulai diraih, maka
pengalaman ini dapat diterapkan untuk memperbesar kemungkinan keberhasilan pada sektor-sektor yang lebih rumit
dan menantang.




                         30 Pedoman itu termasuk: (i) PTSP dikelola oleh Pemerintah Pusat (melalui BKPM) dan oleh Pemerintah Daerah;
                             (ii) kewenangan menerbitkan izin-izin dan fasilitas non-perizinan lainnya dapat didelegasikan oleh kementerian-
                             kementerian teknis kepada kepala BKPM; dan (iii) peraturan selanjutnya tentang PTSP akan diterbitkan dalam
                             peraturan BKPM.
                         31 Lesher, M., 2012, “The OECD Regulatory Reform Review of Indonesia: Market Openness”, OECD Trade Policy

                            Papers, No. 138, OECD Publishing.
Maret 2015                                                             THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                        39
 Harapan besar                                                                    Perkembangan Triwulanan
                                                                                   Perekonomian Indonesia

             3. Laju pertumbuhan PDB yang berkelanjutan di Indonesia: pandangan
                yang lebih dekat
Laju pertumbuhan       Pertumbuhan ekonomi melambat secara konsisten, walau bertahap, dalam beberapa
ekonomi Indonesia      tahun terakhir. Perlambatan ini bertepatan dengan tren perlemahan harga komoditas
yang berkelanjutan     global sejak tahun 2011, yang menimbulkan pertanyaan sampai sejauh mana harga-
menjadi fokus          harga komoditas yang lalu mendorong pertumbuhan, dan laju pertumbuhan
setelah lonjakan       ekonomi seperti apa yang kini dapat dipertahankan pada masa pasca lonjakan harga
kenaikan komoditas     komoditas. Dari sudut pandang kebijakan ekonomi, pertanyaan tersebut sangat
                       penting dalam kaitannya dengan sasaran Pemerintah untuk meningkatkan
                       pertumbuhan menjadi 7 persen pada masa pemerintahannya yang pertama (yaitu
                       hingga tahun 2019). Bagian ini mengkaji bukti-bukti terkait dinamika pertumbuhan
                       Indonesia yang terbaru dan laju pertumbuhan berjalan yang dapat dipertahankan
                       seiring memudarnya lonjakan harga komoditas, sementara Bagian C memfokuskan
                       pada peran sektor sumber daya alam dalam pembangunan ekonomi Indonesia akhir-
                       akhir ini dan prospek jangka menengahnya.32
                    a. Harga komoditas mempengaruhi tren dan siklus pertumbuhan …

Harga komoditas        Harga komoditas merupakan faktor penentu pertumbuhan yang penting di negara
berperan penting       ekportir komoditas besar seperti Indonesia. Seperti dibahas secara terperinci pada
dalam kinerja          Bagian C, kenaikan harga komoditas secara persisten pada tahun 2003-2007, dan
pertumbuhan            sekali lagi pada tahun 2009-2010 selama pemulihan krisis keuangan dunia,
ekonomi Indonesia      mendorong peningkatan laba perusahaan, pendapatan rumah tangga, dan
sejak tahun 2003…      penerimaan Pemerintah (Gambar 30). Hal ini pada gilirannya mendorong
                       permintaan konsumsi, mendukung produksi (output) barang-barang dan jasa-jasa
                       dalam negeri (bersama-sama dengan peningkatan impor) selama periode waktu
                       tersebut. Selain itu, terdapat kenaikan investasi yang signifikan, sebagian yang
                       mendukung perluasan kapasitas produktif dari ekonomi, terutama pada sektor
                       pertambangan (Gambar 30). Hal ini kemudian mendorong peningkatan permintaan
                       konsumsi, mendukung produksi (output) barang, dan layanan dalam negeri (serta
                       peningkatan impor) selama periode tersebut. Selain itu, peningkatan signifikan dalam
                       investasi pun tercermati, sebagian didukung oleh perluasan kapasitas produktif
                       bidang ekonomi, terutama sektor pertambangan (Gambar 30). Investasi sektor
                       konstruksi juga menerima dorongan yang signifikan selama lonjakan komoditas
                       tersebut. Namun pertumbuhan investasi dan PDB melambat sejak tahun 2013
                       dengan penurunan harga komoditas-komoditas ekspor utama Indonesia.




                       32   Untuk pandangan yang lebih luas tentang tren dan tantangan pembangunan terbaru di Indonesia, lihat Bank
                            Dunia, 2014, Kajian Kebijakan Pembangunan di Indonesia: “Indonesia: Menghindari Perangkap”.
Maret 2015                                                            THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                      40
 Harapan besar                                                      Perkembangan Triwulanan
                                                                     Perekonomian Indonesia

…namun                   Untuk memahami implikasi pergeseran tersebut terhadap kinerja pertumbuhan
pertumbuhan yang         Indonesia, sangat penting untuk membedakan pertumbuhan ekonomi yang diamati
diperlihatkan pada       pada suatu kurun waktu tertentu, dan potensi (atau keberlanjutan) produksi. Potensi
kurun waktu tertentu     produksi dan kesenjangan produksi merupakan konsep ekonomi makro utama yang
tidaklah sama            menjadi landasan berbagai keputusan kebijakan yang penting. Para ekonom
dengan                   umumnya mendefinisikan potensi produksi sebagai tingkat produksi yang
pertumbuhan              berkelanjutan dengan memperhatikan struktur dasar ekonomi. Kesenjangan
Indonesia secara         produksi adalah perbedaan antara PDB aktuil, seperti diukur oleh BPS, dan potensi
berkelanjutan …          produksi. Berkelanjutan berarti bahwa, bila semua hal lainnya sama, tingkat produksi
                         potensial ini tidak menghasilkan produksi ekonomi yang tidak dikehendaki, seperti
                         inflasi yang tinggi serta defisit neraca transaksi berjalan yang besar dan tidak dapat
                         dipertahankan. Inflasi cenderung meningkat ketika tingkat produksi melebihi tingkat
                         potensi dan sebaliknya.

…dan harga               Potensi produksi bergantung pada banyak faktor yang terkait dengan struktur dasar
komoditas                ekonomi. Lonjakan komoditas mendorong baik potensi produksi, melalui kenaikan
mempengaruhi laju        kapasitas produktif, maupun produksi aktuil, melalui kenaikan permintaan dalam
pertumbuhan              negeri. Hal ini menjelaskan mengapa potensi pertumbuhan Indonesia cenderung
siklikal dan potensial   bergerak seiring dengan siklus komoditas dunia, namun lebih kecil dari perkiraan
                         bila hanya dilihat dari laju pertumbuhan aktuil. Pertumbuhan pada suatu waktu
                         tertentu juga mencerminkan pengaruh permintaan yang hanya bersifat sementara,
                         kecuali terdapat investasi baru yang bisa mendorong kenaikan pertumbuhan
                         produktivitas secara permanen.

                b. …yang kini berada pada kisaran 5,5 persen…

Perkiraan potensi        Sejauh mana penurunan yang belakangan terjadi pada pertumbuhan PDB dapat
produksi dapat           dikaitkan dengan penurunan pertumbuhan berkelanjutan dan seberapa banyak
menyertakan harga-       terhadap komponen pertumbuhan siklikal? Untuk menjawab pertanyaan ini, staf
harga komoditas…         Bank Dunia menggunakan model komponen multivariat yang tidak diamati untuk
                         memperkirakan potensi pertumbuhan produksi (Kotak 5). Pada spesifikasi kedua
                         dari model tersebut, indeks harga dari lima komoditas ekspor utama Indonesia
                         disertakan dalam persamaan untuk kesenjangan produksi. Modifikasi ini
                         memungkinkan pemisahan pengaruh siklikal dari harga komoditas dengan
                         dampaknya terhadap potensi pertumbuhan.




Maret 2015                                                 THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                            41
 Harapan besar                                                      Perkembangan Triwulanan
                                                                     Perekonomian Indonesia

…dan penyertaan itu   Hasilnya menunjukkan bahwa Gambar 30: Potensi pertumbuhan melambat sejak
menunjukkan bahwa     potensi pertumbuhan            tahun 2012
dampak harga          produksi di Indonesia          (pertumbuhan kuartalan pada laju disetahunkan, persen)
komoditas terhadap    bervariasi dengan harga            8
                                                                   Potensi pertumbuhan
                                                                                                             2.0
pertumbuhan           komoditas, meningkat pada
berkelanjutan         tahun-tahun yang melonjak,         6                                                   1.5
Indonesia cukup       dan menurun pada waktu
signifikan…           penyusutan (Gambar 30).            4                                                   1.0
                                                                                Potensi pertumbuhan
                      Ketika informasi harga                                    dengan penyesuaian harga
                      komoditas disertakan, laju         2                      komoditas                    0.5
                      perkiraan pertumbuhan yang
                      berkelanjutan mengalami            0                                                   0.0
                      fluktuasi yang lebih rendah
                      dibanding perkiraan               -2
                                                                                         Perbedaan antara
                                                                                                             -0.5
                      sebelumnya. Pada sejumlah                                          dua perkiraan
                                                                                         (RHS)
                      periode, perbedaan tersebut
                                                        -4                                                   -1.0
                      cukup besar, mencapai 0,8           2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
                      poin persentase bila           Catatan: Grafik batang menunjukkan perbedaan (dalam poin
                      disetahunkan pada waktu        persentase) antara perkiraan potensi pertumbuhan yang
                                                     memperhitungkan dengan yang tidak memperhitungkan peran
                      krisis keuangan dunia. Pada    harga komoditas
                      periode yang terakhir,         Sumber: BPS; Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia
                      perkiraan tersebut menunjukkan bahwa laju potensi pertumbuhan Indonesia yang
                      disesuaikan dengan harga komoditas melambat dari 6,4 persen pada tahun 2011
                      menjadi 5,5 persen pada tahun 2014.

                 c. …yang menunjukkan bahwa percepatan kembali pertumbuhan akan
                    membutuhkan dorongan dari kebijakan

…menambah bukti       Perkiraan terkini Bank Dunia tentang potensi pertumbuhan produksi di Indonesia,
bahwa percepatan      dengan memperhitungkan harga komoditas yang lebih rendah, adalah sekitar 5,5
kembali               persen per tahun. Angka ini mengikuti satu dekade yang mana potensi pertumbuhan
pertumbuhan yang      diperkirakan sebesar 6 persen atau lebih. Hal ini juga menunjukkan bahwa porsi
berkelanjutan akan    yang cukup besar dari perlambatan pertumbuhan yang belakangan terjadi (menjadi
membutuhkan           5,0 persen pada kuartal empat 2014, lihat Bagian A) dapat dikaitkan dengan
kemajuan reformasi    penurunan laju pertumbuhan berkelanjutan. Karenanya, penyusun kebijakan
yang signifikan       sebaiknya tidak memproyeksikan pertumbuhan untuk kembali meningkat secara
                      mudah ke 6-7 persen, seperti yang tercatat pada periode tahun 2010-2012. Akan
                      dibutuhkan reformasi dan penerapan kebijakan secara besar-besaran, termasuk
                      dalam bidang-bidang perizinan investasi seperti dibahas pada Bagian B.2, karena
                      jumlah dan kualitas pengeluaran investasi merupakan faktor penentu pertumbuhan
                      yang sangat penting. Selain itu, seperti dibahas pada Bagian C, tantangan pada sektor
                      komoditas dapat menjadi rintangan berkelanjutan yang menghadang pertumbuhan.




Maret 2015                                                THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                              42
Harapan besar                                                             Perkembangan Triwulanan
                                                                           Perekonomian Indonesia

Kotak 5: Memperkirakan hasil potensi pertumbuhan di Indonesia
Bagaimana potensi produksi diukur? Tidak seperti PDB aktuil, yang dihitung dengan menggunakan survei rumah
tangga, anggaran Pemerintah, laporan keuangan BUMN dan perusahaan swasta, dll., pengukuran potensi produksi
merupakan suatu tantangan karena tidak menggunakan pengamatan. Pendekatan untuk memperkirakan potensi
produksi bervariasi dari metode statistika univariat hingga model-model struktural. Filter Hodrick-Prescott (HP) dan
model komponen tidak diamati termasuk ke dalam kelompok teknik perkiraan yang pertama. Keunggulan utamanya
adalah kebutuhan data yang tidak besar (hanya deret waktu (time series) dari PDB), transparansi, dan kesederhanaan.
Metode-metode tersebut menyaring komponen tren dari PDB (potensi produksi) dari yang bersifat siklikal (kesenjangan
produksi) pada suatu frekuensi tertentu hanya berdasarkan pada perilaku statistik dari deret PDB tersebut. Kekurangan
utama dari metode yang sepenuhnya statistika ini adalah tidak disertakannya informasi ekonomi apapun.

 Berbeda dengan filter univariat, filter multivariat menggabungkan pendekatan statistika dengan hubungan ekonomi
 struktural. Salah satu hubungan tersebut adalah kurva Phillips, yang menguraikan hubungan yang positif antara
 (perkiraan) inflasi dan tingkat produksi aktuil. Kurva Phillips menyajikan informasi tentang sisi penawaran ekonomi dan
 tahapan siklus usaha. Mengikuti Gerlach dan Smets (1999)1, staf Bank Dunia memperkirakan model komponen
 multivariat yang tidak diamati untuk Indonesia dengan data mulai tahun 2000. Selain kurva Phillips, model itu juga
 menyertakan persamaan permintaan agregat yang terkait dengan kesenjangan produksi terhadap suku bunga riil.
 Perkiraan itu menunjukkan bahwa potensi produksi Indonesia terus meningkat pasca krisis keuangan Asia (Gambar 31).
 Pertumbuhan itu mengikuti tren harga komoditas, mencapai 6,1 persen pada tahun 2007 pada puncak lonjakan harga
 komoditas. Setelah penurunan yang terkait dengan krisis keuangan dunia pada tahun 2008-2009, potensi produksi
 kembali meningkat menjadi 6,4 persen pada tahun 2011 dengan didorong oleh kuatnya harga komoditas.

 Lebih jauh lagi, dan dengan menerapkan ide dari Borio, Disyatat dan Juselius (2013)2, suatu indeks lima harga
 komoditas ekspor utama Indonesia dapat disertakan ke dalam persamaan permintaan agregat. Cukup bisa diperkirakan
 bahwa siklus komoditas akan dapat memperkuat siklus usaha Indonesia dengan mendorong tingkat produksi sementara
 (lihat Bagian A). Perkiraan model itu menunjukkan hal ini: pada masa kenaikan (penurunan) harga komoditas yang
 tajam, harga komoditas potensi produksi netral meningkat pada laju yang lebih lambat (lebih cepat) dibanding dengan
 potensi produksi yang tidak disesuaikan (Gambar 31). Sebagai contoh, selama krisis keuangan dunia, harga komoditas
 yang disesuaikan dengan potensi produksi berada pada 5,4 persen, lebih tinggi 0,3 poin persentase dibanding perkiraan
 yang tidak disesuaikan. Menurut pendekatan ini, perkiraan Bank Dunia tentang pertumbuhan potensi produksi sekarang
 adalah sebesar 5,5 persen.

 Selain itu, pendekatan struktural memungkinkan pengukuran potensi produksi dengan memperkirakan model ekonomi
 struktural. Model-model tersebut memungkinkan penafsiran variabel ekonomi langsung dan sangat berguna untuk
 analisis kebijakan, namun membutuhkan banyak data, rumit, dan sulit untuk direplikasi. Salah satu metode tersebut
 adalah pendekatan fungsi produksi (dalam hal ini metode Cobb-Douglas dengan skala pengembalian konstan), yang
 menguraikan laju pertumbuhan potensi produksi menjadi kontribusi dari faktor-faktor masukan (input) berikut:
 persediaan modal fisik Indonesia, angkatan kerja, rata-rata tahun belajar di sekolah dan kembalinya ke sekolah
 (digabungkan menjadi “modal manusia”) dan jumlah faktor produktivitas (Gambar 32). Masukan (input) yang terakhir
 dihitung sebagai suatu residual dan secara teoritis mewakili pengaruh perubahan teknologi dan peningkatan efisiensi.
 Hasil dari upaya pencatatan pertumbuhan ini menunjukkan bahwa di Indonesia, seperti pada pasar-pasar berkembang
 (emerging) Asia lainnya, akumulasi modal berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan (rata-rata di atas 4 poin
 persentase) pada tahun 1980an dan 1990an. Pada beberapa tahun terakhir, dengan penurunan laju akumulasi modal
 (menjadi 2,5 poin persentase dari jumlah pertumbuhan) dibanding dekade yang lalu, bagian yang lebih besar dari
 potensi produksi (sekitar 1,5 poin persentase) dikaitkan kepada jumlah faktor produktivitas.




Maret 2015                                                      THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                     43
Harapan besar                                                                           Perkembangan Triwulanan
                                                                                         Perekonomian Indonesia

Gambar 31: Pertumbuhan potensi produksi di Indonesia                       Gambar 32: Pertumbuhan produksi lebih banyak didorong
mengikuti tren harga komoditas secara melekat                              oleh produktivitas dibanding modal fisik sejak tahun 2001
(pertumbuhan potensi tahunan (LHS), persen; indeks harga komoditas         (kontribusi terhadap pertumbuhan tahunan, poin persentase)
kecuali minyak (RHS), Q1 2010 = 100)
    7.0                                                              140     8.0
                                                                                                 ǻ LnK   ǻ LnH     ǻ LnA
              Potensi pertumbuhan
    6.5       disesuaikan harga                                      120     6.0

    6.0                                                              100
                                                                             4.0
    5.5                                                              80
                                                                             2.0
    5.0                                                              60
                                    Potensi pertumbuhan
                                                                             0.0
    4.5                                                              40
                  Indeks harga komoditas
    4.0           kecuali minyak                                     20      -2.0

    3.5                                                              0
                                                                             -4.0
       2001    2003    2005     2007     2009     2011     2013
                                                                                       1981-90           1991-00           2001-13
Sumber: BPS; Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia                       Catatan: Perbedaan dalam logaritma alami (ƅ Ln) dari K –
                                                                           persediaan modal, H – modal manusia, A – jumlah faktor
                                                                           produktivitas.
                                                                           Sumber: Barro dan Lee (2010); BPS; Dewan Konferensi; UN; Van
                                                                           der Eng (2008); Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia

1Gerlach, S. dan Smets, F., 1999, “Output gaps and monetary policy in the EMU area”, European Economic Review 43. hal. 801-812.
2Pengarang menyertakan variabel keuangan dalam filter multivariat mereka: Borio, C., Disyatat, P. and Juselius, M., 2013, “Rethinking
potential output: Embedding information about the financial cycle”, BIS Working Papers No 404.




Maret 2015                                                                    THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                     44
  Harapan besar                                                                  Perkembangan Triwulanan
                                                                                  Perekonomian Indonesia



  C. Indonesia 2016 dan selanjutnya: Tinjauan pilihan

              1. Memanfaatkan sumber daya alam untuk pembangunan Indonesia
Sumber daya alam       Indonesia memiliki kekayaan alam hidrokarbon (batubara, minyak dan gas alam),
yang berlimpah33       mineral (logam dasar dan logam mulia34) dan juga komoditas pertanian yang
sangat                 melimpah (Tabel 8). Kenaikan harga komoditas yang signifikan dari tahun 2002
menguntungkan          hingga 2012 mendorong kontribusi yang positif dari sektor sumber daya alam ke
Indonesia ketika       pertumbuhan PDB nominal, ekspor dan investasi selama dekade yang lalu. Namun
harga komoditas        dampak sektor tersebut terhadap pertumbuhan produksi (output) riil, penerimaan
melonjak naik,         negara dan pembangunan di daerah ternyata lebih terbatas. Bagian ini melihat
namun kini lonjakan    evolusi sektor sumber daya alam selama lonjakan harga komoditas (commodity boom)
harga telah berakhir   dari tahun 2002 hingga 2012, dampak terhadap sumber daya manusia dan ekonomi
dan prospek jangka     makro, prospek jangka menengah untuk sektor tersebut, dan menutup pembahasan
menengah terlihat      dengan bidang kebijakan yang perlu ditangani untuk memanfaatkan sumber daya
menantang              alam bagi pembangunan Indonesia.

                       Tabel 8: Sumber daya alam berkontribusi secara signifikan kepada ekspor,
                       penerimaan dan produksi (output)
                            Kontribusi terhadap total (persen), 2012                     Ekspor        Penerimaan            PDB
                                                                                                       pemerintah
                            I. Sumber daya alam – migas dan pertambangan                   39,0            28,0              16,5
                            Komoditas energi                                               31,0            26,0              10,7
                            Minyak mentah                                                   6,5            13,9              3,535
                            Gas alam                                                       10,8             8,1
                            Batubara                                                       13,8            4,036              7,2
                            Komoditas mineral non-energi                                    7,5             2,0               5,8
                                                                                                                        37
                            Timah                                                           1,2                   N/A
                            Nikel                                                           1,3
                            Tembaga                                                         1,4
                            Emas                                                            1,2
                            Lain-lain (bijih besi, timah hitam)                             2,4
                            II. Sumber daya alam – kehutanan dan perikanan                  2,3             0,5               7,0
                            III. Komoditas pertanian                                       12,5             1,6              13,838
                            Minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil, CPO)                6,5                   N/A39
                            Karet                                                           4,2
                            Lain-lain (termasuk kakao, kopi, teh)                           1,8
                         JUMLAH                                                    53,8           30,1           37,3
                       Catatan: *Penerimaan termasuk pajak (pajak ekspor dan penghasilan) dan bukan pajak (bagi hasil,
                       royalti, ongkos).
                       Sumber: BPS; BI; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia


                       33Bagian ini memfokuskan kepada sektor sumber daya alam migas dan pertambangan (batubara dan mineral
                          termasuk tembaga, emas, nikel, timah, bauksit, besi) dan tidak menyertakan analisis kehutanan dan perikanan.
                       34 Logam dasar: timah, tembaga, nikel dan aluminum. Logam mulia: emas, perak dan platina.
                       35 Pemisahan antara gas alam dan minyak mentah tidak tersedia.
                       36 Bank Dunia mengasumsikan 95 persen PNBP pertambangan adalah batubara dan 50 persen pajak pertambangan

                          adalah batubara.
                       37 Pemisahan penerimaan pertambangan bukan batubara dan PDB menurut jenis mineral tidak tersedia.
                       38 Termasuk komoditas pertanian mentah (CPO, karet) dan sudah diproses (mis. produk karet).
                       39 Mayoritas penerimaan komoditas pertanian berasal dari pajak ekspor CPO.

Maret 2015                                                          THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                      45
  Harapan besar                                                                       Perkembangan Triwulanan
                                                                                       Perekonomian Indonesia

                      a. Evolusi produksi sektor sumber daya alam selama lonjakan harga

Didorong kenaikan          Dari tahun 2002 ke 2012, PDB ekonomi pasar berkembang (emerging) dan produksi
permintaan yang            industri masing-masing tumbuh dengan laju rata-rata sebesar 6,3 dan 7,8 persen.
belum pernah terjadi       PDB dan produksi industri Cina meningkat lebih cepat dengan laju rata-rata sebesar
sebelumnya,                10,6 dan 14,7 persen,40 yang mendorong kenaikan berlipat ganda dalam permintaan
terutama dari Cina,        komoditas. Sebagai contoh, pada tahun 2012, Cina mengkonsumsi hampir setengah
dan tidak elastisnya       dari 91 juta ton logam yang diproduksi di seluruh dunia, naik dari hanya 15 persen
pasokan jangka             pada tahun 2000. Kenaikan permintaan yang cepat ini mempengaruhi tidak
pendek, dekade awal        elastisnya penawaran jangka pendek, terutama logam-logam dasar41, sehingga
tahun 2000an               mendorong kenaikan harga komoditas. Semua indeks harga komoditas dunia
mencatat lonjakan          mencatat kenaikan yang signifikan antara tahun 2002 dan 2012: indeks nominal
naik harga                 energi global (batubara, minyak mentah dan gas alam) meningkat empat kali lipat;
komoditas dunia...         indeks harga nominal logam dan mineral meningkat tiga kali lipat; indeks logam
                           mulia (termasuk emas) meningkat enam kali lipat; dan komoditas pertanian seperti
                           CPO meningkat tiga kali lipat (Gambar 33).42

Gambar 33: Harga komoditas energi dan non-energi                    Gambar 34: …mendorong kenaikan yang signifikan
dunia meningkat signifikan antara 2002 dan 2012...                  dalam produksi sejumlah komoditas Indonesia
(indeks harga dolar AS, 2002 = 100)                                 (indeks produksi, 2002 = 100)
 600                                                                 600
                                    Logam mulia

 500                                                                 500
                                                  Energi
 400              Logam dan                                                                                                      Nikel
                                                                     400                                            Batubara
                  mineral

 300                                                                 300                                                            CPO

                                                   CPO
 200                                                                 200

                                                                                                           Timah           Gas alam
 100                                                                 100
                                                                                                                  Minyak mentah
   0                                                                    0
       2002   2004     2006     2008      2010       2012
Sumber: Database Komoditas Bank Dunia                               Catatan: Statistik produksi konsentrat timah tersedia hingga 2010.
                                                                    Sumber: BPS, ESDM, ITRI, perhitungan staf Bank Dunia


…mendorong naik     Kenaikan harga mendorong peningkatan produksi yang besar bagi sejumlah
produksi dan ekspor komoditas di Indonesia, terutama untuk ekspor. Peningkatan yang paling drastis
komoditas Indonesia tercatat untuk batubara dan minyak sawit, yang hampir mencapai empat kali lipat,
                    dan nikel, dengan lonjakan hampir tiga kali lipat, dalam volume produksi selama
                    periode tahun 2002 hingga 2013 (Gambar 34). Sebaliknya, produksi minyak mentah
                    menurun 35 persen, dan produksi gas dan timah tetap mendatar. Dalam hal nikel
                    dan timah, hampir seluruh produksi diekspor, baik dalam bentuk mentah maupun
                    terproses, dan untuk batubara bagian yang diekspor mengalami peningkatan, dari 72
                    persen pada tahun 2002 menjadi 80 persen pada tahun 2013. Sebaliknya, bagian
                    penjualan dalam negeri untuk gas alam meningkat dari 25 persen pada tahun 2002

                           40 Sumber: Prospek Komoditas Bank Dunia, Oktober 2014.
                           41 Ketidakelastisan penawaran ini karena jeda waktu dalam proyek-proyek yang beralih dari eksplorasi ke produksi.
                              Misalnya, untuk timah, median interval untuk proyek besar yang beralih dari pra-kelayakan ke persiapan produksi
                              adalah 12 tahun, menurut Institut Penelitian Timah Internasional (International Tin Research Institute, ITRI).
                           42 Sumber: Database Komoditas Bank Dunia, Januari 2015.

Maret 2015                                                               THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                          46
  Harapan besar                                                                  Perkembangan Triwulanan
                                                                                  Perekonomian Indonesia

                       menjadi 50 persen pada tahun 2013, yang didorong oleh kenaikan penggunaan gas
                       untuk pembangkit listrik dalam negeri dan pelaksanaan kewajiban pasokan untuk
                       pasar domestik.

Kenaikan produksi      UU Pertambangan Indonesia yang baru, diterbitkan pada tahun 2009, pada dasarnya
ini juga didorong      mengganti sistem konsesi berdasar kontrak yang diterbitkan pada tingkat pusat
oleh peningkatan       dengan sistem konsesi berdasar izin dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
izin pertambangan      diterbitkan pada tingkat daerah. Hal ini mendorong peningkatan penerbitan IUP
yang diterbitkan di    batubara dan pertambangan sejak tahun 2009 hingga 2012, ketika moratorium untuk
tingkat daerah, yang   izin baru diberlakukan. Perkiraan menunjukkan jumlah izin meningkat hingga
juga meningkatkan      sepuluh kali lipat hingga 11.000 pada 2014,43 yang mendorong naiknya produksi
pangsa pasar bagi      oleh produsen yang lebih kecil, karena ukuran konsesi maksimal dari IUP, yaitu
produsen yang lebih    25.000 hektar, adalah jauh lebih kecil dibanding ukuran rata-rata konsesi dengan
kecil                  kontrak, yaitu 200.000 hektar. Pangsa pasar produsen batubara yang lebih kecil
                       meningkat dari 26 persen pada tahun 2005 menjadi 37 persen pada tahun 2012.

Sektor ini juga        Pertamina (BUMN) meningkatkan pangsa pasarnya dari 13 persen pada tahun 2005
mencatat pergeseran    menjadi 23 persen pada tahun 2012 untuk minyak mentah dan dari 12 persen pada
menuju kepemilikan     tahun 2005 menjadi 18 persen pada tahun 2012 untuk gas alam, melalui modal
dalam negeri           ventura dan akuisisi saham dalam kontrak bagi hasil (PSC) yang mendekati
                       perpanjangan.44 Komoditas utama lainnya juga kini didominasi oleh perusahaan-
                       perusahaan yang dimiliki dalam negeri; pada tahun 2012, hampir 100 persen dari
                       produksi timah, 95 persen produksi batubara termal dan 80 persen dari produksi
                       nikel, datang dari perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh dalam negeri.
                  b. Kontribusi sektor sumber daya alam terhadap hasil sumber daya manusia
                     dan ekonomi makro selama lonjakan komoditas

Pertumbuhan sektor     Sektor sumber daya alam berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan PDB
sumber daya alam       nominal sebesar 14,5 persen antara tahun 2002 dan 2012 (Gambar 35).45 Selain itu,
berdampak besar        korelasinya – termasuk keterkaitan langsung dan tidak langsung – antara
terhadap               pertumbuhan PDB nominal dan harga komoditas (sektor sumber daya alam dan
pertumbuhan PDB        pertanian) – menguat sejalan dengan waktu, meningkat dua kali lipat selama periode
nominal, namun         tahun 2007-13, dibandingkan periode tahun 2003-06. Berbeda dengan pertumbuhan
dampak langsung ke     PDB nominal, sektor sumber daya alam hanya mendorong 2 persen pertumbuhan
pertumbuhan PDB        PDB riil selama periode tahun 2002 hingga 2012, melemah ke 1 persen sejak tahun
riil hanya kecil…      2012 (Gambar 36). Kecilnya kontribusi langsung ke pertumbuhan PDB disebabkan
                       karena pertumbuhan dalam sektor itu adalah dalam harga, ketimbang dalam
                       produksi dan penambahan nilai riil.

…sementara sektor      Pertumbuhan nominal dalam sektor komoditas memiliki dampak yang signifikan
ini memiliki dampak    terhadap penerimaan, keuntungan dan kekayaan perusahaan, dan juga pendapatan
tidak langsung         rumah tangga, yang pada gilirannya mendorong permintaan agregat di dalam
dengan mendorong       ekonomi. Namun sektor komoditas tampaknya memiliki keterkaitan produksi yang
permintaan agregat,    terbatas dengan sektor-sektor lain di dalam ekonomi. Tabel masukan-keluaran (input-
dan pada tertentu      output) menunjukkan bahwa peningkatan permintaan final untuk komoditas mentah
melalui hubungan       sebesar Rp 1, termasuk komoditas sumber daya alam dan pertanian, hanya terkait
                       dengan peningkatan Rp 1,5 dalam produksi (output) untuk semua sektor dalam

                       43 2014/15 Indonesia Coal Book, Petromindo.
                       44 Data tentang struktur produksi hanya tersedia setelah 2005, dan berasal dari laporan statistik pertambangan
                          tahunan ESDM untuk batubara, dan laporan tahunan SKK Migas untuk minyak mentah.
                       45 Sektor komoditas pertanian, terutama CPO, berkontribusi tambahan 11 persen ke pertumbuhan PDB nominal

                          antara tahun 2002 dan 2012.
Maret 2015                                                          THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                    47
  Harapan besar                                                                Perkembangan Triwulanan
                                                                                Perekonomian Indonesia

produksi ke sektor-   perekonomian, yang lebih rendah dibanding sektor-sektor lain seperti manufaktur
sektor lain           (peningkatan Rp 2,5).46

Sektor sumber daya    Kondisi perdagangan Indonesia meningkat sebesar 74 persen dari tahun 2002
alam memiliki         hingga 2013, terutama didorong oleh kenaikan harga ekspor komoditas. Komoditas
dampak positif        sumber daya alam dan komoditas pertanian secara bersama-sama berkontribusi 7,6
terhadap neraca       poin persentase kepada rata-rata pertumbuhan ekspor nominal tahunan dari tahun
eksternal selama      2002 hingga 2013, dibanding hanya 3,6 poin persentase dari manufaktur (Gambar
lonjakan komoditas    37).47 Kenaikan ekspor bersih komoditas Indonesia berperan dalam menjaga
                      keseluruhan neraca perdagangan barang dalam keadaan surplus (Gambar 38),
                      dengan rata-rata neraca perdagangan komoditas pada 6,1 persen dari PDB dari
                      tahun 2002 hingga 2013, sementara rata-rata neraca non-komoditas hanya pada 0,2
                      persen dari PDB. Kebergantungan terhadap ekspor komoditas untuk membayar
                      impor yang umumnya bukan komoditas sepertinyat sejalan dengan keunggulan
                      komparatif Indonesia, namun membuat ekonomi menjadi rentan terhadap gejolak
                      harga komoditas (lihat Kotak 2, dan Bagian A, Nomor 7).

Berbeda dengan        Produksi minyak mentah Indonesia menurun pada dekade yang lalu, dari 1,26 juta
sektor sumber daya    barel pada tahun 2002 menjadi 861.000 barel per hari pada tahun 2012, sementara
alam secara           konsumsi minyak mentah, yang didorong oleh konsumsi BBM pada sektor
keseluruhan, minyak   transportasi, meningkat dengan cepat (Gambar 39). Karenanya Indonesia menjadi
mentah membawa        importir bersih minyak mentah pada tahun 2004 (Gambar 40) dan keluar dari
dampak yang negatif   Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting
terhadap neraca       Countries, OPEC) pada tahun 2008. Bersama-sama dengan tingginya harga minyak
perdagangan           mentah secara historis pada tahun 2000an, hal ini mendorong pelebaran defisit
                      perdagangan minyak menjadi 23 miliar dolar AS pada tahun 2012 (Gambar 43).
                      Sejak tahun 2012, walau dengan menurunnya harga minyak, defisit perdagangan
                      minyak terus meningkat, hingga 25 miliar dolar AS pada 2014, yang mencerminkan
                      penurunan berkelanjutan produksi minyak dan peningkatan konsumsi BBM.

Kenaikan              Kenaikan indeks harga ekuitas pertambangan48 sebesar dua puluh kali lipat dari akhir
penerimaan dan        tahun 2002 ke akhir tahun 2012 berkontribusi kepada peningkatan sepuluh kali lipat
keuntungan            pada indeks ekuitas secara keseluruhan. Karena kenaikan harga ekuitas yang besar
perusahaan            tersebut, dan penerbitan ekuitas baru, kapitalisasi pasar ekuitas dalam negeri
berkontribusi pada    meningkat dari 16 persen dari PDB pada tahun 2000-02 menjadi 49 persen dari
kenaikan signifikan   PDB pada tahun 2010-12. Sektor pertambangan dan pertanian memberikan sekitar
di pasar saham        seperlima kontribusi langsung kepada peningkatan ini.

Lonjakan komoditas    Setelah turun drastis setelah krisis tahun 1997/98, rasio investasi-terhadap-PDB
juga mendukung        Indonesia pulih dengan kuat, meningkat hingga 32 persen pada tahun 2012.
peningkatan besar     Sementara sebagian besar peningkatan itu berasal dari kenaikan harga investasi,
rasio investasi       pertumbuhan investasi riil mencatat nilai rata-rata tahunan sebesar 8,4 persen selama
terhadap PDB          periode 2008-12. Hal ini mencerminkan investasi yang lebih tinggi dalam sektor-
                      sektor komoditas karena peningkatan pengembangan pada sektor-sektor tersebut,
                      dan juga kenaikan investasi pada sektor-sektor non-komoditas, termasuk karena
                      peningkatan jumlah dana yang dapat ditanamkan dari keuntungan sektor terkait

                      46 Perhitungan berdasarkan tabel input-output yang paling akhir (2008).
                      47 Di dalam kelompok komoditas, sektor sumber daya alam berkontribusi rata-rata 3,7 poin persentase secara
                         tahunan sementara komoditas pertanian berkontribusi 3.9 poin persentase kepada pertumbuhan ekspor nominal.
                         Manufaktur berbasis komoditas tidak termasuk.
                      48 Indeks harga ekuitas pertambangan hanya menyertakan saham-saham perusahaan pertambangan (komoditas

                         batubara dan mineral) dan tidak menyertakan perusahaan-perusahaan migas.
Maret 2015                                                        THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                48
  Harapan besar                                                                           Perkembangan Triwulanan
                                                                                           Perekonomian Indonesia

                               dengan sumber daya alam. Namun sebagian besar investasi ditanamkan pada
                               konstruksi ketimbang infrastruktur yang dapat meningkatkan produktivitas.

Sektor                         Pada periode tahun 2009 hingga 2013, penanaman modal asing (PMA) dalam non-
pertambangan49                 migas meningkat 14 kali lipat dari 330 juta dolar AS ke 4,8 miliar dolar AS. Namun
menarik PMA,                   sebagian besar PMA tersebut merupakan investasi dalam operasi proyek-proyek
umumnya ke proyek              yang telah ada sebelumnya (brown-field), seperti investasi untuk tambang tembaga
yang telah ada                 Grasberg, ketimbang pengembangan proyek-proyek yang baru (green-field).

Gambar 35: Sektor sumber daya alam berkontribusi                        Gambar 36: …namun kontribusi sektor sumber daya
signifikan pada pertumbuhan PDB nominal…                                alam ke pertumbuhan PDB riil tidak besar
(kontribusi pertumbuhan nominal tahun-ke-tahun, poin persentase)        (kontribusi pertumbuhan nominal tahun-ke-tahun, poin persentase)
 30                                                                        7                                             PDB riil
                         PDB nominal                                       6
 25
        Sektor SDA, kecuali
        kehutanan dan                                                      5
 20     perikanan
                                                                           4                    Kehutanan dan perikanan
                    Kehutanan
 15                 dan perikanan                                          3                    Sektor SDA, kecuali
                                                                                                kehutanan dan perikanan
                       Komoditas pertanian                                 2                    Komoditas pertanian
 10
                                                                           1
  5
                                                                           0

  0                                                                       -1
       2002    2004      2006          2008      2010       2012                2002     2004       2006      2008       2010       2012
Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia                                Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia

Gambar 37: Kontribusi komoditas ke kenaikan ekspor Gambar 38: Komoditas, termasuk sumber daya alam,
melampaui kontribusi dari produk manufaktur                 mendukung keseluruhan neraca perdagangan
(kontribusi ke pertumbuhan ekspor nominal, poin persentase) (persen PDB nominal)
                 Natural resource sector                                  15
  40             Agricultural commodities
                 Manufacturing                                                              Neraca keseluruhan
  30             Total                                                    10
                                                                                                             Neraca komoditas
  20
                                                                            5
  10
                                                                            0
   0                                                                               Neraca sektor
                                                                                   sumber daya alam
 -10                                                                       -5                              Neraca non-
                                                                                                           komoditas
 -20
       2002    2004     2006         2008      2010      2012             -10
                                                                             2002     2004     2006     2008     2010           2012
Sumber: WITS; perhitungan staf Bank Dunia                               Sumber: WITS; perhitungan staf Bank Dunia




                               49   Data FDI yang akurat untuk sektor migas dari tahun 2002 hingga 2013 tidak tersedia. Namun tren penurunan
                                    eksplorasi minyak dan mendatarnya eksplorasi gas menunjukkan bahwa FDI pada sektor migas mungkin tidak
                                    meningkat secara signifikan pada periode tersebut.
Maret 2015                                                                      THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                               49
  Harapan besar                                                                            Perkembangan Triwulanan
                                                                                            Perekonomian Indonesia

Gambar 39: Indonesia menjadi importir bersih minyak Gambar 40: …dan defisit minyak melebar hingga
sejak tahun 2004…                                        2014, didorong oleh kenaikan harga minyak mentah
(produksi dan konsumsi minyak mentah harian, ribu barel) (ekpor,impor,neraca perdagangan minyak, nominal miliar dolar AS)
1,800                                                                       50
1,600                                                                                                   Impor minyak
                                   Konsumsi minyak                          40
1,400                                                                       30
1,200
                                                                            20                                      Ekspor minyak
1,000
                                        Produksi minyak                     10
  800
                                                                             0
  600
  400                                                                      -10

  200                                                                      -20

     0                                                                     -30                 Neraca perdagangan minyak
         2000   2002   2004    2006       2008    2010    2012                    2008     2009    2010    2011    2012     2013    2014
Sumber: BP Statistical Review of World Energy; perhitungan staf         Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia
Bank Dunia


Walaupun sektor               Penerimaan sumber daya        Gambar 41: Bagian sektor sumber daya alam dalam
sumber daya alam              alam dari pajak dan bukan penerimaan negara mengalami penurunan
tetap penting bagi            pajak50 mencatat              (penerimaan fiskal, miliar Rp, LHS; bagian penerimaan negara,
penerimaan negara,            penurunan sebagai bagian RHS)
                                                                            Non-resource revenue
kontribusinya                 dari total penerimaan, dari                   Forestry and fishery
terhadap total                31,4 persen pada tahun                        Mining revenue
penerimaan semakin            2002 ke 28 persen pada                        Gas revenue
                                                                            Oil revenue
menurun                       2012 (penerimaan minyak                       Resource revenues, percent of total (RHS) 40
                                                             1,400
                              turun dari 16,1 persen ke
                              13,9 persen, penerimaan
                                                                                                                         30
                              gas turun dari 9,9 persen        900
                              ke 8,1 persen pada 2012,
                              sementara penerimaan                                                                       20
                              pertambangan sedikit             400
                              meningkat dari 5,2 persen                                                                  10
                              ke 6,0 persen) (Gambar
                              41). Faktor utama penentu -100                                                             0
                              penerimaan migas adalah               2002     2004       2006     2008    2010     2012
                              nilai bruto produksi migas      Sumber: Kemenkeu; perhitungan staf Bank Dunia
                              dalam rupiah dan bagian
                              efektif pemerintah pada nilai produksi tersebut.51 Nilai bruto produksi migas
                              menurun sebagai bagian dari PDB pada periode tahun 2002 hingga 2012 dengan
                              penurunan produksi secara sebagian mengimbangi kenaikan harga migas dan
                              depresiasi rupiah.

Lemahnya                      Tingkat kenaikan penerimaan pertambangan tidak sebanding dengan peningkatan
kepatuhan menjadi             pada nilai produksi, yang menunjukkan kebocoran dari lemahnya kepatuhan
permasalahan,                 (compliance). Hal ini terutama terlihat pada sektor batubara, dengan kenaikan harga
terutama pada sektor          dan produksi yang mencapai rata-rata 14 persen per tahun selama periode tahun
batubara                      2002 hingga 2012, yang seharusnya memberikan kenaikan 30 persen dalam

                              50   Terutama volume migas yang diserahkan ke negara, dan royalti produksi untuk batubara dan mineral.
                              51   Kontrak bagi hasil (PSC) mengharuskan kontraktor untuk membayar royalti yang terkait dengan nilai bruto
                                   produksi dalam rupiah dan juga menyetor pajak penghasilan badan.
Maret 2015                                                                    THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                             50
   Harapan besar                                                                          Perkembangan Triwulanan
                                                                                           Perekonomian Indonesia

                               penerimaan yang terkait dengan batubara, dengan tidak adanya perubahan peraturan
                               fiskal yang besar. Namun penerimaan dari penjualan batubara hanya meningkat
                               sebesar 18 persen per tahun selama periode tahun 2002 hingga 2012 tersebut. Suatu
                               penelitian bersama yang dilakukan oleh Bank Dunia dan Kementerian Keuangan
                               tentang pengelolaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dengan fokus pada
                               batubara, memperkirakan bahwa 22 hingga 46 persen potensi PNBP (Rp 16-51
                               triliun) dari pelaporan penjualan batubara tidak dipungut pada periode tahun 2010-
                               12 karena lemahnya kepatuhan.

Pekerjaan di sektor            Pada tahun 2010, rata-rata upah bulanan adalah Rp 2,5 juta untuk sektor sumber
sumber daya alam               daya alam, dibanding Rp 1,2 juta untuk sektor sekunder dan Rp 1,5 juta untuk
memiliki tingkat               sektor tersier. Di dalam sektor primer, sektor sumber daya alam juga memiliki
keterampilan yang              persentase tertinggi pekerja dengan pendidikan sekolah menengah atas, berjumlah
lebih tinggi                   28 persen dari jumlah pekerja dibanding 9 persen pada pertanian tanaman bukan
dibanding sektor               pangan dan 10 persen bagi pertanian tanaman pangan. Lapangan pekerjaan
primer lainnya,                meningkat pada sektor itu selama masa lonjakan harga namun karena merupakan
dengan upah yang               sektor yang padat modal, sektor itu secara langsung hanya berkontribusi 1,2 persen
lebih tinggi namun             dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2010, dibanding kontribusinya
jumlahnya terbatas             terhadap PDB yang mencapai 9,5 persen.

Lonjakan itu                   Lonjakan komoditas tersebut mendorong kenaikan penerimaan sumber daya alam
mendorong                      sebesar 43 persen antara tahun 2007 hingga 2011 yang dibagi dengan daerah, dimana
penerimaan yang                daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam52 menerima dua kali lipat sumber
signifikan pada                daya fiskal per kapita – mencapai Rp 4 juta dibanding Rp 2 juta untuk daerah-daerah
daerah yang kaya               yang lain (Gambar 42). Namun walau dengan kenaikan tingkat belanja per kapita
sumber daya alam               untuk memberikan layanan masyarakat seperti infrastruktur, kesehatan, air dan
namun tidak                    sanitasi, daerah-daerah kaya sumber daya alam tersebut ternyata memiliki beberapa
mendorong hasil-               indikator hasil layanan yang paling buruk, dibanding daerah terpencil secara
hasil pembangunan              geografis, terutama untuk jalan daerah beraspal, akses kepada air dan sanitasi, dan
                               tenaga terlatih untuk membantu persalinan (Gambar 43).

Gambar 42: Daerah kaya sumber daya alam memiliki                        Gambar 43: …namun memiliki hasil layanan publik
sumber daya fiskal terbesar berkat bagi hasil…                          yang buruk, termasuk akses ke layanan dasar
(belanja per kapita per sektor pada tahun 2009, nominal ribu Rp)        (akses ke layanan dasar pada tahun 2009, persen populasi)
          Health   Education          Infrastructure     Others                             Senior high school NER
                                                                                            Population access to clean water
 5,000                                                                                      Population access to safe sanitation
 4,500                                                                     100              Skilled birth attendance
 4,000
 3,500                                                                      80
 3,000
 2,500                                                                      60
 2,000
                                                                            40
 1,500
 1,000                                                                      20
   500
      -                                                                      0
            Resource   Metro         Kota     Suburban Remote                    Resource      Metro       Kota    Sub-urban Remote
              Rich                                                                 rich

Sumber: Database DAPOER Bank Dunia                                      Sumber: Database DAPOER Bank Dunia

                               52   Daerah kaya sumber daya alam didefinisikan sebagai daerah yang mendorong 10 persen atau lebih PDB
                                    daerahnya dari komoditas, termasuk sektor sumber daya alam dan komoditas pertanian.
Maret 2015                                                                   THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                        51
   Harapan besar                                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                                    Perekonomian Indonesia

                         c. Pasca masa lonjakan harga: prospek jangka menengah yang menantang

Harga komoditas               Harga ekspor sumber daya alam Indonesia telah menurun secara signifikan dari nilai
sumber daya alam              puncaknya, dengan penurunan harga batubara sebesar 45 persen, penurunan harga
Indonesia                     minyak mentah yang melampaui 50 persen dan penurunan indeks harga logam dan
diproyeksikan akan            mineral sebesar 25 persen dari tahun 2011 hingga akhir tahun 2014 (Gambar 44).
terus melemah                 Dalam jangka menengah, harga batubara internasional diproyeksikan akan sedikit
                              meningkat dari tingkat akhir 2014 menjadi 79 dolar AS per ton pada tahun 2019,
                              masih 35 persen di bawah nilai puncaknya pada akhir tahun 2011. Proyeksi harga
                              minyak mentah, gas alam dan nikel juga diproyeksikan akan sedikit meningkat pada
                              tahun 2019, namun masing-masing masih tetap berada pada 34 persen, 26 persen dan
                              27 persen di bawah nilai puncaknya pada akhir tahun 2011.

Penurunan harga               Faktor-faktor utama yang mendorong penurunan batubara, logam dasar dan logam
bersifat struktural           mulai adalah penyusutan permintaan dari Tiongkok dan kelebihan pasokan dari
dan didorong oleh             proyek-proyek yang diprakarsai selama lonjakan harga komoditas. Penurunan harga
penurunan                     minyak didorong oleh peningkatan dalam pasokan global dari sumber-sumber
permintaan dunia              minyak inkonvensional di Amerika Utara, moderasi permintaan, terutama pada
dan kelebihan                 negara-negara OECD dan kurangnya tanggapan pasokan dari OPEC. Harga gas
pasokan dari proyek           alam cair (Liquefied Natural Gas, LNG), yang mana Indonesia merupakan ekportir
yang diprakarsai saat         LNG terbesar ketiga dunia, diperkirakan akan turun mengikuti harga minyak mentah
lonjakan harga                karena kontrak penjualan biasanya mengikuti indeks harga minyak.

Gambar 44: Harga komoditas menurun sejak tahun                   Gambar 45: Belanja eksplorasi tetap rendah selama
2011 dan diperkirakan tetap rendah hingga tahun 2019 lonjakan harga minyak mentah dan gas alam
(belanja per kapita per sektor pada tahun 2009, nominal ribu Rp) (belanja menurut produsen migas, miliar Rp; bagian jumlah belanja,
                                                                 RHS, persen)
  800                                                             20                        Production costs                    35

  700                                                                                       Administrative costs                30
                                    Timah
  600                                                             15
                  Nikel Batubara                                                            Exploration spending                25

  500
                                        Minyak mentah                                       Exploration, percent of total       20
                                                                  10                        spending (RHS)
  400
                                                                                                                                15
  300
                                                                                                                                10
  200                                                               5
                                            CPO
                         Gas alam                                                                                               5
  100

     0                                                              0                                                           0
         2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018                   1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011

Sumber: Prospek Komoditas Bank Dunia, Januari 2015                Sumber: SKK Migas; perhitungan staf Bank Dunia

Prospek jangka                Indonesia tidak mencatat peningkatan kegiatan eksplorasi minyak mentah dan gas
menengah produksi             alam ketika harga-harga komoditas meningkat pada tahun 2000an. Belanja eksplorasi
migas lemah, karena           secara keseluruhan menyusut sebesar 50 persen dari puncaknya pada tahun 1998
rendahnya belanja             sampai tahun 2012 (Gambar 45). Selain itu, eksplorasi menjadi lebih mahal karena
eksplorasi selama             lapangan baru yang potensial terletak pada daerah lepas pantai. Karenanya Indonesia
masa lonjakan harga           mencatat penurunan cadangan minyak mentah sebesar 30 persen sejak tahun 1997,
komoditas                     dan peningkatan cadangan gas alam hanya sebesar 10 persen pada periode yang
                              sama. Rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio) untuk minyak mentah
                              adalah 50 persen pada tahun 2012, yang berarti bahwa untuk setiap 2 barel minyak
Maret 2015                                                      THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                 52
  Harapan besar                                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                                   Perekonomian Indonesia

                      mentah yang diproduksi di Indonesia, hanya 1 barel yang diganti pada cadangan.
                      Rasio penggantian cadangan untuk gas alam lebih tinggi pada 127 persen, yang
                      mencerminkan kegiatan eksplorasi yang relatif lebih tinggi sejak tahun 2000an.

Keprihatinan          Survei tahunan PwC53 tentang sektor migas di Indonesia menunjukkan keprihatinan
terhadap kontrak      yang meningkat antar investor tentang masa depan kontrak bagi hasil (PSC), yang
bagi hasil dan        kini menjadi landasan hukum bagi semua operasi migas besar di Indonesia, dan
pemulihan biaya       syarat dan kondisi untuk perpanjangan semua PSC. Lebih dari setengah investor
berkontribusi         menyatakan tingkat kesakralan kontrak (contract sanctity) “sangat penting” pada survei
terhadap              tahun 2012, dibanding hanya 32 persen pada tahun 2008. Selain itu, 48 persen
perlambatan dalam     investor menyatakan tingkat ketidakpastian karena pengetatan peraturan cost recovery
eksplorasi migas      sebagai “sangat penting” di tahun 2012 tersebut, dibanding hanya 37 persen pada
                      tahun 2008 (cost recovery adalah aturan pada PSC yang memungkinkan perusahaan
                      untuk menggganti biaya eksplorasi dan pengeluaran lainnya). Keprihatinan tersebut,
                      bersama-sama dengan tantangan peraturan kebijakan dalam perizinan pada berbagai
                      tingkatan pemerintahan (lihat Bagian B.2 tentang perizinan usaha secara umum),
                      berkontribusi terhadap bertahan rendahnya tingkat investasi untuk eksplorasi.

Penurunan             Mayoritas lapangan minyak         Gambar 46: Produksi minyak dan gas diperkirakan
eksplorasi lapangan   di Indonesia telah menua          menurun selama jangka menengah
minyak baru           dan membutuhkan metode            (indeks, 2002 = 100)
bersama-sama          pemulihan canggih yang               140
dengan penuaan        mahal untuk meneruskan                             Produksi gas               Proyeksi
                                                                                                    2015-2019
lapangan minyak       produksi. Rendahnya                  120
yang ada              investasi eksplorasi telah
                                                           100
diperkirakan akan     menurunkan kemungkinan
mengakibatkan         penambahan lapangan-                  80
penurunan             lapangan baru dalam jangka
                                                                          Produksi gas
berkelanjutan dalam   menengah. Selain itu, dengan          60
produksi minyak       asumsi waktu yang                     40
dalam jangka          dibutuhkan (lead time) dari
menengah              eksplorasi ke penemuan dan            20
                      produksi lapangan-lapangan
                                                             0
                      baru setidaknya 5 tahun,                 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018
                      maka walau terdapat
                                                        Sumber: BPS; Prospek Komoditas Bank Dunia; perhitungan staf
                      penemuan baru dalam waktu Bank Dunia dan proyeksi
                      dekat, lapangan-lapangan
                      tersebut tampaknya belum akan dapat mengimbangi penurunan produksi dari
                      lapangan-lapangan yang menua dalam jangka menengah. Karenanya proyeksi dasar
                      (baseline) adalah berlanjutnya penurunan produksi minyak sebesar 18 persen dari
                      tahun 2014 hingga 2019, dari 818.000 menjadi 670.000 barel per hari (Gambar 46).

Produksi gas juga     Kegiatan eksplorasi gas lebih tinggi dibanding minyak dengan kenaikan jumlah
dapat menurun         sumur gas yang selesai sebanyak sepuluh kali lipat selama periode 2002-2012, yang
karena                menunjukkan prospek produksi gas jangka menengah yang lebih positif. Namun
ketidakpastian        investasi di blok-blok gas utama seperti blok gas alam Mahakam54 telah terhambat

                      53   PriceWaterhouseCoopers Indonesia Oil and Gas Survey, 2008 dan 2012.
                      54   Blok Mahakam, yang sebelumnya dioperasikan oleh Total, adalah blok terbesar di Indonesia dengan 25 persen
                           jumlah produksi gas Indonesia pada tahun 2013. PSC-nya akan berakhir pada tahun 2017. Total mengumumkan
                           pada bulan Oktober 2013, bahwa, karena ketidakjelasan dalam perpanjangan PSC, perusahaan akan menunda
                           rencana investasi 7,3 miliar dolar AS untuk periode tahun 2014-17. Periode ketidakpastian tersebut mencatat
                           penurunan produksi sebesar 20 persen dari blok tersebut.
Maret 2015                                                           THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                    53
  Harapan besar                                                                     Perkembangan Triwulanan
                                                                                     Perekonomian Indonesia

prospek produksi        karena berlanjutnya ketidakpastian peraturan perundangan tentang PSC. Ini adalah
dari blok-blok gas      satu faktor di belakang proyeksi dasar (baseline) Bank Dunia akan penurunan
utama                   produksi gas sebesar 12 persen dari tahun 2014 hingga 2019.

Rendahnya belanja       Sementara data time-series tentang belanja eksplorasi untuk batubara dan mineral-
eksplorasi              mineral lainnya tidak tersedia, penurunan cadangan mineral yang ada menunjukkan
pertambangan            bahwa investasi eksplorasi tidak tinggi. Walau memiliki potensi geologis tinggi, pada
mencerminkan            tahun 2012 Indonesia menarik kurang dari 1 persen dari belanja eksplorasi mineral
lemahnya peraturan      dunia.55 Survei Fraser Institute tentang perusahaan pertambangan dunia tahun 2013
perundangan, dan        menempatkan Indonesia hampir di peringkat paling bawah dari 96 negara yang
dampak larangan         disurvei dalam hal lingkungan kebijakan yang kondusif untuk mendukung investasi
ekspor bijih mineral    pada pertambangan non-migas. Pada bulan Januari 2014, pemerintah meluncurkan
bulan Januari 2014      peraturan yang melarang ekspor nikel dan bauksit yang tidak diproses, dan
                        menetapkan pajak ekspor untuk mineral lain yang belum diproses.56

Moderasi harga dan      Dominasi komoditas dalam ekspor Indonesia, bersama-sama dengan kejutan negatif
lemahnya prospek        keadaan perdagangan karena penurunan harga komoditas sejak medio 2011 dan
produksi                penurunan permintaan komoditas pada pasar ekspor utama Jepang dan Cina, telah
diperkirakan terus      mendorong penurunan ekspor Indonesia sejak tahun 2011 (lihat Bagian A, Kotak 2).
membebani neraca        Berlanjutnya moderasi dalam harga komoditas, penurunan produksi minyak mentah
eksternal               dan gas dan bertahannya larangan ekspor bijih mineral akan memberikan tekanan
                        kepada neraca luar negeri Indonesia dalam jangka menengah.

Juga terdapat           Perbandingan jumlah penerimaan-terhadap-PDB diproyeksikan akan turun dari 15,2
peningkatan tekanan     persen pada tahun 2014 menjadi 13,3 persen pada tahun 2019, menurut skenario
fiskal dari penurunan   “business as usual” (yaitu tidak adanya reformasi kebijakan penerimaan atau
proyeksi penerimaan     administrasi yang besar).57 Pajak penghasilan non-migas dan pajak konsumsi
yang terkait sumber     diproyeksikan akan meningkat dari 10,0 persen menjadi 10,4 persen dari PDB secara
daya alam               keseluruhan. Kenaikan ini diimbangi oleh proyeksi penurunan yang signifikan
                        (secara absolut dan sebagai bagian dari PDB) dalam penerimaan migas, dari 3,0
                        persen menjadi 0,8 persen dari PDB, karena proyeksi penurunan dasar penerimaan
                        (nilai produksi bruto migas dalam rupiah). Penurunan harga minyak juga
                        menyusutkan belanja pemerintah untuk BBM (solar, minyak tanah dah LPG) dan
                        subsidi listrik, namun dampak bersih fiskal adalah negatif karena penurunan dalam
                        penerimaan lebih besar dari penghematan dalam pengeluaran.

Secara lebih luas,      Perlambatan sektor komoditas berkorelasi dengan perlambatan pertumbuhan PDB
melemahnya kondisi      sejak tahun 2012. Dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi
sektor sumber daya      pada daerah-daerah kaya sumber daya alam seperti Aceh, Kalimantan Timur, Papua,
alam diperkirakan       Riau dan Papua Barat58, yang mengalami laju pertumbuhan PDB riil tahun-ke-tahun
akan mempengaruhi

                        55 Sumber: Wood Mackenzie.
                        56 Bank Dunia memproyeksikan bahwa kebijakan ini akan menyebabkan dampak negatif terhadap perdagangan
                           bersih sebesar 12,5 miliar dolar AS dan kehilangan penerimaan fiskal sebesar 6,5 miliar dolar AS selama periode
                           tahun 2014-17, karena penurunan ekspor mineral yang belum diproses dan kenaikan impor (untuk membangun
                           dan mengelola peleburan [smelter]), yang tidak akan diimbangi dengan kenaikan ekspor mineral terproses (lihat
                           Triwulanan edisi bulan Maret 2014). Untuk tindak lanjut dampak pelarangan terhadap ekspor mineral, lihat
                           Triwulanan edisi bulan Juli 2014.
                        57 Lihat Triwulanan edisi bulan December 2014 untuk pembahasan tentang kinerja penerimaan dan prospek

                           penerimaan jangka menengah Indonesia. Asumsi harga minyak yang digunakan untuk proyeksi penerimaan pada
                           waktu itu adalah 85 dolar AS per barel. Proyeksi jangka menengah terakhir Bank Dunia, yang tercermin pada
                           Triwulanan edisi ini, adalah berdasarkan harga yang lebih rendah sebesar 55 dolar AS per barel untuk tahun 2015,
                           dengan pemulihan menjadi 69 dolar AS per barel pada tahun 2019.
                        58 Papua, Kalimantan Timur dan Riau menerima antara 42 persen dan 68 persen dari PDB daerah mereka dari

                           sektor penggalian dan pertambangan migas.
Maret 2015                                                            THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                        54
  Harapan besar                                                                   Perkembangan Triwulanan
                                                                                   Perekonomian Indonesia

lapangan kerja,        yang lebih rendah secara signifikan dibanding rata-rata nasional pada tahun 2014.59
investasi, dan         Lebih rendahnya harga komoditas berperan signifikan dalam menurunkan laju
akhirnya               pertumbuhan PDB sejak tahun 2012 (lihat Bagian B.3). Berlanjutnya moderasi harga
pertumbuhan            seperti diantisipasi pada skenario dasar (baseline) akan membuat upaya percepatan
                       kembali pertumbuhan yang berkelanjutan menjadi lebih menantang.
                  d. Memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko dari sumber daya alam
Berakhirnya            Sektor sumber daya alam Indonesia akan tetap menjadi sektor yang penting untuk
lonjakan komoditas     produksi (output), ekspor dan penerimaan pemerintah nasional, dan menjadi penentu
membuat                utama bagi kondisi fiskal dan ekonomi bagi daerah-daerah kaya sumber daya alam.
pengelolaan sektor     Selain itu, pengembangan komoditas energi, terutama sektor gas, sangat penting bagi
sumber daya alam       pencapaian sasaran energi Indonesia yang ambisius. Namun dampak negatif
yang baik menjadi      perlambatan komoditas sudah mulai terlihat. Menghadapi tantangan-tantangan
lebih kritis, untuk    tersebut, dan untuk memastikan Indonesia memperoleh manfaat terbesar dari
memaksimalkan          sumber daya alamnya, walau periode lonjakan harga komoditas tahun 2003-2012
manfaat dan            telah berakhir, maka menjadi lebih penting membuat kemajuan dalam menyusun
menurunkan risiko      kerangka kebijakan dan peraturan perundangan yang baik dan pengelolaan yang
                       efektif dalam sektor tersebut. Kemajuan seperti itu merupakan prasyarat untuk
                       meningkatkan investasi, secara berkelanjutan memungut lebih banyak penerimaan
                       dan mengubah kegiatan sumber daya alam dan penerimaan ke hasil pembangunan
                       yang diinginkan.60 Selama jangka waktu yang lebih panjang, penurunan risiko-risiko
                       dan kerentanan yang terkait dengan kebergantungan kepada sektor sumber daya
                       alam dan potensi gejolak harga komoditas dunia akan membutuhkan reformasi
                       kebijakan dan implementasi untuk mendukung sektor non-komoditas.

Titik awalnya adalah   Peningkatan iklim investasi migas membutuhkan penghapusan ketidakpastian
menarik investasi      tentang status dan perpanjangan PSC, menyederhanakan proses-proses peraturan
eksplorasi dan         yang mempengaruhi perusahaan-perusahaan pada sektor tersebut, dan menurunkan
produksi yang          jumlah perizinan yang dibutuhkan untuk eksplorasi. Dalam bidang pertambangan,
berkualitas            akan sangat penting untuk menyelesaikan proses yang disebut “Clean and Clear”
                       untuk menentukan dan menyelesaikan konsesi pertambangan dan membentuk
                       proses yang terikat dengan waktu untuk pemrosesan perpanjangan Kontrak Karya.

Kebijakan untuk        Kegiatan sumber daya alam secara langsung mempengaruhi hasil pembangunan,
membentuk              terutama melalui pengadaan lapangan kerja, keterkaitan produksi hulu dan hilir, dan
keterkaitan ekonomi,   dampak operasi terhadap lingkungan. Untuk meningkatkan manfaat yang bersih,
mendorong lapangan     harus terdapat kebijakan yang efektif dalam pembagian manfaat daerah lokal, dan
kerja daerah dan       pengawasan yang lebih kuat atas kewajiban sosial, tenaga kerja dan lingkungan dari
menurunkan             perusahaan. Hal ini pada gilirannya bergantung kepada pembentukan catatan
kerusakan              kepemilikan tambang nasional (kadaster) yang akurat, yang termasuk semua izin IUP
lingkungan adalah      yang diterbitkan oleh daerah, dan yang mengaitkan informasi kadaster dengan sektor
penting…               kehutanan dan penggunaan lahan lainnya, sehingga bersama-sama membentuk satu
                       pandangan nasional yang kuat (atau “Satu Peta”). Pada tingkat nasional, tidak ada
                       strategi yang jelas untuk membangun keterkaitan produksi antara sektor sumber
                       daya alam dan sektor lainnya, dengan fokus sejauh ini pada pengembangan hilir di
                       dalam sektor melalui kebijakan pemrosesan mineral dalam negeri (meningkatkan
                       keprihatinan terhadap keberlangsungan kebijakan tersebut secara ekonomi).




                       59   Untuk pembahasan lebih mendetil lihat Triwulanan edisi bulan Juli 2014.
                       60   Lihat Bank Dunia, 2014, Tinjauan Kebijakan Pembangunan Indonesia: “Indonesia: Avoiding the Trap”.
Maret 2015                                                           THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                                                55
  Harapan besar                                                     Perkembangan Triwulanan
                                                                     Perekonomian Indonesia

…dan juga pungutan      Untuk memungut potensi penerimaan sepenuhnya (di bawah pengaturan fiskal yang
potensi penerimaan      berjalan) dari sektor pertambangan akan membutuhkan penguatan sistem
sumber daya             administrasi penerimaan bukan pajak untuk pertambangan dan penanganan
sepenuhnya melalui      pertambangan ilegal. Hanya meningkatkan tarif, misalnya tarif royalti, untuk
peningkatan             meningkatkan penerimaan mungkin tidak efektif, karena lebih rendahnya harga pada
administrasi dan        jangka menengah. Saat ini tidak ada kebijakan penggunaan penerimaan sumber daya
meng-investasikan       alam untuk meningkatkan persediaan modal fisik dan manusia untuk menggantikan
dalam modal             modal alam yang dihabiskan. Saat ini juga tidak terdapat strategi untuk mengelola
manusia dan fisik       gejolak penerimaan dari siklus komoditas dan untuk menentukan tingkat yang
                        dihabiskan saat ini dibanding penghematan untuk masa depan.

Sektor itu juga harus   Sebagian besar penduduk Indonesia masih tidak memiliki akses terhadap listrik, dan
mendukung tujuan-       pembangunan industri dirintangi oleh tidak adanya tenaga listrik yang handal dan
tujuan energi           terjangkau. Pengembangan sektor gas sangat penting untuk meningkatkan akses
Indonesia               kepada bahan bakar yang lebih bersih dari batubara. Untuk memberikan insentif
                        pada investasi infrastruktur gas dan industri gas hulu (untuk menghubungkan hulu
                        dan hilir) akan membutuhkan pengembangan mekanisme terkait pasar yang
                        transparan untuk penetapan harga gas dalam negeri; membentuk agregator gas dan
                        menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan perpanjangan PSC.

Meningkatkan            Di Indonesia dan di tempat lain, terdapat insentif yang kuat untuk memperoleh
transparansi di         keuntungan yang jauh di atas normal (“rents”) yang terkait dengan kegiatan
sektor ini untuk        pertambangan, dan korupsi masih menjadi masalah yang serius yang membatasi
mengurangi              pembagian manfaat. Peningkatan transparansi adalah hal yang sangat penting dalam
keuntungan diatas       menurunkan ruang untuk korupsi dan mendukung upaya anti-korupsi. Walau telah
normal (rent            terdapat kemajuan, terutama dalam penerimaan melalui Prakarsa Transparansi
seeking) akan tetap     Penerimaan Industri Ekstraktif (Extractive Industries Transparency Initiative, EITI),
penting                 sebagian besar sektor tersebut masih tidak transparan (sebagai contoh, dalam akses
                        informasi yang terkait dengan pemberian kontrak dan perizinan).

Proses                  Ketidakpastian kebijakan di sektor ini dinyatakan oleh para investor sebagai salah
pengembangan dan        satu keprihatinan yang paling besar. Ketidakpastian ini dapat diturunkan dengan
penerapan kebijakan     melibatkan industri di dalam pertimbangan dan proses-proses, dan
lintas bidang harus     mengkomunikasikan keputusan secara tepat waktu. Pengembangan, yang turut
ditujukan untuk         memperhitungkan, dan komunikasi, kebijakan berdasar bukti (evidence based) juga
mengurangi              dapat berperan penting, terutama untuk mengklarifikasi tarik menarik (trade-off)
ketidakpastian          antara tujuan yang berbeda (misalnya promosi ekspor dibanding konsumsi dalam
                        negeri, dan menurunkan tingkat ekstraksi dibanding memenuhi permintaan energi),
                        sehingga terdapat konsistensi dan saling melengkapi antar kebijakan-kebijakan.




Maret 2015                                                THE WORLD BANK | BANK DUNIA

                                                                                                           56
    Harapan besar                                                                    Perkembangan Triwulanan
                                                                                      Perekonomian Indonesia


LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA
Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB                                 Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran
(pertumbuhan PDB riil, persen)                                     (kontribusi pertumbuhan PDB riil yoy, persen)
                                                                               Private cons.                Gov cons.
    4                                                          8               Investment                   Net exports
                  tahun-ke-tahun, kanan                                        Stat.discrepancy*            GDP
                                                                    8

    3                                                          6

                      Triwulanan,                                   4
    2                 penyesuaian                              4
                      musim, kiri    Rata-rata, kanan*

                                                                    0
    1                                                          2



  0                                                        0        -4
   Dec-08            Dec-10         Dec-12           Dec-14           Dec-11            Dec-12           Dec-13           Dec-14
Catatan: * Rata-rata pertumbuhan Tw-k-Tw Q2 2008 – Q4 2014         Catatan: * termasuk perubahan inventori
Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia                           Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia

Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB                         Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor
produksi                                                           (pertumbuhan penjualan dengan penyesuaian musim, percent)
(kontribusi pertumbuhan PDB riil yoy, persen)
             Agriculture                  Mining and constr.        60
             Manufacturing                Comm & transport
             Trade, hotel & rest          Other services
8            GDP                                                                           Mobil
                                                                    40


                                                                    20                                       Cement sales


4                                                                    0


                                                                   -20                      Sepeda motor


0                                                                  -40
  Dec-11            Dec-12          Dec-13            Dec-14         Jan-12            Jan-13           Jan-14            Jan-15
Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia                           Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia

Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen                              Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri
(tahun dasar pernjualan eceran 2010=100)                           (indeks PMI dan pertumbuhan yoy, persen)
180                                                                60                                                         20
                      Indeks penjualan ritel BI

160      Indeks survey                                                              Indeks produksi industri, kanan
         konsumen BI

140                                                                55                                                         10

120

100                                                                50                                                         0

 80                                                                               Indeks manufaktur PMI, kiri

 60                                                                45                                                     -10
  Feb-12             Feb-13           Feb-14             Feb-15      Feb-12          Feb-13          Feb-14          Feb-15
Sumber: BI                                                         Sumber: BPS; Markit HSBC Purchasing Manager’s Index

Maret 2015                                                                        THE WORLD BANK | BANK DUNIA
                                                                                                           57
  Harapan besar                                                                              Perkembangan Triwulanan
                                                                                              Perekonomian Indonesia

Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran                                 Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan
(miliar dolar AS)                                                    (miliar dolar AS, kiri, dan persen, kanan)
          Capital and financial              Current account
                                                                      10
          Errors and omissions               Overall BoP inflows
 15                                                                                                               Goods trade
                                                                                        Secondary income
                                                                          5
 10

                                                                          0
  5

                                                                      -5                 Current account
  0


  -5                                                                 -10
                                                                                       Primary income        Services trade
 -10                                                                 -15
       Dec-11        Dec-12             Dec-13           Dec-14               Dec-11          Dec-12        Dec-13           Dec-14
Sumber: BI                                                           Sumber: BI; Perhitungan staff Bank Dunia

Lampiran Gambar 9: Ekspor barang                                     Lampiran Gambar 10: Impor barang
(rata-rata 3 bulanan, miliar dolar AS)                               (rata-rata 3 bulanan, miliar dolar AS)
20
                                                                     20
                              Total ekspor
16                                                                                                 Total impor
                                                                     16


12                                                                   12
                                                                                             Bahan baku (tidak termasuk
                                                                                             minyak dan gas)
 8                            Manufaktur                              8

                     Pertanian dan kehutanan                                                                      Minyak dan gas
 4                                                                    4
                                                Minyak dan gas
                                                                              Barang modal               Barang konsumsi
         Tambang dan mineral
 0                                                                    0
 Nov-12       May-13       Nov-13       May-14             Nov-14     Jan-13       Jul-13        Jan-14        Jul-14   Jan-15
Sumber: BPS, Perhitungan staff Bank Dunia                            Sumber: BPS; Perhitungan staff Bank Dunia

Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus                         Lampiran Gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter
masuk modal                                                          (pertumbuhan bulan-ke-bulan dan tahun-ke-tahun, persen)
(miliar dolar AS)
150                                                           5.0     3.5                                                         12.0
                                                                                   Inflasi headline, tahun-ke-tahun, kanan
           Cadangan devisa, kiri
                                                                                                            Tingkat bunga
125                                                           2.5                Inflasi Core, tahun-ke-        BI, kanan
                                                                      2.5        tahun, kanan                                     8.0


100                                                           0.0
                                                                      1.5                                                         4.0
                                                                                 Inflasi headline, bulan-
 75                                                           -2.5
                                                                                      ke-bulan, kiri

                                                                      0.5                                                         0.0
 50                                                           -5.0
                 Aliran masuk porfolio asing, kanan
                   Equities       SUN         SBI
 25                                                          -7.5    -0.5                                                         -4.0
  Jan-12            Jan-13           Jan-14             Jan-15         Feb-11            Feb-12    Feb-13        Feb-14      Feb-15
Sumber: BI; MoF                                                      Sumber: BPS

Maret 2015                                                                                THE WORLD BANK | BANK DUNIA
                                                                                                                   58
  Harapan besar                                                                          Perkembangan Triwulanan
                                                                                          Perekonomian Indonesia

Lampiran Gambar 13: Rincian bulanan IHK                            Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa
(persen kontribusi terhadap pertumbuhan bulanan)                   negara
                                                                   (tahun-ke-tahun, February 2015)
    3.6              Core                         Administered
                     Volatile                     Headline                 India

    3.0                                                              Indonesia*
                                                                    Philippines
    2.4
                                                                          Japan
    1.8                                                                   China*
                                                                       Malaysia
    1.2
                                                                          Korea
    0.6                                                                    USA

    0.0                                                              Singapore
                                                                      Thailand*
   -0.6
      Feb-12           Feb-13            Feb-14          Feb-15                    -1    0   1   2     3     4     5   6   7     8      9
Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia                           *Data February 2015, lainnya data January
                                                                   Sumber: Biro statistik nasional via CEIC; BPS

Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan                       Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan
internasional                                                      pengangguran
(perbedaan harga persen kiri, harga kulakan Rp per kg, kanan)      (persen)
 120                                                      11,000    25
          Persen perbedaan
          harga, kiri           Harga beras domestik,
                                       IR64-II, kanan)              20

  70                                                      8,000                                                  Tingkat kemiskinan
                                                                    15


                                                                    10
  20                                                      5,000

                                                                      5                             Tingkat pengangguran
               Vietnamese rice 5% broken (RHS)

  -30                                                 2,000   0
    Feb-12         Feb-13           Feb-14       Feb-15        2002     2004                 2006      2008        2010        2012         2014
Sumber: Pasar Induk Beras Cipinang; FAO; Bank Dunia         Sumber: BPS

Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional                          Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS
(indeks harian, mata uang local, Marcj 9, 2012=100)                (indeks bulanan, Febnuary 2012=100)
 175                                                                 75
                                            BSE-india

                                                                    100                             Turkey
 150
                             JCI -Indonesia
           SET-Thailand                                                                                          Indonesia
                                                                                                                                India
                                                                    125
 125



                                                                    150                                    South Africa
 100
                                  SGX-Singapore
                                                                             Appreciation                                    Brazil

                                        Shanghai-China              175
  75
   Mar-12           Mar-13           Mar-14        Mar-15
Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia                          Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia
Maret 2015                                                                              THE WORLD BANK | BANK DUNIA
                                                                                                                 59
 Harapan besar                                                                        Perkembangan Triwulanan
                                                                                       Perekonomian Indonesia

Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS
5-tahunan dalam mata uang lokal                     pemerintah EMBI
(persen)                                            (basis poin)
 10
                                                                      475       Indonesia spreads less overall EMBIG          60
                                                Indonesia                                index spread (RHS)
  8                                                                   400                                                     0


  6                                                                   325                                                     -60


  4                         Thailand             Malaysia
                                                                      250                                                     -120


  2                          United States                            175                                                     -180

                                           Singapore                       Indonesia EMBIG bond spread (LHS)
  0                                                              100                                                         -240
  Mar-12           Mar-13              Mar-14           Mar-15     Mar-11      Mar-12       Mar-13       Mar-14         Mar-15
Sumber: CEIC                                                   Sumber: JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia

Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan
pedesaan dan deposito                             (persen)
(tahun-ke-tahun, persen)
  40                                                                 100                                                          10
                                                                                Rasio pinjaman dan
                                                                                deposito-LDR, kiri
                  Kredit komersial dan pedesaan                       80                                                          8
  30

                                                                      60                                                          6
  20                                                                             Rasio kredit
                                                                             bermasalah-NPL,          Rasio pengembalian
                                                                      40                                                          4
                                                                                                         aset-ROA, kanan
                            Deposito
  10
                                                                      20                                                          2

                                                                                   Rasio kecukupan modal-CAR, kiri
   0                                                                  0                                                       0
   Jan-09            Jan-11           Jan-13                Jan-15    Dec-09        Mar-11      Jun-12       Sep-13      Dec-14
Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia                          Sumber: BI

Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah                                Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri
(persentase terhadap PDB; miliar dolar AS)                          (persentase terhadap PDB; miliar dolar AS)
                                                                     60            Private external debt, RHS                 300
 60          Domestic debt, RHS                               300
                                                                                   Public external debt, RHS
             External debt, RHS                                                    Total external debt to GDP, LHS
 50          Total debt to GDP, LHS                           250    50                                                       250


 40                                                           200    40                                                       200


 30                                                           150    30                                                       150


 20                                                           100    20                                                       100


 10                                                           50     10                                                       50


  0                                                           0        0                                                      0
     2006        2008        2010       2012        2014                 2006          2008       2010      2012       2014
Sumber: MoF; BI; perhitungan staf Bank Dunia                        Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia


Maret 2015                                                                        THE WORLD BANK | BANK DUNIA
                                                                                                           60
 Harapan besar                                                                          Perkembangan Triwulanan
                                                                                         Perekonomian Indonesia

Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemerintah
(Rupiah triliun)
                                                 2009        2010              2011              2012           2013               2014            2015
                                                                                                                               Realisasi
                                            Realisasi    Realisasi       Realisasi           Realisasi   Realisasi                           APBN-P
                                                                                                                              sementara
 A. Penerimaan dan hibah                          849         995              1,211            1,338       1,439                 1,537            1,762
     1. Penerimaan pajak                          620         723               874               981       1,077                 1,143            1,489
     2. Penerimaan non-pajak                      227         269               331               352            355                391             269
 B. Pengeluraran                                  937       1,042              1,295            1,491       1,651                 1,765            1,984
     1. Pemerintah pusat                          629         697               884             1,011       1,137                 1,191            1,320
     2. Transfer ke pemerintah
                                                  309         345               411               481            513                574             665
     daerah
 C. Neraca utama                                    5             42              9               -53            -99                -94              -67
 D. Surplus/defisit                               -89         -47                -84             -153           -212               -227             -223
     (persen dari PDB)                            -1.5      -0.7        -1.1                      -1.8          -2.2                -2.2             1.9
Catatan: Defisit/surplus terhadap persentase PDB menggunakan PDB tahun dasar 2010.
Sumber: Kemenkeu

Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran
(Miliar dolar AS)
                                                                                               2013                                  2014
                                                 2012     2013         2014
                                                                                    Q2            Q3      Q4           Q1          Q2        Q3            Q4
 Neraca Pembayaran                               0.2     -7.3         15.2       -2.5          -2.6     4.4          2.1         4.3       6.5           2.4
                        Persen dari PDB          0.0     -0.8          1.7       -1.0          -1.2     2.1          1.0         1.9       2.8           1.1
 Neraca berjalan                                 -24.4   -29.1         -26.2      -10.1          -8.6    -4.3          -4.1       -8.9      -7.0       -6.2
                        Persen dari PDB         -2.7     -3.2         -3.0       -4.3          -3.8    -2.1          -2.0       -4.0      -3.0       -2.8
 Neraca perdagangan                             -1.9     -6.2         -3.6       -4.1          -2.7     1.6          1.1        -3.3      -1.0       -0.4
 Pendapatan bersih & transfer berjalan         -22.5   -22.9         -22.6       -6.0          -5.9    -5.9          -5.3       -5.6      -5.9       -5.8
 Neraca modal & keuangan                          24.9    22.0          43.6           8.7       4.6      8.7          7.2        13.9      14.7           7.8
                        Persen dari PDB          2.7     2.4           4.9           3.7       2.0      4.2          3.4         6.2       6.4           3.5
 Investasi langsung                             13.7    12.3          15.3           3.3       5.5      0.3          3.3         3.5       5.9           2.6
 Investasi porfolio                              9.2    10.9          25.8           3.8       1.5      1.7          8.7         8.0       7.4           1.6
 Investasi lain                                  1.9     -1.2          2.5           1.6       -2.4     6.7          -4.8        2.4       1.3           3.6
 Kesalahan & pembulatan                           -0.3     -0.2         -2.1       -1.0          1.4      0.1          -1.0       -0.6      -1.3           0.8
 Cadangan devisa*                                112.8    99.4         112.0      98.1          95.7     99.4     102.6          107.7     111.2     111.9
Catatan: * Cadangan devisa pada akhir periode
Sumber: BI; BPS




Maret 2015                                                                               THE WORLD BANK | BANK DUNIA
                                                                                                                  61
 Harapan besar                                                                Perkembangan Triwulanan
                                                                               Perekonomian Indonesia

Lampiran Tabel 3: Indikator utama makro-ekonomi Indonesia
                                                                  1995     2000     2005    2010     2011    2012      2013      2014
                                      1
 Neraca Nasional (% perubahan)
  PDB riil                                                        8.4     4.9       5.7     6.4     6.2      6.0       5.6      5.0
      Investasi riil                                            22.6     11.4      10.9     6.7     8.9      9.1       5.3      4.1
      Konsumsi riil                                             21.7      4.6      64.4     4.1     5.1      5.4       5.6      4.8
        Swasta                                                  22.7      3.7       0.9     4.1     5.1      5.5       5.4      5.3
        Pemerintah                                              14.7     14.2       6.6     4.0     5.5      4.5       6.9      2.0
      Ekspor rill, barang dan jasa                              18.0     30.6      16.6    15.3    14.8      1.6       4.2      1.0
      Impor riil, barang dan jasa                               29.6     26.6      17.8    16.6    15.0      8.0       1.9      2.2
    Investasi (% PDB)                                             28       20       24      31       31       33       32        33
    Nominal PDB (milyar dolar AS)                                202      165      286     755      893     918       910       889
    PDB per capita (dolar AS)                                   1229      948     1,560   3,233   3,663    3,718    3,644     3,524
 Anggaran Pemerintah Pusat (% GDP)2
  Penerimaan dan hibah                                          15.2     20.8      17.9    14.5    15.5     15.5      15.1     14.6
      Penerimaan bukan pajak                                      4.8     9.0       5.3     3.9     4.2      4.1       3.7      3.7
      Penerimaan pajak                                          10.3     11.7      12.5    10.5    11.2     11.4      11.3     10.8
    Pengeluaran                                                 13.9     22.4      18.4    15.2    16.5     17.3      17.3     16.7
      Konsumsi                                                    3.9     4.0       3.0     3.6     3.8      3.9       4.1      4.0
      Modal                                                       4.6     2.6       1.2     1.2     1.5      1.7       1.9      1.3
      Bunga pinjaman                                              1.4     5.1       2.4     1.3     1.2      1.2       1.2      1.3
      Subsidi                                                      ..     6.3       4.4     2.8     3.8      4.0       3.7      3.7
    Surplus/defisit                                               1.3     -1.6     -0.6    -0.7     -1.1    -1.8      -2.2      -2.2
    Utang Pemerintah                                            32.3     97.9      47.2    24.3    22.8     22.6      24.1     23.9
      Utang luar negeri pemerintah                              32.3     51.4      23.4    11.1    10.2      9.9      11.2     10.2
    Total utang luar negeri (termasuk utang swasta)             61.5     87.1      47.1    26.8    25.2     27.5      29.2     32.9
 Neraca Pembayaran (% PDB)3
  Neraca pembayaran keseluruhan                                    ..       ..      0.2     4.0     1.3      0.0      -0.8      1.7
    Neraca transaksi berjalan                                     3.2     4.8       0.1     0.7     0.2     -2.7      -3.2      -3.0
      Ekspor, barang dan jasa                                   26.2     42.8      35.0    22.0    23.8     23.0      22.5     22.3
      Impor, barang dan jasa                                    26.9     33.9      32.0    19.2    21.2     23.2      23.1     22.7
      Transaksi berjalan                                         -0.8     8.9       2.9     2.8     2.7     -0.2      -0.7      -0.4
    Neraca transaksi keuangan                                      ..       ..      0.0     3.5     1.5      2.7       2.4      4.9
      Penanaman modal langsung, neto                              2.2     -2.8      1.8     1.5     1.3      1.5       1.3      1.7
    Cadangan devisa bruto (USD billion)                         14.9     29.4      34.7    96.2   110.1    112.8      99.4    112.0
 Moneter (% change)3
  Deflator PDB1                                                   9.9    20.4      14.3     7.3     7.5      3.8       4.7      5.4
    Suku bunga Bank Indonesia (%)                                  ..       ..      9.1     6.5     6.6      5.8       6.5      7.5
    Kredit domestik                                                ..       ..     28.7    17.5    24.4     24.2      22.1     15.9
    Nilai tukar Rupiah/Dolar AS (rata-rata)4                   2,249    8,422     9,705   9,090   8,770    9,387   10,461    11,865
 Harga-harga (% perubahan)1
    Indeks harga konsumen (akhir periode)                         9.0     9.4      17.1     7.0     3.8      3.7       8.1      8.4
    Indeks harga konsumen (rata-rata)                             9.4     3.7      10.5     5.1     5.3      4.0       6.4      6.4
    Harga minyak mentah Indonesia (Dolar AS per barel)5               17      28      53      79      112     113     107        60
Sumber: 1 BPS dan kalkulasi staf Bank Dunia; 2 Kementerian Keuangan dan perhitungan staf Bank Dunia (untuk 1995 menggunakan tahun dasar
FY 1995/1996; untuk tahun 2000 hanya 9 bulan); 3 Bank Indonesia; 4 IMF; 5 CEIC.
Catatan: Angka PDB menggunakan PDB tahun dasar 2010 (SNA 2008)




Maret 2015                                                                         THE WORLD BANK | BANK DUNIA
                                                                                                            62
 Harapan besar                                                                  Perkembangan Triwulanan
                                                                                 Perekonomian Indonesia

Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator pembangunan Indonesia
                                                                             1995    2000    2005    2010    2011    2012    2013    2014
                  1
   Kependudukan
       Penduduk (juta)                                                          199    213      227    241    244     247      250       ..
       Tingkat pertumbuhan penduduk (%)                                          1.5    1.3      1.2    1.3    1.3     1.2      1.2      ..
       Penduduk perkotaan (% terhadap total)                                      36     42       46     50     51      51       52      ..
       Rasio ketergantungan (% penduduk usia kerja)                              61     55       54     53     53      52        52      ..
   Angkatan Kerja2
       Angkatan kerja, total (juta)                                               84     98     106    117    117     120      120    126
          Laki-laki                                                               54     60       68     72     73      75       75    77
          Perempuan                                                               31     38       38     45     44      46       45    49
       Kontribusi tenaga kerja sektor pertanian (%)                               43     45       44     38     36      35       35    35
       Kontribusi tenaga kerja sektor industri (%)                                19     17       19     19     21      22       20    21
       Kontribusi tenaga kerja sektor jasa (%)                                    38     37       37     42     43      43       45     44
       Tingkat pengangguran, total (% angkatan kerja)                            7.0    8.1    11.2     7.1    7.4     6.1      6.2    5.7
   Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan3
       Konsumsi rumah tangga, median (Rp 000 per bulan)                            ..  104      211    374    421     446      487   548
       Garis kemiskinan nasional (Rp 000 per bulan)                                ..   73     129     212    234     249      272   303
       Jumlah penduduk miskin (juta)                                               ..   38       35      31     30      29       28    28
       Penduduk miskin (% penduduk dibawah garis kemiskinan)                       .. 19.1     16.0   13.3   12.5    12.0     11.4   11.3
         Di perkotaan                                                              .. 14.6     11.7     9.9    9.2     8.8      8.4   8.3
         Di perdesaan                                                              .. 22.4     20.0   16.6   15.7    15.1     14.3   14.2
       Laki-laki sebagai kepala rumah tangga                                       .. 15.5     13.3   11.0   10.2      9.5      9.2  11.2
       Perempuan sebagai kepala rumah tangga                                       .. 12.6     12.8     9.5    9.7     8.8      8.6  11.9
       GINI indeks                                                                 ..   0.3      0.4    0.4    0.4     0.4      0.4   0.4
       Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok termiskin (%)                         ..  9.6      8.7     7.9    7.4     7.5      7.4   7.5
       Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok terkaya (%)                           .. 38.6     41.4   40.6   46.5    46.7     47.3   46.8
       Pengeluaran pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat (% PDB)4              ..     ..     0.4    0.4    0.4     0.4      0.6    0.5
   Kesehatan dan Gizi1
       Tenaga kesehatan (per 1,000 people)                                     0.16   0.16     0.13   0.29       ..  0.20         ..     ..
       Tingkat kematian balita (per 1000 anak usia dibawah 5 tahun)              67     52       42     33     32      31       29       ..
       Tingkat kematian bayi lahir (per 1000 kelahiran hidup)                    26     22       19     16     15      15       14       ..
       Tingkat kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup)                          51     41       34      27     26      25       25      ..
       Rasio kematian persalinan (perkiraan, per 100,000 kelahiran hidup)       420    340      270    210       ..      ..    190       ..
       Imunisasi campak (% anak usia dibawah 2 tahun)                            63     74       77     78     80      85       84       ..
       Total pengeluaran untuk kesehatan (% GDP)                                 1.8    2.0      2.8    2.9    2.9     3.0        ..     ..
       Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan (% GDP)                            0.7    0.7      0.9    1.1    1.1     1.2        ..     ..
   Pendidikan3
       Angka partisipasi murni (APM) SD, (%)                                       ..     ..     92      92     92      93       92    93
         APM perempuan (% dari total partisipasi)                                  ..     ..      48     48     49      49       50    48
       Angka partisipasi murni pendidikan tingkat menengah, (%)                    ..     ..     52      61     60      60       61    65
         APM perempuan (% dari total partisipasi)                                  ..     ..      50     50     50      49       50    50
       Angka partisipasi murni universitas/pendidikan tinggi, (%)                  ..     ..       9     16     14      15       16    18
         APM perempuan (% dari total partisipasi)                                  ..     ..      55     53     50      54       54    55
       Angka melek huruf Dewasa (%)                                                ..     ..     91      91     91      92       93    93
       Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap PDB)5                   ..     ..     2.7    3.5    3.6     3.8      3.8    3.6
       Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap APBN)5                  ..     ..   14.5   20.0   20.2    20.1     20.0   19.9
   Air Bersih dan Kesehatan lingkungan1
       Penduduk dengan akses air bersih disempurnakan (% tot
                                                                                  74     78       81     84     84      85        ..     ..
       penduduk)
          Di perkotaan (% penduduk perkotaan)                                    91     91       92      93     93      93        ..     ..
          Di perdesaan (% penduduk perdesaan)                                    65     68       71      75     76      76        ..     ..
       Penduduk dengani akses kesehatan lingkungan (% tot penduduk)              38     44       53     57     59      59         ..     ..
          Di perkotaan (% penduduk perkotaan)                                    60     64       70      70     73      71        ..     ..
          Di perdesaan (% penduduk perdesaan)                                    26     30       38      44     44      46        ..     ..
   Lainnya1
       Pengurangan resiko bencana, penilaian (skala 1-5; 5=terbaik)                ..     ..       ..     ..   3.3       ..       ..     ..
       Proporsi perempuan yang duduk di parlemen (%)6                              ..     8       11     18     18      19       19    17
 Sumber: 1 World Development Indicators; 2 BPS (Sakernas); 3 BPS (Susenas) dan Bank Dunia; 4 Kementrian Keuangan dan kalkulasi oleh
 staf Bank Dunia dan hanya termasuk pengeluaran aktual untuk Raskin, Jamkesmas, BLT, BSM, dan PKH; 5 MoF; 6 Inter-Parliamentary Union


Maret 2015                                                                       THE WORLD BANK | BANK DUNIA
                                                                                                          63
Supported by funding from the Australian Government
;ĞƉĂƌƚŵĞŶƚŽĨ&ŽƌĞŝŐŶīĂŝƌƐĂŶĚdƌĂĚĞ͕&dͿ͕ƵŶĚĞƌƚŚĞ
Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis
;^D&WͿƉƌŽŐƌĂŵ͘